Setelah tiga bulan kafe itu beroperasi yang mana minat pengunjung sangat luar biasa. Keluarga Bramantya tidak mengira kalau kafe mereka akan begitu diminati dari semua kalangan umur. Hari ini Deli sengaja bangun lebih pagi dari biasanya, dia akan menyiapi semua keperluan kafe sebelum dia pergi interview ke perusahaan yang menerima lamaran kerjanya. Salah satu perusahaan yang cukup ternama di negara A. Deli begitu senang akhirnya kesempatan dia bekerja akhirnya datang juga. Sebenarnya Deli bisa bekerja di perusahaan Dina yang sekarang dipimpin ayahnya. Tetapi Deli menolak tawaran Dina, Deli tidak mau dikatakan karyawan memanfaatkan sahabatnya. Cukup sudah hal itu sempat terjadi saat ayah menjadi direktur. Tapi akhirnya mereka semua tau akan kemampuan ayah mengelola perusahaan. Perusahaan Dina sekarang berkembang sangat pesat.
Tepat jam enam pagi Deli sudah selesai berberes kafe dan dia juga sudah rapi. Deli tidak ingin nanti dia telat sampai di perusahaan. Deli ingin memberikan kesan bahwa dia layak untuk diterima bekerja di sana.
"Bunda, Kak Hen, Deli pamit ya. Kakak temani bunda di kafe ya." kata Deli sambil menyalami Bunda dan Hendri. Sedangkan ayah sedang berada di negara I, di perusahaan utama. Hendri sama sekali tidak minat kembali ke perusahaan. Hendri lebih senang bekerja di kafe. Dia membuat berbagai macam menu makanan dan minuman terbaru. Karena kemampuan Hendri jugalah kafe itu cukup ternama dan tidak pernah sepi mulai dari buka sampe tutup.
"Hati hati di jalan ya sayang. Semoga sukses"
Deli kemudian berjalan ke pagar rumahnya. Ternyata sudah banyak para pengunjung kafe yang mau sarapan.
"Deli, kafe buka hari inikan?" kata seorang ibu ibu.
"Bukak bu. Sebentar lagi bunda dan kak Hen akan buka kafenya. Saya permisi dulu ya bu."
"Nak Deli mau kemana?" kata ibu ibu yang mulai rada kepo.
"Mau interviw kerja ibu. Semoga aja diterima. Doakan ya bu." kata Deli langsung masuk kedalam taksi online yang sudah menunggunya.
Saat Deli pergi Bunda dan Kak Hendri membuka kafe mereka. Dengan menu menu sarapan yang menggugah selera para pengunjung. Hari ini Bunda ada menu baru yaitu Katupek Gulai Rabuang. Bunda berharap peminatnya juga sama besarnya dengan menu katupek gulai tunjang.
Deli sampai di kantor tersebut pukul 07.00WIB. Pintu kantor baru saja buka, para ofice boy sedang membersihkan lantai kantor.
"Permisi, boleh saya duduk di kursi ruang tunggunya pak. Saya ada interviw pekerjaan jam 7.30wib" ucap Deli kepada ofice boy.
"Silahkan Nona. Ada baiknya nona menunggu di ruangan untuk interviw nanti." kata salah seorang ofice boy.
"Saya tidak tau tempatnya pak. Apakah bapak mau mengantarkan saya?" Deli menatap penuh harap kepada Bapak ofice boy itu.
"Mari ikut saya Nona. Akan saya antarkan ke ruangan tersebut."
Deli dan bapak OB berjalan menuju kursi tunggu yang sudah disediakan untuk pelamar kerja hari itu. Perusahaan ini sedang membuka peluang kerja untuk sekretaris sang CEO. Deli salah seorang tamatan jurusan bisnis dengan nilai terbaik yakin untuk diterima bekerja hari itu. Deli kemudian duduk di kursi tunggu. Tak berapa lama kemudian datanglah para pencari kerja yang akan diinterviw hari ini, mereka semua berjumlah enam orang. Melihat tampilan mereka ada rasa sedikit minder di hati Deli. Tetapi Deli harus yakin dengan kemampuannya.
Tepat pukul delapan pagi. Ruangan interviw dibuka oleh seorang karyawan. Deli kebagian nomor lima untuk diinterviw. Satu per satu para calon sekretaris dipanggil ke depan. Akhirnya tibalah pada giliran Deli untuk di interviw. Deli masuk dengan langkah penuh percaya diri.
"Silahkan duduk Nona Deli Bramantya" kata salah seorang yang akan menginterviw Deli.
Semua orang menatap Deli dengan sangat teliti. Deli sebenarnya risih, tapi Deli berusaha menenangkan perasaannya. Dia tidak mau gagal untuk yang sekarang.
Interviw Deli dimulai. Semua pertanyaan dapat di jawab Deli dengan penuh perhitungan dan kepastian. Interviw Deli selama satu jam itu akhirnya selesai sudah. Deli kemudian keluar dengan langkah pasti.
Setelah peserta terakhir selesai di interviw. Keluarlah salah satu karyawan mengumumkan kalau hasil akan diumumkan setelah dua jam perundingan. Para calon sekretaris boleh pergi ke kantin untuk isi perut terlebih dahulu.
Deli yang membawa bekal makan siang dari rumah tidak beranjak dari tempat duduknya. Deli membuka makan siang tersebut di sana. Deli kemudian menyuap makan siang yang dimasaknya sendiri itu dengan begitu lahap. Tiba tiba saat Deli sedang makan lewatlah dua orang pria tampan. Mereka berhenti di depan Deli. Deli yang terbiasa melayani orang di kafe langsung bersikap sopan seperti biasanya.
" Maaf Nona, Anda kenapa tidak makan siang di kantin?" kata salah seorang dari dua oria tampan itu.
Deli kemudian meletakkan bekal makanannya dan langsung berdiri. "Maaf tuan, saya tidak makan di kantin karena saya menghemat waktu Tuan. Kalau di kantin memesan akan sangat lama belum waktu untuk makan. Saya takut terlambat kembali kesini Tuan. Lagian bekal yang saya bawa, saya yakin dengan kebersihan dan nilai gizinya tuan" jawab Deli dengan penuh kepastian.
"Jadi kamu maksud kantin di sini tidak bersih dan tidak ada nilai gizinya?" kata pria tersebut.
"Maafkan saya tuan bukan begitu maksud saya. Maksud saya adalah kalau bekal yang saya bawa dari rumah tidak mengandung penyedap atau micin sedikitpun jadi jelas dia sehat. Terpenting lagi makanan yang saya bawa adalah buatan saya sendiri. Jadi saya tau seberapa makanan yang saya butuhkan dan tidak membawa sisa makanan" jawab Deli.
"Oh baiklah. Kami permisi kedalam dulu" kata pemuda tersebut.
Belum sempat Deli menjawab, kedua pemuda itu sudah hilang ditelan pintu ruangan. Deli hanya menatap dan menggeleng gelengkan kepalanya.
"Untung saja ganteng." kata Deli sambil tersenyum.
Dua pria tampan yang bertemu dengan Deli tadi adalah sang CEO dan Asisten yang sedang mencari sekretaris. Mereka berdua datang untuk menentukan siapa yang akan dipilih untuk menjadi sekretaris sang CEO.
"Fel, gue mau cewek di depan tadi yang jadi sekretaris." kata manager yang bernama Jero itu kepada Asistennya yang bernama Felix.
"Oke"
Felix kemudian menemui mereka yang sedang membahas siapa yang akan dipilih oleh CEO untuk menjadi sekretarisnya.
"Ehm" Felix memberi kode atas kedatangannya. Semua orang yang sedang berdiskusi diam dan melihat kearah Felix.
"Tuan Jero sudah memutuskan kalau wanita ini yang akan menjadi sekretarisnya." kata Felix sambil menunjuk foto Deli.
" Deli Bramantya ini Tuan Felix?" kata manager HRD.
"Saya tidak tau namanya. Pokoknya yang ini." Felix sekali lagi menunjuk foto Deli
"Baiklah tuan Felix, kami akan mengumumkan dalam waktu dua jam kedepan siapa yang akhirnya terpilih menjadi sekretaris baru tuan Jero" jawab manager HRD.
Felic kemudian kembali duduk di dekat Jero. Mereka melakukan diskusi secara internal membahas salah satu kontrak kerja dengan perusahaan di negara I. Mereka berencana akan menemui direktur perusahaan yang berada di negara A.
Setelah dua jam menunggu akhirnya seluruh calon sekretaris diminta untuk masuk kedalam ruangan interviw. Dari enam calon hanya empat yang datang tepat waktu yang dua lagi belum masuk.
"Baiklah karena kita semua sudah berkumpul. Maka saya sebagai manager HRD akan memberitahukan kalau yang"
Tiba tiba pintu ruangan terbuka, terlihatlah dua orang calon sekretaris baru masuk. Felix yang tidak suka ada orang terlambat langsung berkata dengan dingin dan tajam.
"Anda berdua silahkan keluar dan anda tidak diterima" ucap Felik.
Dua orang calon sekretaris langsung terperangah tidak percaya, karena keterlambatan mereka, peluang kerja yang sudah di depan mata hilang terbang menguap.
Manager HRD melanjutkan informasinya. "Maaf ada trubel sedikit. Saya ulangngi kembali, peserta interviw yang lolos dan mulai besok akan bekerja sebagai sekretaris CEO adalah Nona Deli Bramantya" kata manager HRD.
Deli yang sedang duduk dan menatap dua pria tampan yang ditemuinya tadi saat makan adalah CEO dan Asistennya. Deli kemudian langsung bersyukur saat dia sudah sadar dari lamunannya.
"Alhamdulillah ya Allah atas pekerjaan yang rngkau berikan" kata Deli.
Semua calon sekretaris yang tidak terpilih langsung keluar dari ruangan. Tinggalah Deli yang berhadapan dengan CEO, Asisten dan Manager HRD.
"Nona Deli, selamat bergabung di perusahaan kami. Saya mengharapkan dedikasi Anda dalam bekerja" kata Jero.
"Terimakasih saya ucapkan. Saya akan bekerja dengan maksimak sampai batas kemampuan saya." jawab Deli.
"Nona Deli anda akan bekerja mulai besok. Pagi pagi sekali anda silahkan datang ke ruangan saya dilantai empat gedung ini. Nanti akan saya antarkan anda keruangan presdir dilantai tujuh." kata manager HRD.
"Baik bu. Saya akan datang pagi" Jawab Deli.
"Sekarang kamu beli baju yang pantas untuk menjadi sekretaris saya" kata Jero
Perkataan yang sedikit pedih terdengar oleh Deli. Tetapi Deli tidak ambil hati saja. Sudah kebiasaan seorang CEO mida berkata seenak hatinya saja.
"Baik Tuan. Saya tidak akan mengecewakan tuan dengan penampilan saya" jawab Deli.
Tiga petinggi perusahaan keluar ruangan, diikuti oleh Deli. Deli kemudian keluar dan menuju sebuah mall ternama. Dia tidak mungkin membawa Dian. Dian sekarang sudah menjadi wakil CEO diperusahaan ayahnya. Akhirnya Deli membeli keperluannya sendirian. Deli membeli hampir sepulub stel pakaian kantor yang cantik cantik. Deli dalam bergaya tidak usah diragukan lagi. Dasarnya yang sudah cantik, apapun pakaian, apapun riasan yang dikenakannya akan membuat dia semakin cantik.
Deli selesai belanja langsung kembali pulang kerumahnya. Bunda yang melihat Deli belanja banyak yakin kalau putri bungsunya diterima bekerja.
"Sayang, kamu diterima kerja?" kata Bunda sambil menatap kantong belanjaan Deli.
" Iya Bunda. Alahamdulillah. Ini semua oakaian yang akan Deli pakai Bunda" kata Deli sambil mengangkat tentengannya.
"Alhamdulilkah" kata Bunda dan Kak Hendri serempak.
"Deli tukar baju dulu bunda. Nanti Deli bantu"
Deli kemudian masuk kedalam rumah dan berganti pakaian. Deli siap membantu bunda dan hendri. Rutinitas yang tidak akan pernah Deli tinggalkan. Kafe yang menjadi impian keluarga besarnya. Kafe yang semakin sukses. Godaan membuka cabang ada, tetapi bunda tidak mau. Bunda takut tidak bisa maksimal dalam rasa masakan. Katering rumah sakit Dina masih dijalankan bunda. Malahan sekarang merambah ke catering perusahaan Dina. Setiap ada acara baik snack maupun makanan berat selalu dari kafe bunda.
Jarum jam masih menunjukkan pukul empat dini hari, tetapi Deli sudah bangun dari tidurnya, Deli menuju ke dapur untuk membantu Bunda yang sedang memasak berbagai makanan untuk dijual di kafe. Bunda dibantu oleh lima orang karyawan, karena kafe semakin hari semakin ramai. Tetapi untuk urusan memasak makanan tetap urusan Bunda. Karyawan bunda hanya mengantar pesanan dan bersih bersih."Pagi sayang. Kenapa bangunnya cepat sekali""Pengen bantu bunda aja. Apa yang bisa Deli bantu bun?""Bantu nata kue kue ini aja ke nampah Del. Bunda dapat orderan buat jajanan pasar dari kantor lurah untuk acara pagi nanti.""Job baru neh Bun. Bisa itu. Nanti minta Kak Hen untuk fotoin kuenya jadi bisa dipost di toko online." Deli dengan semangat menata kue kue jajanan pasar tersebut di empat nampah besar."Banyak banget Del. Ini aja Bunda udah pusing kerjanya.""Gimana kalau nambah karyawan lagi, untuk bagian masak. Ibu ibu komplek lumayan juga lah Bun. Sekalian ngeb
"Bun, Deli kantor dulu, sarapan di kantor aja. Uang katupek gulai yang dua bungkus udah Deli masukin kotak" ucap Deli kepada bunda yang sedang sibuk membungkus pesanan katupek gulai paku, pesanan dari kantor lurah."Iya sayang hati hati. Kamu masih pake mobil kak Hen?""Iya Bun. Dah Bun. Assalamualaikum" Kata Deli sambil.menyambar tiga kantong katupek gulai tunjang yang sudah dibungkusnya dari tadi.Deli kemudian melajukan mobilnya menuju kantor. Deli melaju dengan kecepatan agak tinggi. Dia harus menyiapkan katupek yang di bawanya tadi untuk presdir dan asisten.Deli memarkirkan mobilnya di tempat parkir khusus karyawan kantor. Setelah merapikan penampilannya di dalam mobil, Deli langsung masuk dan menuju pantry sebelum dia masuk keruangannya. Deli memindahkan katupek gulai tunjang ke atas dua piring. Setelah selesai Deli meletakkan dua piring katupek gulai tunjang dan sepiring kerupuk serta dua gelas kopi. Selesai merapikan sarapan untuk presdir Deli kambal
Deli hari ini bangun agak telat dari pada biasanya. Bunda menjadi heran, tidak biasanya Deli bangun telat seperti ini."Kak, coba tengok Deli, nggak biasanya Deli telat bangun. Ini udah jam enam loh kak.""Oke Bun"Hendri kemudian langsung masuk ke dalam rumah dan mengetuk pintu Deli."Del, nggak kantor?"Deli yang setengah sadar langsung duduk saat mendengar suara Hendri dari balik pintu kamar."Nggak kak. Deli dikasih libur seminggu, karena kedua bos Deli lagi keluar negeri. Jadi Deli kerja dari rumah aja" kata Deli sambil mengeluarkan kepalanya dari pintu yang terbuka sedikit."Ya udah. Kafe bentar lagi buka. Kamu bantu ya. Kakak mau nganterin pesanan kantor Dinas.""Siap komandan. Mandi bentar ya"Hendri kembali ke kafe untuk menaikkan semua pesanan kantor dinas. Sedangkan Deli masuk ke kamar mandi untuk bersih bersih badannya.Selesai mandi Deli langsung menuju kafe. Dia akan menolong bunda untuk menyiapkan makanan yan
Jero dan Felix menuju bandara. Mereka akan segera melakukan penerbangan. Jero masih sibuk dengan kegiatannya membaca buku yang dibawanya dari rumah Deli."Lix, tadi Deli ngomong kalau dulu ayahnya adalah pengusaha. Siapa sebenarnya ayahnya Deli?""Saya juga tidak tau. Tapi kalau melihat dari nama Deli. Sepertinya Deli anak tuan Bramantya yang perusahaannya di take ofer temannya sendiri tuan." jawab Felix."Cari tau felix ada apa sebenarnya dengan perusahaan Bramantya. Saya tidak mau sekretaris saya adalah mata mata dari perusahaan lain.""Siap tuan"Setelah menempuh perjalanan selama satu setengah jam, mereka akhirnya sampai di bandara. Jero dan Felix langsung saja menuju ruang khusu para pemakai privet jet. Jaro dan Felix langsung saja menuju pesawat yang telah menunggu mereka.Dua orang pilot dan dua pramugari cantik sudah berdiri di tangga pesawat menanti kehadiran Jero dan Felix. Jero dan Felix langsung naik ke atas pesawat. Mereka akan terban
Jero yang telah bangun dipagi hari mengambil ponselnya untuk melakukan video call dengan Frenya."Frenya kemana ya, kenapa video call ku tidak diangkatnya." kata Jero."Dia kemana ya?" lanjut Jero.Jero yang langsung tidak mood karena Frenya tidak mengangkat videocallnya langsung saja pergi mandi. Dia berdiri di bawah shower yang mengucurkan air panas. Jero bener bener kesal. Ingin rasanya Jero untuk datang ke rumah Frenya, tetapi karena waktu dan keadaan yang membuat Jero tidak bisa ke sana sekarang."Aaaaaggggggggg"Jero meninju dinding kamar mandinya. Dia sangat sangat merasa kesal. Biasanya kalau berada di negara A, kalau Jero kesal maka dia akan meninju samsak di gym miliknya. Sekarang dia berada di negara A, di rumah ini Jero tidak menyediakan ruangan gym. Jero yang merasa badannya sudah panas karena tersiram air hangat dari shower langsung keluar menuju ruang pakaiannya. Jero harus tetap pergi ke kantor untuk meeting walaupun dia dalam
Keesokan harinya Jero sama sekali tidak ingin menghubungi Frenya. Jero tidak mau dikatakan sebagai cowok yang lemah karena memohon cinta seorang wanita untuk dimilikinya. Jero bertekad bahwasanya Frenyalah yang harus menghubunginya terlebih dahulu. Selama ini Jero sudah salah karena selalu mengalah kepada Frenya.Jero selesai ngegym langsung masuk kedalam kamar mandi, Jero membersihkan badannya. Jero memakai perlengkapan mandinya yang biasa dia pakai di negara A. Selesai membersihkan diri dan memakai pakaiannya Jero melangkahkan kakinya ke arah ruang makan. Felix sang asisten setia serta sahabat terdekat sudah duduk sambil menikmati nasi goreng dan secangkir teh hangat."Makan Jer"Jero kemudian mengambil sarapan untuk dirinya serta menuang teh hangat dari poci yang tersedia."Hari ini kita sibuk Lix?""Nggak. Kita hanya ada satu rapat dengan bagian gudang. serelah itu tidak ada lagi. Emang ada apa?""Nggak ada apa apa." jawab Jero.Jero mem
Jero yang baru bangun dari tidurnya melihat Frenya yang tanpa busana sedang memeluk dirinya langsung saja menelentangkan posisi Frenya. dia melumat puting Frenya dengan rakus. Serta memeras payudara Frenya yang sebelah lagi. Frenya yang sedang nyenyak tidur langsung terbangun karena hisapan dan remasan di kedua payudaranya. Frenya yang melihat Jero sedang asik bermain di sana langsung pura pura tidur kembali. Dia tidak mau mengganggu keasikan Jero yang sedang bermain itu. Frenya menikmati setiap belaian, setiap lumatan dan setiap remasan yang diberikan Jero kepada tubuhnya. Frenya yang sudah basah dibagian inti tubuhnya juga mendapatkan serangan yang sama pada inti tubuhnya itu. Frenya menggeliat geliat menerima serangan dari Jero. "Sayang masukin lagi sayang. Aku udah nggak sanggup sayang." kata Frenya yang udah nggak sanggup menahannya lagi. "Sabar sayang. Aku lagi ingin bermain dengan dua benda kenyal ini sayang" kata Jero yang nggak mau langsung celup ke inti Fre
Jero yang sudah lelah menuju rumah utama, dia sangat merindukan kasur empuk miliknya. Sampai di rumah, Jero langsung masuk ke dalam kamar, dia membuka semua bajunya, tubuh indah Jero terpampang dengan sangat indah di kaca kamar mandi. Jero mengisi bathup dengan air panas dan menuangkan sabun aroma therapy. Jero kemudian berendam di dalam bathup. Dia merilekskan badannya yang memang sudah sangat sangat lelah. Pertarungan ranjang yang menguras tenaga dan juga emosinya. Jero berendam selama dua jam. Selesai berendam Jero memasang baju santainya, dia yang semula berniat untuk tidur mengurungkan niatnya. Dia harus bekerja sore ini. Dia berencana akan ke apartemen Frenya nanti malam. Jero ingin mengulang kembali cerita pertempuran ranjang yang dibalut dengan nafsu itu.Jero melangkahkan kakinya menuju dapur, dia harus membuat kopi terlebih dahulu. Para pembantu yang biasanya memasak hari ini tidak hadir. Dia harus pergi le rumah sakit untuk merawat suaminya. Jadilah sore ini Jero m
Kepada para penumpang untuk membetulkan duduknya dan memasang sabuk pengaman. Sebentar lagi pesawat akan landing." kata pramugari yang berdiri di depan.Felix yang mendengar suara merdu pramugari langsung terbangun dari tidur nikmatnya. Dia melihat Dina yang tertidur sambil memeluk tangan Felix. Felix baru sadar kalau Dina memeluk tangannya. makanya untuk perjalanan jauh Dina lebih suka memakai pilotnya yang ini dari pada yang biasanya."Din bangun Din. Sebentar lagi pesawat akan landing." kata Felix membangunkan Dina dengan cara mengguncang tangan Dina yang sedang memeluk tangan Felix.Dina yang melihat tangannya memeluk tangan Felix langsung melepaskan pegangan tangannya. Dina terlihat malu sendiri."Santai aja Din. Nggak masalah" kata Felix."Maaf Lix. Dari tadi pastinya tangan aku memeluk tangan kamu ya?" tanya Dina sambil menatap Felix."Lumayan lama Din" jawab Felix.Dina kemudian duduk dengan tenangnya. dia sangat malu se
Hari ini pagi pagi sekali Jero dan Felix sudah bangun dari tidur mereka. Mereka sedang membersihkan diri untuk bersiap siap menuju bandara. Mereka akan menumpang ke Dina untuk pulang ke negara I. Jero dan Felix menyelesaikan sarapan mereka dengan sangat cepat. Mereka tidak mau membuat Dina menunggu mereka.Tin tin tin, bunyi klakson mobil di depan pintu rumah. Seorang pelayan yang akan tinggal di rumah pergi membukakan pintu."Maaf Pak, mau cari siapa?" tanya pelayan kepada seorang pria yang berpakaian seperti excekutif muda."Saya adalah karyawan Nona Dina. Saya diminta untuk menjemput Tuan Felix dan Tuan Jero" kata pria tersebut."Oh silahkan masuk Tuan. Tuan Jero dan Tuan Felix sedang sarapan." kata pelayan sambil membukakan pintu lebar lebar untuk pemuda tampan tersebut.Asisten Dina langsung masuk ke dalam rumah. Dia mengikuti pelayan yang mengantarkan dia ke ruang makan."Tuan, ini ada utusan dari Nona Dina" kata pelayan kepada Jero da
Bunyi ponsel Felix memecah kesunyian di siang hari itu. Felix dan Jero yang sedang menikmati makan siang mereka langsung menatap ponsel Felix bersamaan. Karena layar ponsel Felix menampilkan wajah seorang pria yang mereka sangat kenal. Pria yang telah lama tidak ke negara I. Pria tersebut dan wanitanya memilih tinggal di Negara B.Felix menatap ke Jero, meminta persetujuan apakah telpon tersebut perlu diangkat atau tidak."Angkat aja kalau telpon lagi. Gue mau denger apalagi yang mau dikatakan bokap dan nyokap. Apakah masalah Frenya lagi atau yang lainnya." kata Jero yang sudah bosan tiap kali dia melakukan perjalanan ke negara ini, pasti dia akan kena khotbah jumat karena bertemu dengan Frenya.Ternyata memang benar Papi Jero menghubungi Felix kembali. Felix langsung mengangkat panggilan itu."Hallo Pi. Ada apa Pi?" tanya Felix kepada Papi."Kalian pulang kapan ke rumah?? Papi dab Mami ada di rumah. Kami berdua sudah menetapkan hati akan kembali t
Jero sudah bangun subuh subuh, dia langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu. Jero tidak berendam di bathup seperti kebiasaannya. Dia sangat takut untuk terlambat. Jero tidak ingin memancing kemarahan Felix di pagi hari. Jero takut membuat Felix emosi. Selesai mandi Jero memakai stelan hitamnya. Jero dan Felix selalu bersepakat kalau untuk melakukan presentasi kerjasama mereka akan memakai baju serba hitam. Kecuali kemeja, baru berwarna putih. Jero sudah terlihat sangat rapi. Setelah yakin dengan penampilannya dia langsung berjalan keluar kamar menuju meja makan.Felix yang juga sudah memakai stelan serba hitam termasuk dengan kemeja yang juga hitam keluar dari kamarnya menuju meja makan. Felix juga sudah membawa laptop untuk presentasi. Felix sudah membaca dan mengulang ulang apa yang akan dipresentasikannya nanti. Saat di anak tangga tengah Felix sudah melihat Jero duduk di meja makan dengan kopi dan roti bakar.Felix tidak melihat ada
Jero yang sudah lelah menuju rumah utama, dia sangat merindukan kasur empuk miliknya. Sampai di rumah, Jero langsung masuk ke dalam kamar, dia membuka semua bajunya, tubuh indah Jero terpampang dengan sangat indah di kaca kamar mandi. Jero mengisi bathup dengan air panas dan menuangkan sabun aroma therapy. Jero kemudian berendam di dalam bathup. Dia merilekskan badannya yang memang sudah sangat sangat lelah. Pertarungan ranjang yang menguras tenaga dan juga emosinya. Jero berendam selama dua jam. Selesai berendam Jero memasang baju santainya, dia yang semula berniat untuk tidur mengurungkan niatnya. Dia harus bekerja sore ini. Dia berencana akan ke apartemen Frenya nanti malam. Jero ingin mengulang kembali cerita pertempuran ranjang yang dibalut dengan nafsu itu.Jero melangkahkan kakinya menuju dapur, dia harus membuat kopi terlebih dahulu. Para pembantu yang biasanya memasak hari ini tidak hadir. Dia harus pergi le rumah sakit untuk merawat suaminya. Jadilah sore ini Jero m
Jero yang baru bangun dari tidurnya melihat Frenya yang tanpa busana sedang memeluk dirinya langsung saja menelentangkan posisi Frenya. dia melumat puting Frenya dengan rakus. Serta memeras payudara Frenya yang sebelah lagi. Frenya yang sedang nyenyak tidur langsung terbangun karena hisapan dan remasan di kedua payudaranya. Frenya yang melihat Jero sedang asik bermain di sana langsung pura pura tidur kembali. Dia tidak mau mengganggu keasikan Jero yang sedang bermain itu. Frenya menikmati setiap belaian, setiap lumatan dan setiap remasan yang diberikan Jero kepada tubuhnya. Frenya yang sudah basah dibagian inti tubuhnya juga mendapatkan serangan yang sama pada inti tubuhnya itu. Frenya menggeliat geliat menerima serangan dari Jero. "Sayang masukin lagi sayang. Aku udah nggak sanggup sayang." kata Frenya yang udah nggak sanggup menahannya lagi. "Sabar sayang. Aku lagi ingin bermain dengan dua benda kenyal ini sayang" kata Jero yang nggak mau langsung celup ke inti Fre
Keesokan harinya Jero sama sekali tidak ingin menghubungi Frenya. Jero tidak mau dikatakan sebagai cowok yang lemah karena memohon cinta seorang wanita untuk dimilikinya. Jero bertekad bahwasanya Frenyalah yang harus menghubunginya terlebih dahulu. Selama ini Jero sudah salah karena selalu mengalah kepada Frenya.Jero selesai ngegym langsung masuk kedalam kamar mandi, Jero membersihkan badannya. Jero memakai perlengkapan mandinya yang biasa dia pakai di negara A. Selesai membersihkan diri dan memakai pakaiannya Jero melangkahkan kakinya ke arah ruang makan. Felix sang asisten setia serta sahabat terdekat sudah duduk sambil menikmati nasi goreng dan secangkir teh hangat."Makan Jer"Jero kemudian mengambil sarapan untuk dirinya serta menuang teh hangat dari poci yang tersedia."Hari ini kita sibuk Lix?""Nggak. Kita hanya ada satu rapat dengan bagian gudang. serelah itu tidak ada lagi. Emang ada apa?""Nggak ada apa apa." jawab Jero.Jero mem
Jero yang telah bangun dipagi hari mengambil ponselnya untuk melakukan video call dengan Frenya."Frenya kemana ya, kenapa video call ku tidak diangkatnya." kata Jero."Dia kemana ya?" lanjut Jero.Jero yang langsung tidak mood karena Frenya tidak mengangkat videocallnya langsung saja pergi mandi. Dia berdiri di bawah shower yang mengucurkan air panas. Jero bener bener kesal. Ingin rasanya Jero untuk datang ke rumah Frenya, tetapi karena waktu dan keadaan yang membuat Jero tidak bisa ke sana sekarang."Aaaaaggggggggg"Jero meninju dinding kamar mandinya. Dia sangat sangat merasa kesal. Biasanya kalau berada di negara A, kalau Jero kesal maka dia akan meninju samsak di gym miliknya. Sekarang dia berada di negara A, di rumah ini Jero tidak menyediakan ruangan gym. Jero yang merasa badannya sudah panas karena tersiram air hangat dari shower langsung keluar menuju ruang pakaiannya. Jero harus tetap pergi ke kantor untuk meeting walaupun dia dalam
Jero dan Felix menuju bandara. Mereka akan segera melakukan penerbangan. Jero masih sibuk dengan kegiatannya membaca buku yang dibawanya dari rumah Deli."Lix, tadi Deli ngomong kalau dulu ayahnya adalah pengusaha. Siapa sebenarnya ayahnya Deli?""Saya juga tidak tau. Tapi kalau melihat dari nama Deli. Sepertinya Deli anak tuan Bramantya yang perusahaannya di take ofer temannya sendiri tuan." jawab Felix."Cari tau felix ada apa sebenarnya dengan perusahaan Bramantya. Saya tidak mau sekretaris saya adalah mata mata dari perusahaan lain.""Siap tuan"Setelah menempuh perjalanan selama satu setengah jam, mereka akhirnya sampai di bandara. Jero dan Felix langsung saja menuju ruang khusu para pemakai privet jet. Jaro dan Felix langsung saja menuju pesawat yang telah menunggu mereka.Dua orang pilot dan dua pramugari cantik sudah berdiri di tangga pesawat menanti kehadiran Jero dan Felix. Jero dan Felix langsung naik ke atas pesawat. Mereka akan terban