Jarum jam masih menunjukkan pukul empat dini hari, tetapi Deli sudah bangun dari tidurnya, Deli menuju ke dapur untuk membantu Bunda yang sedang memasak berbagai makanan untuk dijual di kafe. Bunda dibantu oleh lima orang karyawan, karena kafe semakin hari semakin ramai. Tetapi untuk urusan memasak makanan tetap urusan Bunda. Karyawan bunda hanya mengantar pesanan dan bersih bersih.
"Pagi sayang. Kenapa bangunnya cepat sekali"
"Pengen bantu bunda aja. Apa yang bisa Deli bantu bun?"
"Bantu nata kue kue ini aja ke nampah Del. Bunda dapat orderan buat jajanan pasar dari kantor lurah untuk acara pagi nanti."
"Job baru neh Bun. Bisa itu. Nanti minta Kak Hen untuk fotoin kuenya jadi bisa dipost di toko online." Deli dengan semangat menata kue kue jajanan pasar tersebut di empat nampah besar.
"Banyak banget Del. Ini aja Bunda udah pusing kerjanya."
"Gimana kalau nambah karyawan lagi, untuk bagian masak. Ibu ibu komplek lumayan juga lah Bun. Sekalian ngebuka lapangan kerja" Deli memberikan usul yang masuk akal ke bundanya.
"Bunda pikirin nanti lah Del. Oh ya, nanti pulang jam berapa Del?"
"Belum tau Bun. Emang kenapa?" Deli menatap Bundanya dengan sangat serius.
"Nggak ada. Rencana Bunda mau mintak tolong buatin brownis kukus. Ada pesanan lima loyang."
"Gampang itu Bun. Kapan diambil orangnya?"
"Besok pagi katanya maren"
"Pulang kantor aku eksekusi Bun. Bun ini kelar. Deli mandi dulu ya bun. Takut telat sampe kantor." Deli kemudian masuk kedalam kamarnya untuk bersih bersih badannya. Setelah mandi Deli memakai stelan kantornya yang berwarna navy. Terdiri atas rok span dibawah lutut, blazer warna navy dan kemeja warna baby pink tak lupa Deli mengikat syal dengan warna senada di lehernya. Riasan wajah yang dipakai Deli adalah natural minimalis, sedangkan untuk rambut deli mengikat separo rambutnya dan dibiarkan terurai kebelakang dengan mengikalkan bagian ujungnya. Deli melengkapi penampilannya dengan hils warna navy. Setelah mematut dirinya di depan kaca, serta sudah dirasa sempurna Deli kemudian turun ke kafe. Deli berencana membawa bekal sarapan dan makan siangnya. Setelah membungkus semua bekal. Deli mencari bunda di container kebanggaan bunda.
" Bunda, Deli pamit kantor dulu ya."
" Hati hati sayang. Ini ada kue jajanan pasar tadi, bawa ya." Bunda menyerahkan kotak kue kepada Deli.
"Makasi bunda. Kak Hen dimana bun?"
" Tuh sedang membersihkan meja" tunjuk Bunda kepada Hendri yang terlihat sedang sibuk.
Deli kemudian menghampiri Hendri. "Kak Hen, jangan lupa foto jajanan pasar bunda tadi ya. Sekalian aku mau pamit ke kantor." Deli kemudian mencium tangan Hendri.
"Bawa mobil aja Del. Nanti kepasar biar oake mobil kakak."
"Beneran?" Deli tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Deli sudah lama tidak lagi membawa mobil semenjak mobil kesayangannya terpaksa harus dijual.
Hendri mengangguk. " Bawa aja. Kalau mau kamu bisa bawa mobil kakak"
"Mobil kakak ajalah. Lebih keren. Hahahahaha"
"Kuncinya di tempat biasa."
Deli kemudian mengambil kunci mobil Hendri. Bunda yang sudah tau hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan kedua anaknya.
Deli membawa mobil tersebut dengan rasa bahagia. Dia memang sudah lama tidak kemana mana dengan mobil. Deli sudah terbiasa naik angkot. Tak berapa lama Deli sampai di kantor. Dia langsung memarkirkan mobilnya di tempat khusus parkir mobil.
Deli langsung masuk dan menuju ruang HRD. Manager HRD yang baru datang langsung saja mengantarkan Deli ke lantai tujuh, lantai tempat presdir berada.
"Deli kamu mejanya di sini. Ruangan di belakang kamu yang pintunya sebelah kanan adalah ruangan presdir."
"Sedangkan yang pintu di sebelah kiri adalah ruangan pak Felix. Ruangan mereka bersua dibatasi oleh kaca. Kamu akan jadi sekretaris kedua bos besar itu. Kamu paham Deli??" kata manager HRD dengan memasang mimik wajah seriusnya.
"Paham bu."
"Sekarang kamu saya tinggal. Semua kegiatan Presdir kamu minta ke pada pak Felix. Setelah itu kamu susun. Saya tidak akan menjelaskan secara detail tentang tupoksi kami. Saya harap kamu cepat belajar dan bisa mengikuti ritme bekerja ke dua bos besar itu."
"Baik bu, saya akan berusaha"
Kemudian manager HRD pergi meninggalkan Deli di lantai itu seorang diri. Deli melihat jam yang ada didinding. Jarum jam baru menunjukkan angka 7.00 WIB. Deli kemudian mengeluarkan kotak bekal sarapannya. Deli membawa katupek gulai tunjang favoritnya.
Deli menuangkan kmgulai tunjang ke atas katuoek yang ada di dalam tupurware. Deli makan dengan sangat lahap. Saking lahapnya Deli tidak sadar kalau kedua bosnya sudah berdiri di depan mejanya.
"Ehm. Kelihatannya sarapan mu enak juga" kata Jero.
"Maafkan saya Tuan Jero dan Tuan Felix, saya tidak tau kedatangan anda berdua"
"Oh tidak apa apa. Kalau saya boleh tau apa yang kamu makan. Kelihatannya enak sekali." kata Jero
Felix yang melihat Jero ramah dengan sekretaris barunya langsung merasa heran. Ada apa dengan Jero?
"Ini namanya katupek gulai tunjang Tuan." jawab Deli.
"Dimana kamu beli dekat sinikah?"
"Tidak Tuan. Saya membawanya dari rumah. Kebetulan bunda saya memiliki usaha kafe, salah satunya menunya ini dan kue kue jajanan pasar ini" kata Deli mengeluarkan kotak kuenya dari bawah meja.
" Boleh minta satu?" kaya Jero sambil mengangkat salah satu kue.
"Semua juga tidak apa apa Tuan." kata Deli
Jero tanpa dikomando dua kali langsung membawa kotak kue Deli kadalam ruangannya.
"Kamu kenapa Jer? Tumben ramah." felix yang penasaran akhirnya bertanya juga.
" Nggak ada. Bosen jadi CEO kejam ke sekretaris." jawab Jero.
"Fel kami bilang sama sekretaris baru itu, besok bawa makanan yang dia makan tadi untuk gue."
" Gue?"
"Kalau mau pesan aja"
"Oke sip"
Felix kemudian menuju tempat Deli duduk. Felix mengatakan pesanan Jero tadi.
"Tuan Felix, apakah hari ini Tuan Jero ada meeting dengan perusahaan lain?"
" Menurut agenda tidak ada. Mulai hari ini setiap kegiatan Jero kamu yang susun."
"Baiklah Tuan Felix."
Felix kemudian masuk kedalam ruangannya. Hari ini dia dengan Jero tidak ada kegiatan keluar. Rencana mereka, mereka di kantor hanya separo hari.
Saat pukul 12.00WIB. Jero keluar dari ruangannya begitu juga dengan Felix.
"Deli. Kami akan pulang. Kamu silahkan kalau mau pulang cepat. Tapi kamu selalu memegang ponsel ini ya. Karena semua kolega selalu menelpon kenomor itu." kata Felix memberikan ponsel yang sudah sepuluh tahun itu dia pegang kepada Deli.
"Terimakasih Tuan. Saya akan pulang pukul dua siang nanti. Saya ada pekerjaan sedikit lagi" jawab Deli.
"Oke. Kami jalan dulu" kata Felix.
Jero hanya diam saja dan memerhatikan penampilan Deli dari ujung rambut sampai ujung kaki. Deli yang ditatap seperti itu merasa risih. Tetapi apalah daya Deli dia hanya bawahan. Selagi Jero tidak berbuat macam macam maka Deli bisa tenang. Kalau sudah aneh aneh, maka Jero akan merasakan huck kanan Deli yang luas biasa.
Tepat pukul dua siang, Deli pulang kerumahnya. Deli akan memasak kue pesanan, jadi dia tidak perlu lembur nanti malam. Karena kuenya akan masak sore hari. Betapa senangnya hati Deli hari ini. Hari pertama kerja berjalan dengan sangat sukses tanpa kendala apapun.
"Bun, Deli kantor dulu, sarapan di kantor aja. Uang katupek gulai yang dua bungkus udah Deli masukin kotak" ucap Deli kepada bunda yang sedang sibuk membungkus pesanan katupek gulai paku, pesanan dari kantor lurah."Iya sayang hati hati. Kamu masih pake mobil kak Hen?""Iya Bun. Dah Bun. Assalamualaikum" Kata Deli sambil.menyambar tiga kantong katupek gulai tunjang yang sudah dibungkusnya dari tadi.Deli kemudian melajukan mobilnya menuju kantor. Deli melaju dengan kecepatan agak tinggi. Dia harus menyiapkan katupek yang di bawanya tadi untuk presdir dan asisten.Deli memarkirkan mobilnya di tempat parkir khusus karyawan kantor. Setelah merapikan penampilannya di dalam mobil, Deli langsung masuk dan menuju pantry sebelum dia masuk keruangannya. Deli memindahkan katupek gulai tunjang ke atas dua piring. Setelah selesai Deli meletakkan dua piring katupek gulai tunjang dan sepiring kerupuk serta dua gelas kopi. Selesai merapikan sarapan untuk presdir Deli kambal
Deli hari ini bangun agak telat dari pada biasanya. Bunda menjadi heran, tidak biasanya Deli bangun telat seperti ini."Kak, coba tengok Deli, nggak biasanya Deli telat bangun. Ini udah jam enam loh kak.""Oke Bun"Hendri kemudian langsung masuk ke dalam rumah dan mengetuk pintu Deli."Del, nggak kantor?"Deli yang setengah sadar langsung duduk saat mendengar suara Hendri dari balik pintu kamar."Nggak kak. Deli dikasih libur seminggu, karena kedua bos Deli lagi keluar negeri. Jadi Deli kerja dari rumah aja" kata Deli sambil mengeluarkan kepalanya dari pintu yang terbuka sedikit."Ya udah. Kafe bentar lagi buka. Kamu bantu ya. Kakak mau nganterin pesanan kantor Dinas.""Siap komandan. Mandi bentar ya"Hendri kembali ke kafe untuk menaikkan semua pesanan kantor dinas. Sedangkan Deli masuk ke kamar mandi untuk bersih bersih badannya.Selesai mandi Deli langsung menuju kafe. Dia akan menolong bunda untuk menyiapkan makanan yan
Jero dan Felix menuju bandara. Mereka akan segera melakukan penerbangan. Jero masih sibuk dengan kegiatannya membaca buku yang dibawanya dari rumah Deli."Lix, tadi Deli ngomong kalau dulu ayahnya adalah pengusaha. Siapa sebenarnya ayahnya Deli?""Saya juga tidak tau. Tapi kalau melihat dari nama Deli. Sepertinya Deli anak tuan Bramantya yang perusahaannya di take ofer temannya sendiri tuan." jawab Felix."Cari tau felix ada apa sebenarnya dengan perusahaan Bramantya. Saya tidak mau sekretaris saya adalah mata mata dari perusahaan lain.""Siap tuan"Setelah menempuh perjalanan selama satu setengah jam, mereka akhirnya sampai di bandara. Jero dan Felix langsung saja menuju ruang khusu para pemakai privet jet. Jaro dan Felix langsung saja menuju pesawat yang telah menunggu mereka.Dua orang pilot dan dua pramugari cantik sudah berdiri di tangga pesawat menanti kehadiran Jero dan Felix. Jero dan Felix langsung naik ke atas pesawat. Mereka akan terban
Jero yang telah bangun dipagi hari mengambil ponselnya untuk melakukan video call dengan Frenya."Frenya kemana ya, kenapa video call ku tidak diangkatnya." kata Jero."Dia kemana ya?" lanjut Jero.Jero yang langsung tidak mood karena Frenya tidak mengangkat videocallnya langsung saja pergi mandi. Dia berdiri di bawah shower yang mengucurkan air panas. Jero bener bener kesal. Ingin rasanya Jero untuk datang ke rumah Frenya, tetapi karena waktu dan keadaan yang membuat Jero tidak bisa ke sana sekarang."Aaaaaggggggggg"Jero meninju dinding kamar mandinya. Dia sangat sangat merasa kesal. Biasanya kalau berada di negara A, kalau Jero kesal maka dia akan meninju samsak di gym miliknya. Sekarang dia berada di negara A, di rumah ini Jero tidak menyediakan ruangan gym. Jero yang merasa badannya sudah panas karena tersiram air hangat dari shower langsung keluar menuju ruang pakaiannya. Jero harus tetap pergi ke kantor untuk meeting walaupun dia dalam
Keesokan harinya Jero sama sekali tidak ingin menghubungi Frenya. Jero tidak mau dikatakan sebagai cowok yang lemah karena memohon cinta seorang wanita untuk dimilikinya. Jero bertekad bahwasanya Frenyalah yang harus menghubunginya terlebih dahulu. Selama ini Jero sudah salah karena selalu mengalah kepada Frenya.Jero selesai ngegym langsung masuk kedalam kamar mandi, Jero membersihkan badannya. Jero memakai perlengkapan mandinya yang biasa dia pakai di negara A. Selesai membersihkan diri dan memakai pakaiannya Jero melangkahkan kakinya ke arah ruang makan. Felix sang asisten setia serta sahabat terdekat sudah duduk sambil menikmati nasi goreng dan secangkir teh hangat."Makan Jer"Jero kemudian mengambil sarapan untuk dirinya serta menuang teh hangat dari poci yang tersedia."Hari ini kita sibuk Lix?""Nggak. Kita hanya ada satu rapat dengan bagian gudang. serelah itu tidak ada lagi. Emang ada apa?""Nggak ada apa apa." jawab Jero.Jero mem
Jero yang baru bangun dari tidurnya melihat Frenya yang tanpa busana sedang memeluk dirinya langsung saja menelentangkan posisi Frenya. dia melumat puting Frenya dengan rakus. Serta memeras payudara Frenya yang sebelah lagi. Frenya yang sedang nyenyak tidur langsung terbangun karena hisapan dan remasan di kedua payudaranya. Frenya yang melihat Jero sedang asik bermain di sana langsung pura pura tidur kembali. Dia tidak mau mengganggu keasikan Jero yang sedang bermain itu. Frenya menikmati setiap belaian, setiap lumatan dan setiap remasan yang diberikan Jero kepada tubuhnya. Frenya yang sudah basah dibagian inti tubuhnya juga mendapatkan serangan yang sama pada inti tubuhnya itu. Frenya menggeliat geliat menerima serangan dari Jero. "Sayang masukin lagi sayang. Aku udah nggak sanggup sayang." kata Frenya yang udah nggak sanggup menahannya lagi. "Sabar sayang. Aku lagi ingin bermain dengan dua benda kenyal ini sayang" kata Jero yang nggak mau langsung celup ke inti Fre
Jero yang sudah lelah menuju rumah utama, dia sangat merindukan kasur empuk miliknya. Sampai di rumah, Jero langsung masuk ke dalam kamar, dia membuka semua bajunya, tubuh indah Jero terpampang dengan sangat indah di kaca kamar mandi. Jero mengisi bathup dengan air panas dan menuangkan sabun aroma therapy. Jero kemudian berendam di dalam bathup. Dia merilekskan badannya yang memang sudah sangat sangat lelah. Pertarungan ranjang yang menguras tenaga dan juga emosinya. Jero berendam selama dua jam. Selesai berendam Jero memasang baju santainya, dia yang semula berniat untuk tidur mengurungkan niatnya. Dia harus bekerja sore ini. Dia berencana akan ke apartemen Frenya nanti malam. Jero ingin mengulang kembali cerita pertempuran ranjang yang dibalut dengan nafsu itu.Jero melangkahkan kakinya menuju dapur, dia harus membuat kopi terlebih dahulu. Para pembantu yang biasanya memasak hari ini tidak hadir. Dia harus pergi le rumah sakit untuk merawat suaminya. Jadilah sore ini Jero m
Jero sudah bangun subuh subuh, dia langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu. Jero tidak berendam di bathup seperti kebiasaannya. Dia sangat takut untuk terlambat. Jero tidak ingin memancing kemarahan Felix di pagi hari. Jero takut membuat Felix emosi. Selesai mandi Jero memakai stelan hitamnya. Jero dan Felix selalu bersepakat kalau untuk melakukan presentasi kerjasama mereka akan memakai baju serba hitam. Kecuali kemeja, baru berwarna putih. Jero sudah terlihat sangat rapi. Setelah yakin dengan penampilannya dia langsung berjalan keluar kamar menuju meja makan.Felix yang juga sudah memakai stelan serba hitam termasuk dengan kemeja yang juga hitam keluar dari kamarnya menuju meja makan. Felix juga sudah membawa laptop untuk presentasi. Felix sudah membaca dan mengulang ulang apa yang akan dipresentasikannya nanti. Saat di anak tangga tengah Felix sudah melihat Jero duduk di meja makan dengan kopi dan roti bakar.Felix tidak melihat ada
Kepada para penumpang untuk membetulkan duduknya dan memasang sabuk pengaman. Sebentar lagi pesawat akan landing." kata pramugari yang berdiri di depan.Felix yang mendengar suara merdu pramugari langsung terbangun dari tidur nikmatnya. Dia melihat Dina yang tertidur sambil memeluk tangan Felix. Felix baru sadar kalau Dina memeluk tangannya. makanya untuk perjalanan jauh Dina lebih suka memakai pilotnya yang ini dari pada yang biasanya."Din bangun Din. Sebentar lagi pesawat akan landing." kata Felix membangunkan Dina dengan cara mengguncang tangan Dina yang sedang memeluk tangan Felix.Dina yang melihat tangannya memeluk tangan Felix langsung melepaskan pegangan tangannya. Dina terlihat malu sendiri."Santai aja Din. Nggak masalah" kata Felix."Maaf Lix. Dari tadi pastinya tangan aku memeluk tangan kamu ya?" tanya Dina sambil menatap Felix."Lumayan lama Din" jawab Felix.Dina kemudian duduk dengan tenangnya. dia sangat malu se
Hari ini pagi pagi sekali Jero dan Felix sudah bangun dari tidur mereka. Mereka sedang membersihkan diri untuk bersiap siap menuju bandara. Mereka akan menumpang ke Dina untuk pulang ke negara I. Jero dan Felix menyelesaikan sarapan mereka dengan sangat cepat. Mereka tidak mau membuat Dina menunggu mereka.Tin tin tin, bunyi klakson mobil di depan pintu rumah. Seorang pelayan yang akan tinggal di rumah pergi membukakan pintu."Maaf Pak, mau cari siapa?" tanya pelayan kepada seorang pria yang berpakaian seperti excekutif muda."Saya adalah karyawan Nona Dina. Saya diminta untuk menjemput Tuan Felix dan Tuan Jero" kata pria tersebut."Oh silahkan masuk Tuan. Tuan Jero dan Tuan Felix sedang sarapan." kata pelayan sambil membukakan pintu lebar lebar untuk pemuda tampan tersebut.Asisten Dina langsung masuk ke dalam rumah. Dia mengikuti pelayan yang mengantarkan dia ke ruang makan."Tuan, ini ada utusan dari Nona Dina" kata pelayan kepada Jero da
Bunyi ponsel Felix memecah kesunyian di siang hari itu. Felix dan Jero yang sedang menikmati makan siang mereka langsung menatap ponsel Felix bersamaan. Karena layar ponsel Felix menampilkan wajah seorang pria yang mereka sangat kenal. Pria yang telah lama tidak ke negara I. Pria tersebut dan wanitanya memilih tinggal di Negara B.Felix menatap ke Jero, meminta persetujuan apakah telpon tersebut perlu diangkat atau tidak."Angkat aja kalau telpon lagi. Gue mau denger apalagi yang mau dikatakan bokap dan nyokap. Apakah masalah Frenya lagi atau yang lainnya." kata Jero yang sudah bosan tiap kali dia melakukan perjalanan ke negara ini, pasti dia akan kena khotbah jumat karena bertemu dengan Frenya.Ternyata memang benar Papi Jero menghubungi Felix kembali. Felix langsung mengangkat panggilan itu."Hallo Pi. Ada apa Pi?" tanya Felix kepada Papi."Kalian pulang kapan ke rumah?? Papi dab Mami ada di rumah. Kami berdua sudah menetapkan hati akan kembali t
Jero sudah bangun subuh subuh, dia langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu. Jero tidak berendam di bathup seperti kebiasaannya. Dia sangat takut untuk terlambat. Jero tidak ingin memancing kemarahan Felix di pagi hari. Jero takut membuat Felix emosi. Selesai mandi Jero memakai stelan hitamnya. Jero dan Felix selalu bersepakat kalau untuk melakukan presentasi kerjasama mereka akan memakai baju serba hitam. Kecuali kemeja, baru berwarna putih. Jero sudah terlihat sangat rapi. Setelah yakin dengan penampilannya dia langsung berjalan keluar kamar menuju meja makan.Felix yang juga sudah memakai stelan serba hitam termasuk dengan kemeja yang juga hitam keluar dari kamarnya menuju meja makan. Felix juga sudah membawa laptop untuk presentasi. Felix sudah membaca dan mengulang ulang apa yang akan dipresentasikannya nanti. Saat di anak tangga tengah Felix sudah melihat Jero duduk di meja makan dengan kopi dan roti bakar.Felix tidak melihat ada
Jero yang sudah lelah menuju rumah utama, dia sangat merindukan kasur empuk miliknya. Sampai di rumah, Jero langsung masuk ke dalam kamar, dia membuka semua bajunya, tubuh indah Jero terpampang dengan sangat indah di kaca kamar mandi. Jero mengisi bathup dengan air panas dan menuangkan sabun aroma therapy. Jero kemudian berendam di dalam bathup. Dia merilekskan badannya yang memang sudah sangat sangat lelah. Pertarungan ranjang yang menguras tenaga dan juga emosinya. Jero berendam selama dua jam. Selesai berendam Jero memasang baju santainya, dia yang semula berniat untuk tidur mengurungkan niatnya. Dia harus bekerja sore ini. Dia berencana akan ke apartemen Frenya nanti malam. Jero ingin mengulang kembali cerita pertempuran ranjang yang dibalut dengan nafsu itu.Jero melangkahkan kakinya menuju dapur, dia harus membuat kopi terlebih dahulu. Para pembantu yang biasanya memasak hari ini tidak hadir. Dia harus pergi le rumah sakit untuk merawat suaminya. Jadilah sore ini Jero m
Jero yang baru bangun dari tidurnya melihat Frenya yang tanpa busana sedang memeluk dirinya langsung saja menelentangkan posisi Frenya. dia melumat puting Frenya dengan rakus. Serta memeras payudara Frenya yang sebelah lagi. Frenya yang sedang nyenyak tidur langsung terbangun karena hisapan dan remasan di kedua payudaranya. Frenya yang melihat Jero sedang asik bermain di sana langsung pura pura tidur kembali. Dia tidak mau mengganggu keasikan Jero yang sedang bermain itu. Frenya menikmati setiap belaian, setiap lumatan dan setiap remasan yang diberikan Jero kepada tubuhnya. Frenya yang sudah basah dibagian inti tubuhnya juga mendapatkan serangan yang sama pada inti tubuhnya itu. Frenya menggeliat geliat menerima serangan dari Jero. "Sayang masukin lagi sayang. Aku udah nggak sanggup sayang." kata Frenya yang udah nggak sanggup menahannya lagi. "Sabar sayang. Aku lagi ingin bermain dengan dua benda kenyal ini sayang" kata Jero yang nggak mau langsung celup ke inti Fre
Keesokan harinya Jero sama sekali tidak ingin menghubungi Frenya. Jero tidak mau dikatakan sebagai cowok yang lemah karena memohon cinta seorang wanita untuk dimilikinya. Jero bertekad bahwasanya Frenyalah yang harus menghubunginya terlebih dahulu. Selama ini Jero sudah salah karena selalu mengalah kepada Frenya.Jero selesai ngegym langsung masuk kedalam kamar mandi, Jero membersihkan badannya. Jero memakai perlengkapan mandinya yang biasa dia pakai di negara A. Selesai membersihkan diri dan memakai pakaiannya Jero melangkahkan kakinya ke arah ruang makan. Felix sang asisten setia serta sahabat terdekat sudah duduk sambil menikmati nasi goreng dan secangkir teh hangat."Makan Jer"Jero kemudian mengambil sarapan untuk dirinya serta menuang teh hangat dari poci yang tersedia."Hari ini kita sibuk Lix?""Nggak. Kita hanya ada satu rapat dengan bagian gudang. serelah itu tidak ada lagi. Emang ada apa?""Nggak ada apa apa." jawab Jero.Jero mem
Jero yang telah bangun dipagi hari mengambil ponselnya untuk melakukan video call dengan Frenya."Frenya kemana ya, kenapa video call ku tidak diangkatnya." kata Jero."Dia kemana ya?" lanjut Jero.Jero yang langsung tidak mood karena Frenya tidak mengangkat videocallnya langsung saja pergi mandi. Dia berdiri di bawah shower yang mengucurkan air panas. Jero bener bener kesal. Ingin rasanya Jero untuk datang ke rumah Frenya, tetapi karena waktu dan keadaan yang membuat Jero tidak bisa ke sana sekarang."Aaaaaggggggggg"Jero meninju dinding kamar mandinya. Dia sangat sangat merasa kesal. Biasanya kalau berada di negara A, kalau Jero kesal maka dia akan meninju samsak di gym miliknya. Sekarang dia berada di negara A, di rumah ini Jero tidak menyediakan ruangan gym. Jero yang merasa badannya sudah panas karena tersiram air hangat dari shower langsung keluar menuju ruang pakaiannya. Jero harus tetap pergi ke kantor untuk meeting walaupun dia dalam
Jero dan Felix menuju bandara. Mereka akan segera melakukan penerbangan. Jero masih sibuk dengan kegiatannya membaca buku yang dibawanya dari rumah Deli."Lix, tadi Deli ngomong kalau dulu ayahnya adalah pengusaha. Siapa sebenarnya ayahnya Deli?""Saya juga tidak tau. Tapi kalau melihat dari nama Deli. Sepertinya Deli anak tuan Bramantya yang perusahaannya di take ofer temannya sendiri tuan." jawab Felix."Cari tau felix ada apa sebenarnya dengan perusahaan Bramantya. Saya tidak mau sekretaris saya adalah mata mata dari perusahaan lain.""Siap tuan"Setelah menempuh perjalanan selama satu setengah jam, mereka akhirnya sampai di bandara. Jero dan Felix langsung saja menuju ruang khusu para pemakai privet jet. Jaro dan Felix langsung saja menuju pesawat yang telah menunggu mereka.Dua orang pilot dan dua pramugari cantik sudah berdiri di tangga pesawat menanti kehadiran Jero dan Felix. Jero dan Felix langsung naik ke atas pesawat. Mereka akan terban