Share

Tidak Mengira

Author: Maheera
last update Last Updated: 2024-12-06 23:32:05

"Harusnya aku yang bertanya, siapa wanita ini?"

Raut Mas Dayat seketika memucat, dia melirik wanita yang menatapku dengan alis berkerut.

"Mas, dia ...."

"Eh, sayang, kok, gak bilang mau ke toko?" Mas Dayat menyela perkataan wanita tadi, dia menghampiriku sambil mengulas senyum. Aku sedikit risih ketika dia merangkul pundakku. Entah mengapa aku merasa dia menyembunyikan sesuatu. Apalagi dari sudut mata aku bisa melihat wanita tadi cemberut melihat sikap Mas Dayat.

"Kenapa harus bilang-bilang datang ke toko sendiri? Atau ada sesuatu yang aku tidak boleh tahu?" Aku menatap Mas Dayat intens untuk memastikan apakah lelaki itu berbohong atau tidak.

"Tidak ada, memangnya apa yang aku sembunyikan?" Tatapan Mas Dayat beralih ke Gio, "Anak Ayah sudah sehat?"

Aku muak melihat sikap Mas Dayat, lima tahun kami menikah aku hapal gerak-geriknya. Lelaki itu terlihat gugup meski mencoba disamarkan dengan mencolek pipi Gio.

"Mana aku tahu, kalau ma-ling ngaku pasti penjara penuh."

"Dek, kamu kenapa, sih? Kalau cuma mau bertengkar ke sini lebih baik tidak usah datang." Raut Mas Dayat memerah, aku tahu nada suaranya yang keras hanya untuk membuatku merasa tidak enakkan dilihat oleh para pekerja, tapi dia lupa kalau mereka semua adalah pekerjaku.

"Siapa yang mau bertengkar?" Aku mengangkat tas rotan lalu menyorongkan ke da-da Mas Dayat agar dia memegang tas itu. "Nih, aku datang mau nganterin makan siangku, tidak kukira ada perempuan tidak kukenal sikapnya seolah-olah dia pemilik toko ini." Aku melirik wanita yang menghinaku tadi. Lihat, sekarang dia menunduk tidak berani menantang mataku seperti tadi. "Aku mau dia dipecat!"

"Dek!" Mas Dayat menyela perkataanku dengan cepat, serentak dengan si wanita yang menatapku dengan sorot kesal.

"Apa?" Aku tersenyum sinis, "kamu tidak lupa, kan, kalau toko ini milikku? Jadi, aku punya hak untuk menerima atau memecat siapa saja yang tidak aku suka."

Mas dayat terlihat gugup, dia melirik wanita tadi sekilas. "Dek, Fina kerja di sini aku yang terima. Kasian dia harus biayai Ayahnya yang sedang sakit, jangan dipecat, ya."

Oo, jadi nama wanita itu Fina. Kalau tadi dia yang menilaiku dari kaki ke kepala, kini giliranku. Aku mendekat sembari memindai penampilannya. "Pertanyaanku tadi belum kamu jawab, kamu mau kerja apa dengan penampilan seperti ini?"

Fina tampak salah tingkah, dia sibuk menarik gaunnya yang panjangnya satu jengkal di atas lutut. Aku menarik atasannya yang sangat ketat dan di bagian leher memiliki potongan sangat rendah hingga dua buah gunung kembarnya yang membusung seperti hendak jatuh.

"Aku penasaran, apa posisimu di sini? Dengan pakaian seperti ini aku tidak mau tokoku dianggap prost-itusi terselubung. Atau kamu punya niat menggoda suamiku?"

"Dek, astaga! Kamu kenapa, sih?!" Mas Dayat mendekat. Dia mencoba mengalihkan perhatianku agar tidak terus-menerus menginti-midasi Fina.

"Aku cuma bertanya, kenapa kamu panik?"

"Bu, bukan begitu." Mas Dayat mengusap wajahnya dengan kasar, dia sadar toko semakin ramai pembeli hingga pembicaraan kami menarik perhatian. "Kita bicara di dalam saja, yuk. Segan diperhatikan orang-orang."

Aku mendengkus pelan. "Kamu duluan sama Gio, aku mau beli minuman dingin, kepalaku panas!"

Aku berlalu tanpa menunggu tanpa mendengar jawaban Mas Dayat. Sikap Fina tadi masih membekas di benakku, ditambah raut Eko yang mencurigakan. Kenapa pekerja lama seperti dia harus tunduk pada Fina? Memangnya siapa wanita itu?

Aku menghela napas pelan melihat antrian panjang di tempat penjual es favoritku. Aku mengurungkan niat dan kembali ke toko. Mas Dayat dan Gio tidak terlihat, aku terus masuk ke bagian belakang toko tempat yang biasa kami gunakan untuk beristirahat. Tanganku bergerak hendak membuka pintu yang sedikit terbuka, tetapi niat itu urung ketika mendengar percakapan dari dalam.

"Mas, kamu bilang Si Imah itu gak bakalan datang ke toko? Aku kesal dia hina aku tadi."

"Sayang, kamu jangan marah. Tenang, ya, kalau gak nanti dia curiga."

Sayang? Tanganku terkepal kuat mendengar Mas dayat memanggil Fina dengan sebutan, sayang. Instingku tidak salah, Mas Dayat sedang menyimpan bangkai di belakangku.

"Pokoknya aku tidak mau tahu, kamu harus secepatnya menceraikan dia. Kalau tidak, aku gak mau lagi kamu sen-tuh. Enak aja, masak ena-ena terus, tapi gak dikasih status."

"Iya, iya, kamu yang sabar, ya. Tunggu sebentar lagi sampai rumah dan toko ini berhasil aku alihkan atas namaku. Setelah itu urusan Halimah, gampang."

Aliran darahku seakan terhenti mendengar ucapan Mas Dayat. Benarkah dia lelaki yang aku cintai? Aku tidak mengira dia merencanakan siasat licik untuk menyingkirkanku. Aku mengusap air mata yang terlanjur jatuh di pipi dengan kasar lalu menjauh dari pintu. Beruntung aku mendengar percakapan keduanya hingga bisa melihat wajah asli Mas Dayat. Baiklah, kalau keduanya ingin bermain, aku akan ladeni permainan mereka, aku ingin lihat sampai di mana lelaki itu berusaha membo-dohiku

Comments (2)
goodnovel comment avatar
ORTYA POI
Bijak itu sulit untuk dimengerti oleh orang lain tetapi bangkai disimpan tetap berbau dan karma selalu ada
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
memang kau bodoh. uangmu yg membiayai rumahtangga dan kehidupan mertuamu tapi mau aja diperlakukan seperti itu. sekarang buktikanlah kecerdikanmu dan kau itu bukan binatang
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suami Licik Istri Cerdik   Mencari Bukti

    "Sayang, mana es-nya?" Tepukan di bahu membuatku mengusap kelopak mata agar cairan yang tergenang di sana tak jatuh. Aku tak mau Mas Dayat curiga padaku. Aku berbalik dan mengulas senyum, meski s@kit dan rasa muak padu di dalam dada aku harus menahan diri. Aku tak ingin Mas Dayat menaruh syak wasangka yang membuatnya berhati-hati. Mulai hari ini aku harus bisa berpura-pura menjadi istri penurut agar dia merasa bisa membodo-hiku."Rame, Mas, aku malas antri." Tatapanku jauh ke belakang pundak Mas Dayat. Fina, pelakor itu berdiri di belakang lelaki itu. "Dia ngapain ngekorin kamu terus? Abis ngerayu kamu, ya? Atau kalian lagi merencanakan sesuatu?""Sayang!" Mas Dayat berdeham, dia melirik Fina. Aku bisa melihat dia memberi isyarat agar wanita itu pergi. "Kamu kenapa suka nuduh aku yang tidak-tidak? Selama ini apa pernah aku aneh-aneh di belakang kamu?"Aku berdecih melihat lihainya Mas Dayat bersilat lidah. Entah berapa lama dia mencurangiku, yang pasti bukan sebulan-dua bulan ini. "

    Last Updated : 2024-12-26
  • Suami Licik Istri Cerdik   Keluarga Sakit

    Aku sampai di rumah sore hari. Setelah memandikan Gio lalu menyuapinya makan, dia tertidur di depan televisi. Aku tersenyum melihat wajah polos Gio. Ada sesak berkelindan di dalam dada membayangkan putraku akan hidup tanpa sosok seorang Ayah. Tak mungkin aku mempertahankan pernikahan yang telah ternoda. Hatiku yang sudah kebas perlahan mati rasa mengetahui Mas Dayat sering berbagi keringat dengan wanita lain. Aku tidak mengira lelaki yang terlihat baik dengan senang hati menceburkan diri ke lautan dosa. Aku membuka kembali map yang kubawa dari rumah Ibu mertua untuk memastikan kelengkapan sertifikat rumah dan ruko. Apa yang ada di pikiran Mas Dayat? Dia pikir bisa mengalihkan kepemilikan keduanya tanpa tanda-tanganku? Atau mungkin saja bisa kalau dia menyogok oknum di BPN. Mulai hari ini aku harus ekstra hati-hati. Aku teringat kotak perhiasanku, jangan sampai lelaki itu mengetahui tempat penyimpanannya juga. Gegas langkahku ke dapur, mendorong kulkas ke depan untuk mengambil kotak k

    Last Updated : 2024-12-26
  • Suami Licik Istri Cerdik   Nyaris

    "Ngapain kamu?!"Badanku seketika menegang, keringat dingin mulai keluar melalui pori-poriku. Satu, dua, sampai tiga detik tak ada pergerakan. Dengan perlahan aku menoleh ke belakang, rasa takut yang tadi sempat hinggap di dada seketika lenyap melihat Mas Dayat masih tertidur, rupanya dia ngelindur. Aku menghela napas lega lalu bergerak turun dari pembaringan. Aku memilih duduk di lantai agar lelaki itu tidak memergoki perbuatannya, lagipula dari sini aku bisa mengawasi pergerakan Mas Dayat.Aku mengirimkan semua percakapan Mas Dayat dengan keluarganya ke whatsappku. Selagi bisa aku harus mengumpulkan bukti agar di pengadilan nanti mereka tidak berkutik."Mas, jangan lupa, ya, besok kirim aku u@ng 100 juta. Kamu janji mau bayarin Dp rumah untuk aku."Satu pesan masuk dari Fina segera kubaca. Dasar wanita gat@l, dia pikir nominal 100 juta sedikit?"Iya, liat nanti." Aku membalas pesan Fina. Aku muak melihat wanita itu membalas dengan mengirimkan fotonya yang hanya mengenakan bra dan ce

    Last Updated : 2024-12-26
  • Suami Licik Istri Cerdik   Bab. 10

    "Mbak, aku udah dapat pembukuan toko."Aku tersenyum membaca pesan whatsapp dari Eko. "Bagus, kamu kerja hari ini?""Nggak Mbak. Kebetulan hari ini aku libur.""Oke, kamu tunggu aku di warung Mbok Darmi. Sebentar lagi aku ke sana.""Siap, Mbak."Aku menyimpan ponsel ke dalam saku celana kulot lalu menoleh ke arah Gio yang sedang melahap sarapannya."Anak Bunda pinter. Nanti di sekolah belajar yang rajin, ya."Gio tersenyum lebar ketika kepalanya kuusap dengan lembut. "Iya, Ibun. Hali ini kata Buk Gulu mau belajal tentang hewan yang bisa telbang.""Gio tahu apa saja hewan yang bisa terbang?" Aku melap sisa makanan di mulut Gio lalu menyodorkan segelas susu ke tangannya."Tahu dong, Ibun. Ada kupu-kupu, bulung, naga juga."Aku tertawa mendengar jawaban Gio. "Naga cuma mitos, sayang. Tidak ada hewan seperti itu." Aku lega melihat Gio menegak habis susunya."Tapi Gio lihat di tivi Naga bisa tebang Ibun. Wush, wush, gitu!"Tawaku kembali lepas melihat tingkah Gio memperagakan burung yang s

    Last Updated : 2024-12-26
  • Suami Licik Istri Cerdik   Bab. 11

    "Mas, aku buatin sarapan untuk kamu."Senyum Fina menyambut kedatanganku di toko. Wanita itu terlihat seksi dan menarik pagi ini. Bukan hanya pagi ini sebenarnya, tetapi sejak beberapa bulan yang lalu. Penampilan Fina yang selalu modis dan full make up membuatku lupa statusku sebagai lelaki beristri. Aku yang terlalu sering melihat Halimah mengenakan daster lusuh, rambut diikat asal-asalan, dan wajah kusut merasa mendapat svntikan semangat di tempat kerja. "Wah, baik banget sayangku ini." Aku merem4s bok0ng Fina yang besar dan bohay. Bukannya menghindar dia tertawa dan bergelayut di lenganku, nada suaranya yang manja membuatku melayang. "Iya, dong, untuk kekasih hatiku apa sih yang gak?" Fina semakin genit.Aku menelan ludah melihat Fina menji-lat bibirnya. Ah, wanita itu sangat tahu bagaimana membuatku bergair4h. Andai bukan di toko pasti sudah kunikmati kemolekan tvbuhnya seperti yang biasa kami lakukan di kontrakannya."Kamu paling pintar bikin aku klepek-klepek. Kebetulan aku be

    Last Updated : 2024-12-26
  • Suami Licik Istri Cerdik   Bab. 12

    Sesampai di kantor polisi, aku bergegas masuk mencari keberadaan Ibu dan Mbak Anis. Aku tahu kalau Kakakku bandel, tapi tidak mengira dia sampai tidvr dengan suami orang. Argh! Rasanya kepalaku mau pecah. Tak bisakah sekali saja dia tidak membuat masalah? Sejak dulu Mbak Anis terkenal badung, dia bahkan dikeluarkan dari sekolah menengah atas gara-gara ketahuan jadi selingkuhan guru olah raga. Entah apa yang dipikirkannya hingga terlibat skandal. Sejak hari itu Mbak Anis tak mau melanjutkan sekolah karena kabar perselingkuhan itu sudah menyebar dari mulut ke mulut ke sekolah lain."Dayat, sini!" Aku menoleh dan melihat Ibu melambaikan tangan. Langkahku terburu-buru sebab melihat seorang wanita mencoba menyer4ng Mbak Anis. Dua orang polisi mencoba menenangkan wanita tersebut, tetapi mulutnya tak berhenti menca-ci mak-i Mbak Anis."Dasar jal4ng tidak tahu diri. Gak bisa kamu cari laki-laki single? Harus sama suami orang?"Telingaku pekak mendengar ma-kian wanita bertubuh tambun yang aku

    Last Updated : 2024-12-26
  • Suami Licik Istri Cerdik   Bab. 13

    "Bunda, Mas Gio dibawa ke klinik."Baru saja menurunkan gagang sepeda motor, guru Gio berlari menghampiriku."Klinik? Memangnya Gio kenapa?" Wajah guru yang sepantaran denganku memucat. "Tadi Mas Gio main seluncuran, tidak tahu kenapa jatuh dari atas."Spontan aku beristigfar. "Kok bisa, Buk? Memangnya gak ada guru yang mengawasi?" Cemas menyusup ke dada mendengar kepala Gio terluka."Maaf, Bunda, kami lalai. Sekali lagi maaf."Aku kembali menstarter sepeda motor. "Klinik mana, Buk?" Meski kesal aku tak mau meluapkan amarah ke guru itu. Bertemu dengan Gio prioritasku sekarang."Klinik Medika, Bunda. Baru saja diantar pakai mobil kepala sekolah."Aku langsung memutar sepeda motor menuju klinik yang dimaksud. Jaraknya tidak terlalu jauh dari sekolah Gio. Di depan klinik aku memarkir sepeda motor lalu bergegas mencari keberadaan putraku."Bunda!" Aku menghampiri salah satu guru Gio yang melambaikan tangan padaku."Gimana Gio, Buk?" "Kepalanya harus dijahit. Sekali lagi maaf, ya, Bunda

    Last Updated : 2024-12-26
  • Suami Licik Istri Cerdik   Bab. 14

    "Dayat, gimana?" Ibu menyikut lenganku. Ingin rasanya berteriak, ini bukan masalahku kenapa harus aku yang pusing?"Ck, ditanya Ibu malah bengong!"Ini lagi Mbak Anis memelotot ke arahku seolah-olah aku yang membuat onar."Imah gak mau kasih u-angnya.""Apa?!" Mata Ibu nyaris melompat dari tempatnya. "Masa kamu gak punya u-ang? Jangan pelit sama Mbakmu!"Arg! Kenapa Ibu dan Mbak Anis tahunya hanya menuntut, kalau bukan karena ulahnya tak mungkin hal memalukan seperti ini terjadi. Selingkuh ya selingkuh, tapi jangan sampai ketahuan juga. Aku mengusap wajah dengan kasar, sementara polisi dan istri selingkuhan Mbak Anis menunggu jawabanku."Mbak, apa gak bisa kita nego lagi?"Wanita itu menggeleng. "Saya sudah legowo gak masukan wanita gak tahu diri itu ke penjar4, kamu pikir u-ang 25 juta sepadan dengan sakit hati saya? Gimana dengan trauma saya? Gimana mengembalikan kepercayaan ke suami saya?"Aduh, kok malah tanya ke aku? Bukan urusanku keles. Ingin membalas, tapi kata-kata itu hanya

    Last Updated : 2024-12-26

Latest chapter

  • Suami Licik Istri Cerdik   Bab. 58

    "Kamu tidak bisa seperti ini terus, mau sampai kapan kucing-kucingan dengan Kahfi?"Halimah melirik Andar sekilas lalu kembali menunduk menatap cangkir yang masih mengepulkan uap panas, aroma melati menguar memenuhi penciuman Halimah.Andar menghela napas panjang, dia menghampiri Halimah lalu duduk di samping adiknya. "Mas tidak bisa terus-terusan berbohong, hampir tiap hari Kahfi ke sini menanyakan keberadaanmu. Tampangnya terlihat kusut, wajah juga pakaiannya tak terurus. Apa kamu tidak kasihan?"Halimah menggeleng pelan. Sebenarnya dia tak tega, tetapi dadanya masih nyeri mengingat sikap Kahfi belakangan ini. Bukannya meminta maaf lelaki itu seakan menyalahkannya. Halimah tidak mengerti di mana salahnya. Harusnya dia yang marah, harga dirinya sebagai istri diinj4k oleh Sarah dan Kahfi hanya diam. Bukannya menindak wanita itu, Kahfi seakan berpihak ke mantan tunangannya itu."Halimah, rumah tangga tidak selalu tenang, damai, dan menyenangkan. Adakalanya jenuh hadir. Pertengkaran, p

  • Suami Licik Istri Cerdik   Bab. 57

    Halimah memutuskan kembali ke rumah setelah semua para pelayat pergi. Toh, kehadirannya tidak diperlukan di sana. Setelah kata perceraikan keluar dari mulutnya Kahfi baru bereaksi. Lelaki itu memintanya bersabar, sebab masih dalam suasana berduka. Namun, Halimah tak peduli itu. Bukannya dia tak berempati, tetapi Sarah tak patut dikasihani. Dia yakin wanita itu akan terus mencari cara mendekati Kahfi. Tak masalah, bagi Halimah kalau suaminya memberi celah wanita lain maka pergi adalah keputusan terbaik. Dia tak takut menyandang status janda lagi daripada makan hati melihat Kahfi tak bisa menjaga sikap.Baru saja menutup pintu rumah, ketukan terdengar. Halimah mengintip dari lubang pintu, tampak Kahfi berdiri di sana. Rupanya lelaki itu menyusul ke rumah."Halimah, jangan seperti ini. Kita harus bicara." Halimah diam, dia berdiri bersandar ke pintu membiarkan Kahfi bicara."Sayang, kita bicarakan ini baik-baik. Jangan seperti anak remaja labil, dikit-dikit cerai."Halimah mendengkus. S

  • Suami Licik Istri Cerdik   Bab. 56

    "Saya pergi dulu, terima kasih waktunya." Halimah memasukkan ponsel ke dalam tas lalu bergegas bangkit dari kursi."Tunggu, tadi Anda menyebut Tiara, ada apa dengannya?" Arman ikut bangkit membuat gerakan Halimah tertahan. Raut penasaran terlihat di wajahnya."Tiara drop lagi, tadi Kahfi bilang kecil kemungkinan anak itu bertahan."Arman terdiam. Tiara memang bukan dar4h dagingnya, tetapi sejak Sarah mengandung dialah yang paling menjaga kondisi wanita itu. Apa saja yang diinginkan Sarah pasti dituruti, sebab Arman ingin calon anaknya sehat dan selamat. Pun selama dua tahun dia mencurahkan kasih sayang pada anak itu. Kenyataan kalau Tiara bukan berasal dari benihnya tidak hanya menghancvrkan hatinya, tetapi juga membuatnya tidak berharga sebagai lelaki di mata Sarah. Namun, bukan berarti dia membenc1 Tiara, tidak! Arman hanya jij1k pada obsesi sang mantan istri."Anda mau ke mana?" Arman gegas mensejajari langkahnya dengan Halimah menuju pintu keluar restoran."Ke rumah sakit. Kahfi m

  • Suami Licik Istri Cerdik   Bab. 55

    "Jadi kita bisa bertemu?" Halimah meyakinkan lagi tempat pertemuan dengan lawan bicaranya di telepon. Setelah waktu, tempat, dan di meja berapa pembicaraan itu beralkhir.Halimah menatap keluar melalui jendela kamar ketika melihat mobil sedan hitam masuk ke pekarangan rumah. Tak perlu mencari tahu sebab dia hapal si pemilik kendaraan tersebut. Dia lalu menatap pantulan wajahnya di cermin untuk memastikan mata sembabnya sudah tersamarkan. Setelah itu dia bangkit bertepatan bunyi bel."Mama." Halimah menyalami ibu mertuanya. Dia tidak mengira wanita itu mendatanginya pagi-pagi."Kamu mau ke mana, kok udah rapi?" Citra menatap penampilan sang menantu.Halimah tersenyum, merangkul ibu mertuanya sembari mengajak masuk ke dalam rumah. "Mau ketemu teman, Ma."Citra duduk di atas sofa di ruang tamu tepat di sebelah Halimah. Dia menggenggam tangan sang menantu."Mama minta maaf, ya, udah nyembunyiin semua dari kamu." Sorot mata Citra penuh penyesalan, genggaman tangannya semakin erat. "Iya, M

  • Suami Licik Istri Cerdik   Bab. 54

    "Benar sudah tidak apa-apa?" Kahfi menelisik wajahku, sorot matanya terlihat cemas.Aku tersenyum tidak tahu harus bahagia atau sedih. Kahfiku sudah kembali seperti dulu, tetapi fakta yang terungkap membuat hatiku gundah.'Kahfi pasti setuju dengan ideku. Kau tidak lihat betapa dia sangat mencintai Tiara. Anak kami sangat dekat dengannya satu tahun terakhir. Bahkan, saat Tiara menjalani kemo Kahfi sampai menitikkan air mata. Apalagi kau tak mampu memberinya an4k, tentu kesembuhan Tiara prioritas baginya.'"Hei, ditanya kok bengong?" Kahfi mencubit pelan pipiku membuatku meringis sekaligus meletuskan gelembung ingatan tadi, percakapan terakhir sebelum Sarah meninggalkan ruang perawatanku."Nggak, aku terharu dengan perhatianmu padaku. Aku sedang mengingat-ingat kapan terakhir kali kau bersikap manis seperti ini."Kahfi tersenyum tipis, jemarinya menyusuri setiap lekvk wajahku. "Maafkan aku, " lirih suara Kahfi berucap, riak-riak penyesalan terlihat jelas di pelupuk mata yang biasanya

  • Suami Licik Istri Cerdik   Bab. 53

    "Kamu ingat tiga tahun yang lalu saat kita melakukan program bayi tabung? Saat itu Sarahlah yang menangani kita bukan?"Aku masih diam, berusaha menenangkan kecamuk di dalam dada, hanya karena Mama Citra aku bertahan mendengar penjelasan Kahfi."Halimah, kamu dengar yang aku katakan?" Kahfi menatapku lekat, tapi aku membu4ng wajah, hatiku masih panas mendengar pengakuan Kahfi tadi."Apa hubungannya?" tanyaku dengan ketus. Enggan rasanya meneruskan percakapan ini. Pengakuan Kahfi kalau Tiara putrinya sudah cukup sebagai bukti kalau lelaki itu tak setia."Sayang, dengarkan aku. Mungkin kamu nggak percaya, tapi di sanalah semua ini bermula.""Apa maksudmu?" Aku menatap Mama Citra, Sarah, dan Kahfi bergantian. "Tolong lebih singkat dan padat, aku nggak punya waktu bertele-tele." Aku gusar melihat Sarah yang terlihat tenang. Apa wanita itu merasa menang dariku karena berhasil memberi Kahfi seorang an4k. Membayangkan seperti apa keduanya berhubungan membuat dadaku berdenyut nyeri."Sarah m

  • Suami Licik Istri Cerdik   Bab. 52

    "Tolong jelaskan sejak kapan kalian berselingkuh?!"Aku refleks menoleh ke arah suara dan melihat Halimah berdiri dengan tatapan nyalang ke arah kami. Tajam sorot matanya membuat tenggorokanku terasa kering hingga harus menelan liur berkali-kali, lidah pun seakan kelu tak mampu menjawab pertanyaan Halimah."Apa kalian semua tiba-tiba bisu? Bukankah tadi terdengar seperti sebuah keluarga yang harmonis dan kompak?"Sinis, jelas sekali kemarahan di nada suaranya. Aku tak menyalahkan dia kalau berpikiran buruk padaku dan Sarah. Harusnya sejak lama kuceritakan hubunganku dengan Sarah, tetapi aku belum menemukan waktu yang pas. Aku juga tak mau menyakiti Halimah dengan kenyataan yang ada kalau aku dan Sarah memiliki anak."Sayang, kamu tenang dulu, ya. Ini nggak seperti yang kamu pikiran?" Mama mencoba menenangkan Halimah. Sama sepertiku Mama pasti merasa cemas. Ah, mengapa jadi serumit ini?"Tenang? Melihat suamiku bersama wanita lain, lebih peduli wanita lain daripada aku istrinya Mama bi

  • Suami Licik Istri Cerdik   Bab. 51

    "Aku mengajukan khuluk!"Tegas, tidak ada keraguan sedikit pun di dalam hatiku. Mungkin memang sudah takdirku gagal lagi dipernikahan ke dua. Entah dosa atau ujian yang aku jalani hingga ketenangan hanya beberapa tahun kurasakan. "Halimah, kamu jangan gegabah. Aku nggak mau mengabulkan permintaanmu. Sekarang tenangkan dirimu. Kita nggak bisa bicara dalam kondisi panas seperti ini. Kamu harus percaya padaku seperti yang sudah-sudah."Aku berdecih, pandanganku mulai mengabur karena genangan air di pelupuk mata. Sekuat hati aku menahan agar linangan itu tak tumpah lagi. Lelah, ya, aku sangat lelah dengan prasangka yang tak menemukan jawaban pasti."Aku selalu percaya sama kamu sampai nggak sadar kepercayaanku kamu balas dengan dusta. Kalau kamu nggak ada hubungan apa-apa dengan Sarah, kenapa harus sepeduli itu? Kenapa saat dia menelepon kamu langsung bergegas."Aku masih menuntut penjelasan dari Kahfi, tak peduli lelaki itu gelisah karena ponselnya terus berdering. Aku berani bertaruh y

  • Suami Licik Istri Cerdik   Bab. 50

    "Mbak, aku nanya, untuk apa beli diapers sementara tidak ada anak kecil di rumah?" Aku mulai kesal karena Mbak Sukma tak kunjung menjawab pertanyaanku. Prasangka buruk kembali bercokol di benak. Apa Kahfi menikah diam-diam lalu memiliki anak? Tidak, gegas kuhalau hasutan ses4t itu. Sepertinya aku sudah mulai gil4 akibat fyp tok-tokku semua tentang perselingkuhan. Tak mungkin Kahfi tega menusvkku dari belakang. "Maaf, Non, tapi Non jangan marah. Nanti jangan bilang kalau saya yang ngomong." "Ya, udah, cepat bilang." Aku semakin gregetan karena bahasa tubuh Mbak Sukma terlihat gelisah. Apa ada yang disembunyikan di rumah mama mertuaku? "Mbak!" Aku mendesak lagi. Mbak Sukma meringis sambil memilin jarinya satu sama lain. "Anu, Non, sebenarnya diapers ini milik Non Tiara." Dahiku berkerut. "Tiara?" Mbak Sukma mengangguk pelan. "Non Tiara anak Non Sarah. Dia sering dititipkan di rumah Nyonya Citra." Kepalaku seperti dihant4m godam besi. Jadi, Sarah sering ke rumah Mama Cit

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status