Tiga wanita cantik nampak sedang duduk di bangku taman kampus Universitas ternama di negara A. Tiga mahasiswi itu bernama Deli, Dian dan Dina, mereka bertiga bersahabat sejak duduk dibangku SMP. Ketiga sahabat ini tidak hanya terkenal karena kecantikannya saja, tetapi juga karena kepintaran mereka dalam menuntut ilmu.
Ketiga mahasiswi itu sedang terlibat diskusi seru. Mereka sedang mendiskusikan tesis salah satu sahabatnya yang masih perlu perbaikan sedikit lagi. Mereka bertiga berkomitmen untuk lulus bersama. Makanya setiap salah satu dari mereka mendapat masalah dalam perkuliahan maka yang lain akan siap membantu.
Tak terasa matahari sudah condong ke barat. Deli dan kedua sahabatnya langsung pulang menuju rumahnya masing masing. Deli melajukan mobilnya dengan kecepatan pelan, dia ingin menikmati perjalanan menjelang senja itu. Deli tidak pernah merutuki macet yang selalu terjadi dijalan. Dia selalu menikmatinya.
Setelah menempuh perjalanan selama lebih kurang satu jam, Deli sampai di rumah utama keluarga Bramantya. Deli langsung memarkirkan mobilnya di sebelah mobil Ayah. Deli melihat tidak ada mobil lainnya yang mengisi garase mewah itu. Tidak ada lagi koleksi mobil ayahnya, maupun mobil baru hadiah ulang tahun bundanya sebulan yang lalu.
Deli kemudian melangkahkan kakinya menuju rumah utama. Saat di depan pintu rumah betapa terkejutnya Deli melihat sebuah tulisan yang tertempel di pintu rumah "RUMAH INI DISITA BANK". Deli kemudian membuka pintu rumah besar itu, Deli melihat ayah dan bundanya duduk termenung dengan muka kusut, dimuka kedua orang tua Deli terlihat jelas masalah berat yang sedang ditanggung mereka.
"Ayah, Bunda ada apa ini?" kata Deli langsung duduk di sebalah ayahnya.
"Deli, maafkan ayah ya nak. Ayah tidak mampu membahagiakan kamu nak."
"Ayah, apa maksud ayah? Dan kenapa ada tulisan itu di pintu rumah kita?"
"Deli, Bunda yang akan bercerita sayang. Jangan paksa Ayah untuk bercerita."
Bunda kemudian menceritakan semua masalah yang menimpa Ayah dan perusahaannya. Deli yang sudah besar dan juga kuliah di jurusan bisnis sangat paham dengan betapa kejamnya dunia bisnis.
"Ayah, dengarkan Deli. Kalau Ayah mencemaskan Deli, jawabannya adalah salah. Kita bertiga pasti akan bangkit Ayah. Jadi Ayah jangan cemas begini." Deli menatap Ayahnya.
"Kalau kita harus pindah dari rumah ini, mari kita tinggalkan rumah ini. Ayah, harta dan tahta itu hanya titipan Allah. Allah berhak mengambilnya dari kita, kaoanlun itu. Kita hanya harus ikhlas dan menjalankannya dengan rela Ayah." kata Deli sambil memeluk Ayahnya.
Ayah dan Bunda serta Paman Hendri yang mendengar semua yang dikatakan Deli tersenyum bahagia, mereka tidak mengira akan seperti ini tanggapan Deli. Mereka tadi sangat takut kalau Deli akan marah marah dan kecewa dengan Ayah, ternyata tidak, malahan sebaliknya. Mereka yang disadarkan oleh Deli bahwa semua ini adalah cobaan yang diberikan okeh Allah.
"Deli sekarang bereskan semua barang mu. Kita akan pindah ke rumah lama kita yang dulu." kata Bunda menyuruh Deli membereskan semua barang barangnya.
Deli kemudian menuju kamarnya yang baru dihuninya selama sepuluh tahun itu. Deli memasukkan semua baju bajunya, sepatu sepatunya dan koleksi koleksi tas brendednya ke dalam beberapa koper besar. Selesai dengan semua perlengkapan pribadinya, Deli kemudian memasukkan buku buku serta koleksi novelnya kedalam beberapa kardua besar. Setelah selesai berkemas Deli membawa barang barangnya turun. Deli dibantu Paman Hendri memindahkan barang barangnya ke dalam mobil angkut. Setelah semua barang pindah ke dalam mobil angkut, Deli dan keluarganya pindah ke rumah lama mereka. Deli membawa sendiri mobilnya yang masih dimilikinya, sedangkan Ayah membawa satu satunya mobil yang tidak dijual. Paman Hendri berada di mobil angkut barang.
Setelah menempuh perjalanan selama satu jam menuju rumah lama mereka dahulu, Keluarga Bramantya sampai juga di rumah lama mereka. Ayah dan Paman Hendri dibantu Deli menurunkan semua barang dari dalam mobil. Semua barang itu diletakkan di teras rumah. barulah setelah semua barang turun Deli mengambil semua koper dan kardus miliknya. Deli mengangkat barang barangnya ke dalam kamar yang dahulu ditempatinya.
Deli mulai memilah pakaian yang akan dikenakannya, sedangkan yang masih bagus dan layak dijual, akan Deli jual secara online. Begitu juga dengan koleksi sepatu dan tas, akan dijual juga secara online. Setelah semua beres, Deli kemudian keluar dari kamarnya menuju dapur tempat Bunda sedang menyiapkan untuk makan malam.
Bunda dan Deli sibuk memasak, mereka tidak canggung untuk kedapur karena memang dari dulu selalu Bunda yang memasak. Setelah satu jam berkutat di dapur, akhirnya masakan Deli dan Bunda selesai. Masakan yang terdiri dari tumis kangkung dan goreng ikan mas itu selesai. Mereka berempat kemudian makan dengan lahapnya. Setelah makan mereka berkumpul di ruang tamu sederhana itu.
"Hendri, kamu boleh bekerja di tempat lain, saya tidak ada pekerjaan untuk kamu Hendri." kata ayah menatap paman Hendri.
"Tidak Tuan. Saya akan tetap bersama tuan. Saya tidak perlu digaji, cukup beri saya makan saja." kata Hendri.
"Tapi Hen."
"Tuan, saya tidak punya keluarga lain selain keluarga ini. Jadi saya mohon jangan usir saya tuan." kata Hendiri sambil menatap memohon kepada Ayah.
"Baiklah. Kamu akan tetap disini." kata Ayah sambil memegang bahu Hendri.
Mereka semua kembali terdiam. Mereka tidak tau akan dengan apa menyambung hidup kedepannya. Ayah masih ada uang untuk modal usaha kecil kecilan, tapi mereka tidak tau akan membuka usaha apa. Mereka kemudian memikirkan usaha apa yang paling tepat untuk masa masa seperti ini.
"Ayah, Bunda bagaimana kalau kita bikin usaha ayam bakar dan geprek saja. Bunda kan jago masak. Deli yakin itu akan sukses."
Ayah dan Bunda saling tatap. Itu merupakan ide bagus. Tapi mereka meragu dengan pemasarannya.
" Ayah dan Bunda ragu dengan cara memasarkannya ya?"
Ayah dan Bunda mengangguk.
"Kita pasarkan lewat online dan brosur Ayah. Nanti aku akan buat brosurnya. Sedangkan paman Hendri akan membuat toko online nya. Kita tidak hanya menjual Ayam Bakar dan Ayam Geprek saja. Kita juga akan menjual minuman yang lagi trend kalangan anak muda dan akan menjual makanan cepat saji. Gimana paman?" Gina menjelaskan dengan mata berbinar binar. Gina yakin usaha ini akan sukses.
"Mantap Gin. Paman setuju, kita ubah saja halaman depan rumah ini menjadi sejenis kafe sederhana. Paman akan buat beberapa tempat duduk dengan desain anak muda. Kita akan buat spot spot untuk berfhoto. Halaman kita kan lumayan luas, jadi bisa dimanfaatkan. Bagaimana Tuan?" Hendri menatao Tuan Bramantya.
"Hendri, kamu kalau masih maubtetap di sini, panggil saya dengan Ayah dan panggil Nyonya dengan bunda tidak ada lagi Tuan dan Nyonya. Kamu paham Hendri?"
Hendri pun mengangguk, dia sangat bangga memiliki kembali kedua orang tua yang telah lama dia tidak punya. " Terimakasih Tuan, eh maaf Ayah, Bunda"
" Ayah setuju dengan ide kalian berdua. Besok kita akan membeli semua perlengkapannya. Ayah masih ada uang untuk menciptakan ide itu. Sedangkan untuk urusan memasak kita serahkan kepada Bunda dan Deli. Ayah dan Hendri akan bekerja sebagai pelayan."
" Tidak, yang jadi pelayan hanya aku. Ayah akan jadi kasirnya."
" Oke sudah diputuskan kita akan buat kafe yang sangat unik. Untuk idenya kita serahkan ke Kak Hendri aja." kaya Deli dengan bangganya, akhirnya dengan kemelut yang terjadi dia mendapatkan seorang kakak laki laki yang selama ibi didambanya.
"Serahkan kepadaku."
"Hari sudah malam, kita istiraht duku. Besok berhubung hari sabtu, Deli tidak kuliah, kita akan langsung star membuat kafe ini. Pagi ayah akan pergi membeli semua bahan
Setelah semua keputusan diambil. Keluarga Bramantya langsung masuk kedalam kamar masing masing untuk beristirahat. Mereka akan melalui hari hari yang tidak lagi sama. Mereka akan kembali berjuang untuk bangkit.
Azan shubuh yang begitu merdu terdengar jelas di telinga Deli. Deli langsung bangun, dia ke kamar kamdi untuk membersihkan dirinya dan mengambil wudhu. Deli melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim. Setelah selesai melaksanakan kewajibannya, Deli langsung menuju dapur, hari ini Deli akan membuat sarapan. Deli tidak ingin bunda memasak sarapan hari ini, Deli sangat tau kalau bundanya sedang capek.Deli mengambil semua bahan yang dibutuhkannya dari dalam kulkas. Deli akan memasak nasi goreng seafood untuk sarapan hari ini. Deli kemudian mengiris dan menyiapkan semua bahan untuk nasi gorengnya. Deli mengerjakan semua pekerjaan itu dengan rasa bahagia tanpa ada beban sedikitlun. Deli sadar mulai hari ini ke atas, hidupnya tidak akan segampang seperti yang sudah sudah. Makanya mulai hari ini Deli bertekad akan lebih mandiri lagi. Akhirnya setelah berkutat lebih kurang satu jam di dapur, nasi goreng seafood, telur ceplok goreng dan seteko teh hangat sudah siap dihidangkan De
Pagi harinya kesibukan sudah sangat terlihat di rumah keluarga Bramantya. Ayah dan Kak Hendri sudah mulai kembali membuat segala sesuatu untuk kebutuhan kafe. Sedangkan Bunda dan Deli pergi kepasar untuk membeli bahan-bahan yang akan dimasak untuk kafe. Deli meminta bantuan kedua sahabatnya untuk berbelanja ke pasar."Bun, kita mau beli apa dulu Bun?" kata Dian."Kita ke toko yang menjual tepung tepungan aja dulu. Bunda mau beli bahan-bahan buat kue."Mereka berempat kemudian pergi menuju toko P & D. Bunda membeli semua bahan yang dibutuhkannya untuk membuat roti dan gorengan."Kemana lagi Bun?""Ketengah pasar aja. Nanti apa yang Bunda butuhkan langsung aja kita beli. Catatannyakan sudah ada itu, jadi tidak akan ribet lagi memikirkan apa yang mau dibeli."Mereka berempat berkeliling-keliling pasar hampir sampai tiga jam lamanya. Akhirnya setelah selesai membeli piring, gelas, sendok garpu dan sumpit yang lucu-lucu, Bunda dan ketiga putrinya l
Pagi hari saat kafe akan perdana di bukak. Sudah terlihat kesibukan di rumah keluarga Bramantya. Kesibukan tidak hanya terjadi di halaman tetapi juga di dapur. Malahan kesibukan di dapur sudah terjadi dari pukul empat dini hari. Bunda sudah menyiapkan cemilan cemilan untuk orang yang datang.Ayah dan Hendri ditemani Dian sudah menata bangku bangku di halaman sesuai dengan posisinya. Pagi hari kafe akan menyediakan berbagai macam jenis sarapan. Kafe ini benar benar akan menjadi tumpuan untuk hidup keluarga Bramantya, makanya semua disiapkan seperfeck mungkin. Ayah dan Bunda tidak mau setengah setengah.Pukul enam pagi, kafe sudah ready dan siap menerima pelanggan baru mereka. Bunda sudah meletakkan beberapa menu di sejenis container yang sudah di sulap menjadi dapur asik.Pelanggan pertama Bunda adalah seorang pria kantoran yang berwajah tampan. Sepertinya pria tersebut termasuk orang berpengaruh di kantornya. Pria tampan itu memilih duduk di dekat buku buku bisnis
Setelah tiga bulan kafe itu beroperasi yang mana minat pengunjung sangat luar biasa. Keluarga Bramantya tidak mengira kalau kafe mereka akan begitu diminati dari semua kalangan umur. Hari ini Deli sengaja bangun lebih pagi dari biasanya, dia akan menyiapi semua keperluan kafe sebelum dia pergi interview ke perusahaan yang menerima lamaran kerjanya. Salah satu perusahaan yang cukup ternama di negara A. Deli begitu senang akhirnya kesempatan dia bekerja akhirnya datang juga. Sebenarnya Deli bisa bekerja di perusahaan Dina yang sekarang dipimpin ayahnya. Tetapi Deli menolak tawaran Dina, Deli tidak mau dikatakan karyawan memanfaatkan sahabatnya. Cukup sudah hal itu sempat terjadi saat ayah menjadi direktur. Tapi akhirnya mereka semua tau akan kemampuan ayah mengelola perusahaan. Perusahaan Dina sekarang berkembang sangat pesat.Tepat jam enam pagi Deli sudah selesai berberes kafe dan dia juga sudah rapi. Deli tidak ingin nanti dia telat sampai di perusahaan. Deli ingin memberika
Jarum jam masih menunjukkan pukul empat dini hari, tetapi Deli sudah bangun dari tidurnya, Deli menuju ke dapur untuk membantu Bunda yang sedang memasak berbagai makanan untuk dijual di kafe. Bunda dibantu oleh lima orang karyawan, karena kafe semakin hari semakin ramai. Tetapi untuk urusan memasak makanan tetap urusan Bunda. Karyawan bunda hanya mengantar pesanan dan bersih bersih."Pagi sayang. Kenapa bangunnya cepat sekali""Pengen bantu bunda aja. Apa yang bisa Deli bantu bun?""Bantu nata kue kue ini aja ke nampah Del. Bunda dapat orderan buat jajanan pasar dari kantor lurah untuk acara pagi nanti.""Job baru neh Bun. Bisa itu. Nanti minta Kak Hen untuk fotoin kuenya jadi bisa dipost di toko online." Deli dengan semangat menata kue kue jajanan pasar tersebut di empat nampah besar."Banyak banget Del. Ini aja Bunda udah pusing kerjanya.""Gimana kalau nambah karyawan lagi, untuk bagian masak. Ibu ibu komplek lumayan juga lah Bun. Sekalian ngeb
"Bun, Deli kantor dulu, sarapan di kantor aja. Uang katupek gulai yang dua bungkus udah Deli masukin kotak" ucap Deli kepada bunda yang sedang sibuk membungkus pesanan katupek gulai paku, pesanan dari kantor lurah."Iya sayang hati hati. Kamu masih pake mobil kak Hen?""Iya Bun. Dah Bun. Assalamualaikum" Kata Deli sambil.menyambar tiga kantong katupek gulai tunjang yang sudah dibungkusnya dari tadi.Deli kemudian melajukan mobilnya menuju kantor. Deli melaju dengan kecepatan agak tinggi. Dia harus menyiapkan katupek yang di bawanya tadi untuk presdir dan asisten.Deli memarkirkan mobilnya di tempat parkir khusus karyawan kantor. Setelah merapikan penampilannya di dalam mobil, Deli langsung masuk dan menuju pantry sebelum dia masuk keruangannya. Deli memindahkan katupek gulai tunjang ke atas dua piring. Setelah selesai Deli meletakkan dua piring katupek gulai tunjang dan sepiring kerupuk serta dua gelas kopi. Selesai merapikan sarapan untuk presdir Deli kambal
Deli hari ini bangun agak telat dari pada biasanya. Bunda menjadi heran, tidak biasanya Deli bangun telat seperti ini."Kak, coba tengok Deli, nggak biasanya Deli telat bangun. Ini udah jam enam loh kak.""Oke Bun"Hendri kemudian langsung masuk ke dalam rumah dan mengetuk pintu Deli."Del, nggak kantor?"Deli yang setengah sadar langsung duduk saat mendengar suara Hendri dari balik pintu kamar."Nggak kak. Deli dikasih libur seminggu, karena kedua bos Deli lagi keluar negeri. Jadi Deli kerja dari rumah aja" kata Deli sambil mengeluarkan kepalanya dari pintu yang terbuka sedikit."Ya udah. Kafe bentar lagi buka. Kamu bantu ya. Kakak mau nganterin pesanan kantor Dinas.""Siap komandan. Mandi bentar ya"Hendri kembali ke kafe untuk menaikkan semua pesanan kantor dinas. Sedangkan Deli masuk ke kamar mandi untuk bersih bersih badannya.Selesai mandi Deli langsung menuju kafe. Dia akan menolong bunda untuk menyiapkan makanan yan
Jero dan Felix menuju bandara. Mereka akan segera melakukan penerbangan. Jero masih sibuk dengan kegiatannya membaca buku yang dibawanya dari rumah Deli."Lix, tadi Deli ngomong kalau dulu ayahnya adalah pengusaha. Siapa sebenarnya ayahnya Deli?""Saya juga tidak tau. Tapi kalau melihat dari nama Deli. Sepertinya Deli anak tuan Bramantya yang perusahaannya di take ofer temannya sendiri tuan." jawab Felix."Cari tau felix ada apa sebenarnya dengan perusahaan Bramantya. Saya tidak mau sekretaris saya adalah mata mata dari perusahaan lain.""Siap tuan"Setelah menempuh perjalanan selama satu setengah jam, mereka akhirnya sampai di bandara. Jero dan Felix langsung saja menuju ruang khusu para pemakai privet jet. Jaro dan Felix langsung saja menuju pesawat yang telah menunggu mereka.Dua orang pilot dan dua pramugari cantik sudah berdiri di tangga pesawat menanti kehadiran Jero dan Felix. Jero dan Felix langsung naik ke atas pesawat. Mereka akan terban
Kepada para penumpang untuk membetulkan duduknya dan memasang sabuk pengaman. Sebentar lagi pesawat akan landing." kata pramugari yang berdiri di depan.Felix yang mendengar suara merdu pramugari langsung terbangun dari tidur nikmatnya. Dia melihat Dina yang tertidur sambil memeluk tangan Felix. Felix baru sadar kalau Dina memeluk tangannya. makanya untuk perjalanan jauh Dina lebih suka memakai pilotnya yang ini dari pada yang biasanya."Din bangun Din. Sebentar lagi pesawat akan landing." kata Felix membangunkan Dina dengan cara mengguncang tangan Dina yang sedang memeluk tangan Felix.Dina yang melihat tangannya memeluk tangan Felix langsung melepaskan pegangan tangannya. Dina terlihat malu sendiri."Santai aja Din. Nggak masalah" kata Felix."Maaf Lix. Dari tadi pastinya tangan aku memeluk tangan kamu ya?" tanya Dina sambil menatap Felix."Lumayan lama Din" jawab Felix.Dina kemudian duduk dengan tenangnya. dia sangat malu se
Hari ini pagi pagi sekali Jero dan Felix sudah bangun dari tidur mereka. Mereka sedang membersihkan diri untuk bersiap siap menuju bandara. Mereka akan menumpang ke Dina untuk pulang ke negara I. Jero dan Felix menyelesaikan sarapan mereka dengan sangat cepat. Mereka tidak mau membuat Dina menunggu mereka.Tin tin tin, bunyi klakson mobil di depan pintu rumah. Seorang pelayan yang akan tinggal di rumah pergi membukakan pintu."Maaf Pak, mau cari siapa?" tanya pelayan kepada seorang pria yang berpakaian seperti excekutif muda."Saya adalah karyawan Nona Dina. Saya diminta untuk menjemput Tuan Felix dan Tuan Jero" kata pria tersebut."Oh silahkan masuk Tuan. Tuan Jero dan Tuan Felix sedang sarapan." kata pelayan sambil membukakan pintu lebar lebar untuk pemuda tampan tersebut.Asisten Dina langsung masuk ke dalam rumah. Dia mengikuti pelayan yang mengantarkan dia ke ruang makan."Tuan, ini ada utusan dari Nona Dina" kata pelayan kepada Jero da
Bunyi ponsel Felix memecah kesunyian di siang hari itu. Felix dan Jero yang sedang menikmati makan siang mereka langsung menatap ponsel Felix bersamaan. Karena layar ponsel Felix menampilkan wajah seorang pria yang mereka sangat kenal. Pria yang telah lama tidak ke negara I. Pria tersebut dan wanitanya memilih tinggal di Negara B.Felix menatap ke Jero, meminta persetujuan apakah telpon tersebut perlu diangkat atau tidak."Angkat aja kalau telpon lagi. Gue mau denger apalagi yang mau dikatakan bokap dan nyokap. Apakah masalah Frenya lagi atau yang lainnya." kata Jero yang sudah bosan tiap kali dia melakukan perjalanan ke negara ini, pasti dia akan kena khotbah jumat karena bertemu dengan Frenya.Ternyata memang benar Papi Jero menghubungi Felix kembali. Felix langsung mengangkat panggilan itu."Hallo Pi. Ada apa Pi?" tanya Felix kepada Papi."Kalian pulang kapan ke rumah?? Papi dab Mami ada di rumah. Kami berdua sudah menetapkan hati akan kembali t
Jero sudah bangun subuh subuh, dia langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu. Jero tidak berendam di bathup seperti kebiasaannya. Dia sangat takut untuk terlambat. Jero tidak ingin memancing kemarahan Felix di pagi hari. Jero takut membuat Felix emosi. Selesai mandi Jero memakai stelan hitamnya. Jero dan Felix selalu bersepakat kalau untuk melakukan presentasi kerjasama mereka akan memakai baju serba hitam. Kecuali kemeja, baru berwarna putih. Jero sudah terlihat sangat rapi. Setelah yakin dengan penampilannya dia langsung berjalan keluar kamar menuju meja makan.Felix yang juga sudah memakai stelan serba hitam termasuk dengan kemeja yang juga hitam keluar dari kamarnya menuju meja makan. Felix juga sudah membawa laptop untuk presentasi. Felix sudah membaca dan mengulang ulang apa yang akan dipresentasikannya nanti. Saat di anak tangga tengah Felix sudah melihat Jero duduk di meja makan dengan kopi dan roti bakar.Felix tidak melihat ada
Jero yang sudah lelah menuju rumah utama, dia sangat merindukan kasur empuk miliknya. Sampai di rumah, Jero langsung masuk ke dalam kamar, dia membuka semua bajunya, tubuh indah Jero terpampang dengan sangat indah di kaca kamar mandi. Jero mengisi bathup dengan air panas dan menuangkan sabun aroma therapy. Jero kemudian berendam di dalam bathup. Dia merilekskan badannya yang memang sudah sangat sangat lelah. Pertarungan ranjang yang menguras tenaga dan juga emosinya. Jero berendam selama dua jam. Selesai berendam Jero memasang baju santainya, dia yang semula berniat untuk tidur mengurungkan niatnya. Dia harus bekerja sore ini. Dia berencana akan ke apartemen Frenya nanti malam. Jero ingin mengulang kembali cerita pertempuran ranjang yang dibalut dengan nafsu itu.Jero melangkahkan kakinya menuju dapur, dia harus membuat kopi terlebih dahulu. Para pembantu yang biasanya memasak hari ini tidak hadir. Dia harus pergi le rumah sakit untuk merawat suaminya. Jadilah sore ini Jero m
Jero yang baru bangun dari tidurnya melihat Frenya yang tanpa busana sedang memeluk dirinya langsung saja menelentangkan posisi Frenya. dia melumat puting Frenya dengan rakus. Serta memeras payudara Frenya yang sebelah lagi. Frenya yang sedang nyenyak tidur langsung terbangun karena hisapan dan remasan di kedua payudaranya. Frenya yang melihat Jero sedang asik bermain di sana langsung pura pura tidur kembali. Dia tidak mau mengganggu keasikan Jero yang sedang bermain itu. Frenya menikmati setiap belaian, setiap lumatan dan setiap remasan yang diberikan Jero kepada tubuhnya. Frenya yang sudah basah dibagian inti tubuhnya juga mendapatkan serangan yang sama pada inti tubuhnya itu. Frenya menggeliat geliat menerima serangan dari Jero. "Sayang masukin lagi sayang. Aku udah nggak sanggup sayang." kata Frenya yang udah nggak sanggup menahannya lagi. "Sabar sayang. Aku lagi ingin bermain dengan dua benda kenyal ini sayang" kata Jero yang nggak mau langsung celup ke inti Fre
Keesokan harinya Jero sama sekali tidak ingin menghubungi Frenya. Jero tidak mau dikatakan sebagai cowok yang lemah karena memohon cinta seorang wanita untuk dimilikinya. Jero bertekad bahwasanya Frenyalah yang harus menghubunginya terlebih dahulu. Selama ini Jero sudah salah karena selalu mengalah kepada Frenya.Jero selesai ngegym langsung masuk kedalam kamar mandi, Jero membersihkan badannya. Jero memakai perlengkapan mandinya yang biasa dia pakai di negara A. Selesai membersihkan diri dan memakai pakaiannya Jero melangkahkan kakinya ke arah ruang makan. Felix sang asisten setia serta sahabat terdekat sudah duduk sambil menikmati nasi goreng dan secangkir teh hangat."Makan Jer"Jero kemudian mengambil sarapan untuk dirinya serta menuang teh hangat dari poci yang tersedia."Hari ini kita sibuk Lix?""Nggak. Kita hanya ada satu rapat dengan bagian gudang. serelah itu tidak ada lagi. Emang ada apa?""Nggak ada apa apa." jawab Jero.Jero mem
Jero yang telah bangun dipagi hari mengambil ponselnya untuk melakukan video call dengan Frenya."Frenya kemana ya, kenapa video call ku tidak diangkatnya." kata Jero."Dia kemana ya?" lanjut Jero.Jero yang langsung tidak mood karena Frenya tidak mengangkat videocallnya langsung saja pergi mandi. Dia berdiri di bawah shower yang mengucurkan air panas. Jero bener bener kesal. Ingin rasanya Jero untuk datang ke rumah Frenya, tetapi karena waktu dan keadaan yang membuat Jero tidak bisa ke sana sekarang."Aaaaaggggggggg"Jero meninju dinding kamar mandinya. Dia sangat sangat merasa kesal. Biasanya kalau berada di negara A, kalau Jero kesal maka dia akan meninju samsak di gym miliknya. Sekarang dia berada di negara A, di rumah ini Jero tidak menyediakan ruangan gym. Jero yang merasa badannya sudah panas karena tersiram air hangat dari shower langsung keluar menuju ruang pakaiannya. Jero harus tetap pergi ke kantor untuk meeting walaupun dia dalam
Jero dan Felix menuju bandara. Mereka akan segera melakukan penerbangan. Jero masih sibuk dengan kegiatannya membaca buku yang dibawanya dari rumah Deli."Lix, tadi Deli ngomong kalau dulu ayahnya adalah pengusaha. Siapa sebenarnya ayahnya Deli?""Saya juga tidak tau. Tapi kalau melihat dari nama Deli. Sepertinya Deli anak tuan Bramantya yang perusahaannya di take ofer temannya sendiri tuan." jawab Felix."Cari tau felix ada apa sebenarnya dengan perusahaan Bramantya. Saya tidak mau sekretaris saya adalah mata mata dari perusahaan lain.""Siap tuan"Setelah menempuh perjalanan selama satu setengah jam, mereka akhirnya sampai di bandara. Jero dan Felix langsung saja menuju ruang khusu para pemakai privet jet. Jaro dan Felix langsung saja menuju pesawat yang telah menunggu mereka.Dua orang pilot dan dua pramugari cantik sudah berdiri di tangga pesawat menanti kehadiran Jero dan Felix. Jero dan Felix langsung naik ke atas pesawat. Mereka akan terban