Share

147. Diam-Diam Berteman

Penulis: Harmony^-
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-16 23:00:14

Daniel menghela napas kasar. Ia menatap ponsel yang terus berdering sejak 5 menit yang lalu.

Tak ada niat untuk membalasnya. Ia hanya memandanginya dengan wajah malas walau tahu telepon itu dari Tuannya—Marsha.

“Memang tidak apa tidak mengangkatnya?” Salma datang dengan membawa 2 minuman kaleng untuk mereka. “Nona pasti ingin tahu perkembangan situasi 2 anak kecil itu, kan?”

Daniel hanya mendengus. Ia mengacuhkan Salma. Bahkan sampai tak mau bertetap muka dengan teman wanita dan kawan seperjuangannya itu.

“Aku tahu kamu malu pada Nona jika sampai melaporkan apa yang kalian dengar dari mulutmu sendiri.” Salma mengembuskan napas panjang. “Tapi mau bagaimana? Kamu tangan kanan Nona Marsha. Kalau kamu tak melakukan pekerjaanmu dengan baik hanya karena gengsi, bagaimana kalau memberikan pekerjaan itu padaku saja?”

Daniel membulatkan matanya. Memelotot ke arah Salma yang terus mengusiknya walau ia yakin wanita itu tahu jika ia ingin sendir
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   148. Kasus Penculikan

    “Apa yang akan kamu lakukan, Marsha?” Tiga orang yang sedang di sekap bersama dengannya bertanya dengan kompak. Bahkan mereka yang di tutup matanya, mengarahkan pandangan mereka tepat ke arah Marsha berada--tanpa meleset sedikit pun. Marsha yang mendengar itu hanya menghela napas kasar. Entah kenapa hanya dirinya yang tak mendapatkan penutup mata. “Apa para bedebah itu sengaja membuatku sedikit putus asa karena tak bisa melakukan apa pun padahal bisa melihat semuanya?” batin Marsha, menghela napas kasar. “Marsha?” Gama memanggil. Setengah wajahnya yang masih terlihat menunjukkan kecemasan saat ia tak mendengar suara Marsha menyahut perkataan mereka. “Kamu baik-baik saja?” “Hem ... aku baik-baik saja.” Marsha menjawab seadanya. Ia menghela napas kasar dan melihat sekeliling. Box kontainer yang menjadi tempat di sekapnya mereka terasa mencurigakan. Aroma garam dari air laut bisa di cium oleh Marsha yang memiliki indra pencium

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-17
  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   149. Mereka Berhasil Di Temukan

    Tok ... tok .... Seorang lelaki berjalan masuk ke dalam kamar Derren. Hal pertama yang ia lihat adalah wajah masam rekannya, Daniel, yang terlihat sangat cemas sampai ke taraf gelisah. Sementara lelaki yang ia tahu adalah suami Nona mereka, Marsha, juga memasang wajah tegang nan cemas. “Duduk jika sudah datang.” Daniel menatap garang. “Kita harus segera menyelesaikan pekerjaan ini agar bisa memastikan keadaan Nona.” Baron mengangguk dan segera masuk ke dalam ruangan itu. Suasana menegangkan yang mencengkeram membuatnya ikut merasa tegang. Bahkan ia tak bisa duduk dengan nyaman melihat raut wajah dua orang di depannya. “Maaf sudah meminta pihak kalian datang ke sini. Padahal aku yang meminta tolong. Harusnya aku yang datang ke perusahaan kalian.” Derren berucap dengan sopan. Baron hanya diam. Ia sibuk dengan laptop dan tugas yang di berikan Daniel padanya. “Sudahlah, Tuan. Saya yang meminta anggota saya datang karena Anda se

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-18
  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   150. Death

    “Marsha ... Marsha ... kau baik-baik saja?” Gama menoleh ke kanan dan ke kiri. Ia mencari suara Marsha yang tak terdengar selama beberapa saat setelah suara hantaman keras terdengar. Yang bisa di dengar Gama dan Lea yang masih terjaga saat itu adalah suara memekik Marsha yang kesakitan. Setelah itu guncangan hebat terus terjadi di tempat mereka. Bahkan suara deru air laut yang semakin jelas. “Mereka pasti membawa kita ke tengah laut, kan?” Lea mulai kembali dengan pemikiran negatifnya. Sementara Gama hanya bisa diam dan pasrah. Rasa khawatir akan Marsha membuatnya hampir gila. Namun tetap tak ada yang bisa ia lakukan untuk saat ini. “Gama, kau tak dengar aku??” Lea berteriak frustrasi. Ia juga ketakutan. Namun keheningan yang melanda ini membuat mentalnya semakin terombang-ambing. “Aku mendengarmu.” Gama menghela napas kasar dan mulai berusaha bergerak ke samping—tempat posisi Marsha berada sebelumnya. “Coba cari benda yang bisa kita

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-19
  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   151. Tak Bernapas

    Marsha .... Marsha .... Sampai kapan kamu menutup matamu? Gama terlihat kalut. Ia menangis sambil memeluk Marsha dengan erat. Sementara dua dokter yang mengupayakan pertolongan pertama untungnya. Napas Marsha masih teras, namun sangat lemah. Mereka membutuhkan peralatan yang lebih memadai untuk menolongnya. Namun mereka sudah terimpit dalam situasi yang tak memungkinkan. “Kita harus segera keluar dari tempat ini.” Gama menatap Syam yang berusaha kuat untuk membantu Lea. Mereka akan terus melakukan CPR. Setidaknya sampai kesadaran Marsha mulai pulih. “Dokter Syam ....” Gama menatap tegas. “Aku akan menyusup masuk ke atas—helikopter itu, harusku jarah!” Syam terdiam beberapa saat. Sesekali ia melihat wajah Gama yang terlihat serius, namun ia tak memiliki waktu untuk melakukan diskusi lebih lanjut—bahkan sekedar mengkhawatirkannya, Syam tak memiliki waktu. “Jika kamu bisa mengatasinya, aku tak akan membuatm

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-20
  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   152. Kenyataan Yang Sulit

    “Semuanya akan baik-baik saja. Jangan terlalu memikirkannya ... keadaanmu juga belum sepenuhnya pulih.” Syam hanya mengangguk. Melihat banyak dari rekan kerjanya yang menunjukkan kepedulian padanya, membuat Syam sadar jika masalah yang menimpa mereka memang masuk dalam kategori besar. Rumah sakit Zahara memiliki banyak saingan, namun tak pernah ada kejadian seekstrem ini selama bertahun-tahun. “Pihak atas juga sudah membuat tim penyelidikan khusus untuk mengali masalah ini.” Tomo menghela napas kasar. Kini lelaki itu tampak lebih tulus memperlihatkan kekhawatirannya. Ya, ini pasti karena masalah yang di ikut campuri Marsha beberapa hari yang lalu. Tomo jelas tahu antara siapa orang yang benar-benar melindunginya dan orang yang melindunginya hanya untuk memanfaatkan dirinya. “Semoga saja.” Syam menghela napas lelah. Ia mengalihkan pandangannya pada Lea dan Gama yang tertidur di ranjang sisi kanannya. “Entah sampai kapan mere

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-22
  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   153. Apa Yang Terjadi?

    “Tidak ... Marsha!” Lea terduduk di bawah ranjang besi yang di tempati Marsha. Kain putih yang menutup sampai ke leher Marsha membuat tangis Lea semakin kencang. Dadanya sesak, padahal ia pernah membayangkan dengan senang kematian Marsha. Dengan begitu ia akan bisa memiliki Derren, namun apa yang terjadi? Dadanya sakit sampai membuat kepalanya terasa mau pecah. Ia marah. Sakit hati dan sedih. Tiga rasa yang hanya bisa di rasakan saat seseorang kehilangan orang yang ‘di pedulikan’ lalu, apakah selama ini Lea memedulikan Marsha? ... harusnya tidak, kan? Mereka hanya rival. “Sejak kapan ia seperti ini?” Lea menatap wajah Derren dan Syam yang melihatnya di ambang pintu masuk kamar mayat tersebut. Penampilan kacau Lea membuat kedua lelaki itu tak sampai hati memberitahu tanggal kematian Marsha. “Katakan!” Lea berteriak lantang. Ia marah karena mereka tak segera memberi tahu hal yang ia inginkan. Apa karena ia tak berhak tahu

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-23
  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   154. Kabar Mendebarkan

    “Siapa yang bertugas memandikan Dokter Marsha?” Valerie menatap beberapa perawat yang menunduk dalam—sedih mengingat Marsha tak ada bersama dengan mereka lagi. Hati Valerie berat. Sudah 24 jam Marsha dinyatakan meninggal dunia. Namun sampai sekarang tak ada seorang pun yang tega memandikan dan menyiapkan peti matinya. Mengusap wajah kasar, Valerie tak akan meminta rekan kerjanya untuk melakukannya. Kali ini, dengan tekat bulat, ia akan melakukannya sendiri. Valerie mendekati ruang mayat. Semakin dekat dengan ruangan itu kakinya semakin gemetar dan tekatnya semakin pudar. “Aku tak bisa melakukannya.” Valerie berjongkok. Dia menangis dan menunduk dalam menahan isak tangisnya. Namun tak lama setelah itu ia bangun dari posisi dan masuk ke dalam ruang mayat. Dia membuka tempat penyimpanan mayat Marsha dan mengeluarkannya. Tubuhnya gemetar. Ia tak siap untuk benar-benar merelakan Marsha. Namun Tuhan seakan menjawab doan

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-24
  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   155. Senjata Nyata

    “Di mana Marsha? Ia baik-baik saja, kan?” tanya Lea, begitu melihat Derren dan Daniel duduk di depan pintu tempat Marsha mendapat perawatan intensif. “Di dalam. Keadaannya semakin membaik dari sejam yang lalu. Kau tak perlu khawatir.” Derren menjelaskan. Matanya yang sembab dan sayu terlihat lega—senyum lembut pun terpatri di wajahnya. “Valeri menghela napas kasar. Ia terus melihat ke arah Syam yang mengomeli Lea karena terluka setelah memaksa keluar dengan percaya diri. “Kamu tidak berniat menghentikan omelan itu, Dokter Syam? Pasien yang sedang kamu omeli akan meledak jika kamu menambah durasi omelan kamu barang setengah jam saja,” celetuk Valerie, sekedar memperingatkan. Namun Syam malah berdecap alih-alih mendengarkan nasehatnya. Sementara Lea yang muak hanya bisa bergumam, mengeluarkan sumpah serapah yang membuat orang yang di hardik tepat di depan wajahnya semakin mengomelinya. “Valerie,” panggil Zahra dengan napas me

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25

Bab terbaru

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   173. Misi‐CEO Hardy

    Marsha menatap Lea dan Anna yang saling berseteru di depan ruangannya. Sementara dirinya dan Syam, hanya menatap sebagai penonton dari dalam ruangan. “Aku tidak tahu jika hubungan mereka akan seburuk itu,” gumam Syam. Marsha yang mendengar itu hanya tersenyum simpul. “Itu memang karakternya. Kalau sudah membenci seseorang, dia akan terus membencinya sampai akhir. Senior tidak ingat bagaimana Lea memperlakukan aku saat masih bersaing hati untuk Derren?” Syam hanya mengangguk-angguk. Lalu kembali melihat pemandangan menyenangkan di depannya. “Ah, tapi seru melihatnya bertengkar. Aku selalu suka itu. Baik denganmu atau dengan Ibu Tiri mudanya itu.” Syam senyum-senyum tidak jelas. Sementara Marsha yang sibuk memindai data yang masuk lewat emailnya. Baik dari RS Zahara atau Perusahaan Mi. Yang jelas, itu tidak berhenti sejak 2 jam yang lalu. “Perkerjaanmu pasti sangat banyak, kan?” celetuk Syam, seperti mengejek.

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   172. Sedih

    Berjalan melewati lorong-lorong rumah sakit yang di padati perawat dan pasien. Setelah sekian lama akhirnya Marsha bisa kembali bekerja. Pemandangan yang sama membuatnya jenuh. Tapi liburan dua hari kemarin telah membantunya melepas stres. “Selamat pagi, Prof.” Beberapa orang menyapa Marsha dengan ramah. Marsha hanya menunduk singkat menjawab salam itu sambil mengumbar senyum cantiknya. Saat hendak masuk ke dalam ruangan, ia bertemu Lea yang keluar dari dua ruangan yang ada di sebelah kantornya. Lea menatap Marsha dengan sinis. Tampaknya, mood wanita itu sedang tidak baik mengingat reaksinya yang berlebihan. “Padahal aku belum menyapa, tapi kamu sudah melempar tatapan seperti itu? Keterlaluan,” pekik Marsha, mendekati Lea. “Jangan bersikap baik di rumah sakit. Orang-orang Ayahku masih terus mengawasi ... bahkan ia menambah personelnya,” ucap Lea, mengeluh. Marsha menatap sekeliling. “Kalau di s

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   171. Masalah Pelik

    Marsha bangun cukup pagi setelah sekian kama tidak beraktivitas dan hanya rebahan sepanjang hari di rumah sakit. Kini ia bebas. Jadi Marsha akan memulai paginya dengan sesuatu yang baik—seperti membuat masakan untuk suami dan kedua adik iparnya yang cantik. Baru saja keluar dari kamarnya, Marsha sudah melihat kedua ajudan kepercayaannya tertidur pulas di sofa dengan posisi memangku laptop mereka yang masih menyala. “Astaga. Apa yang aku lihat di pagi hari?” gumam Marsha, berjalan mendekati kedua orang itu. “Hey, coba bangun dan pindah ke kamar. Jika ingin tidur, aku punya banyak kamar kosong.” Marsha membangunkan kedua orang itu. Walau akhirnya keduanya sangat sulit untuk di bangunkan. Marsha membutuhkan waktu 10 menit agar melihat kedua orang itu bangun dan meninggalkan ruang tamu. Menghela napas panjang, Daniel dan Salma meninggalkan laptop mereka di atas meja dalam kondisi menyala dan bekerja. “Kalian

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   170. Pergerakkan Awal

    Marsha tidak ingat kapan ia benar-benar tertidur pulas. Yang jelas, saat dia bangun Derren tidur di sampingnya dengan mata sembab. Marsha hanya menghela napas panjang dan membelai puncak kepalanya dengan sayang. Ia masih mengingat bagaimana keluhan dan kesedihan Derren kemarin malam. Cukup mengenai hatinya yang mudah luluh jika itu bersangkutan dengan suami kecilnya. Tapi tak ada kata istirahat untuk mengenang seseorang—walau itu adalah Ibu Mertua yang pernah tinggal bersama dengannya beberapa minggu. “Daniel.” Marsha memanggil dengan tegas. Lelaki yang sedari tadi berdiri di belakang pintu di sisi luar, akhirnya memberanikan diri untuk masuk dan mengganggu kemesraan kedua patsuri itu. “Apa yang ingin kamu sampaikan? Dari tadi aku melihatmu berdiri di luar dengan ragu-ragu.” Marsha turun dari ranjang, namun  saat satu kaki Marsha baru turun, Derren segera memeluk perutnya dengan mata terbuka lebar—lelaki itu benar

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   169. Tentang Anna dan Ayah

    Dena menatap Marsha dengan tatapan serius. “Tentang Ayahmu yang meninggal karena kecelakaan mobil. Ia tidak meninggal karena kecelakaan biasa. Ia di bunuh ... itu kecelakaan yang di sengaja.” Marsha mengerutkan kening. “Apa maksud Mama?” Ia bangkit dari posisi duduk—mondar-mandir tidak jelas dan duduk kembali dengan Dena yang menatapnya lelah. “Tunggu, ini di luar dugaan Marsha, Ma. Kenapa tiba-tiba membahas ini saat semuanya runyam?” Marsha menjambak kedua sisi rambutnya. “Apa sih ini? Kenapa tiba-tiba sekali.” Marsha menatap wanita itu dengan wajah lelah. “Marsha sibuk dengan kasus ini dan itu. Tapi Mama bicara begitu sekarang? Mama mau membuat Marsha botak karena terlalu banyak ‘problem’?” Dena menggeleng. “Bukan itu maksud Mama. Hanya saja ... pelakunya memiliki nama yang sama dengan orang yang kamu kejar dalam kasus beruntung ini.” Marsha mengerutkan kening untuk ke sekian kali. Ia masih tidak habis pikir dengan semua ini. “Anna? Apakah wanita itu ... biang keroknya?” Dena

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   168. Menyingkap Rahasia

    Drtt …. drtt … drtt … Marsha mengejapkan mata. Ini hari terakhirnya berada di rumah sakit. Yang ia pikirkan hanya bermalas-malasan seharian karena mengira ini adalah hari terakhir liburnya. Tapi begitu melihat panggilan telepon dari Daniel, entah mengapa Marsha yakin jika dirinya tak akan bisa bersantai lagi. “Halo.” Marsha menguap lebar. Yana dan Naya yang entah sejak kapan ada di dalam kamarnya, hanya melihat kelakuan kakak iparnya dengan geleng-geleng kepala. [Anda masih di rumah sakit, kan?] Marsha menjauhkan teleponnya dari telinga—memastikan apa benar yang meneleponnya adalah Daniel—karena orang di seberang sana seakan tak tahu kondisinya. “Kenapa bertanya tidak masuk akal?” Marsha bertanya dengan bingung. “Suaramu … apa ada masalah yang terjadi?” Daniel terdengar mendesak kasar. Tampaknya memang ada yang telah terjadi. Daniel adalah orang yang tenang jika berhadapan dengan dirinya. Mende

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   167. Selamat Tinggal

    Lea tersenyum dengan paksa. Air matanya hampir berlinang membasahi pipi. “Kenapa dengan wajahmu?” Marsha bertanya karena murni tidak tahu. Wanita itu datang dengan wajah sembab sambil membawa banyak makanan. Tapi begitu masuk ke dalam ruangan Marsha ia tidak melakukan apa pun dan hanya diam seperti mayat hidup di sofa panjang depan TV. Marsha masih duduk di atas ranjang dengan meninjau data. Setelah mengajukan pertanyaan tanpa jawaban, ia memilih untuk tidak bertanya lagi. Ampai beberapa jam berlalu tanpa obrolan di dalam ruangan itu. Marsha menatap keluar jendela. Langit malam sudah mulai menampakkan diri. Sudah saatnya Lea kembali. Tapi wanita itu hanya diam seperti beberapa saat yang lalu. “Hari makin gelap. Kamu tidak kembali?” tanya Marsha. Lea mengejapkan mata dan memalingkan pandangan ke arah Marsha. “Aku mau menginap.” Setelah mengatakan itu, Lea meletakkan bantal sofa yang dari tadi ia

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   166. Izin Menyerang

    Lea menatap Gama yang duduk di dalam ruang tamunya dengan tatapan bingung.“Apa yang membawamu ke sini?” tanyanya, dengan menyajikan secangkir teh untuk mereka berempat.“Aku datang untuk bertanya sesuatu.” Gama memilik ke arah Derren dan Syam yang masih terus melempar tatapan horor satu sama lain. “Tapi mereka akan mengganggu jika terus begitu. Tidak bisakah kamu membuang salah satunya ke kamar mandi atau ke mana gitu?” Lea menghela napas kasar. “Di antara dua orang ini, mana yang lebih di butuhkan untuk membantu?”Gama langsung menunjuk Derren. Seketika itu juga Lea langsung menyeret Syam dan memasukkannya ke dalam kamar, lalu menguncinya dari luar.“Kamu tidur saja, Senior. Kamu kan belum tidur karena menemaniku semalaman!” ucap Lea dari luar kamar tanpa rasa bersalah.Syam pasrah. Ia yang mulai mengantuk akhirnya menurut. “Baiklah. Bangunkan aku saat jam makan siang.” Lea tak menjawabnya. Ia kembali ke ar

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   165. Terciduk

    “Kamu mau makan apa?” Derren mengambil piring. Ia siap menjadi banu Marsha seandainya istri cantiknya itu meminta sesuatu. Sayangnya, Marsha sudah mengambil piringnya sendiri dan mengambil makanannya sendiri. Derren menghela napas penat. Ia mengikuti langkah Marsha berjalan pergi meninggalkan tempat hidangan kantin berada dan mencari tempat duduk. “Jangan terus mengikutiku.” Marsha menyuapkan makanan ke dalam mulut dan mulai makan dengan tenang. Derren memperhatikan dengan saksama. “Sampai kapan kamu jadi marah? Kemarin kan masih aku yang marah?” tanyanya, tak mengerti kenapa situasinya menjadi terbalik. Wanita itu hanya mengangkat pundak acuh tak acuh. Derren menghela napas. Ia masih mempertahankan senyumnya dengan sabar. “Bagaimana kalau menonton?” Marsha menaikkan alisnya. Ia terlihat tertarik. Tapi gengsi lebih mendominasi. “Tiba-tiba?” Ia menjawab dengan sewot. “Kamu masih ingat

DMCA.com Protection Status