Suzy menghela napas panjang sebelum masuk ke dalam kamar mandi yang tadi dihempaskan pintunya hingga tertutup oleh suaminya. Dia menurunkan gagang pintu lalu menutup kembali pintu itu di balik punggungnya."Mas—" Wanita itu memanggil Brian yang sedang berdiri tertunduk di hadapan cermin wastafel dan kedua tangannya memegangi tepi meja marmer kelabu itu.Kedua lengan Suzy dengan lembut dan hati-hati melingkari tubuh Brian dari balik punggung bidang pria itu. "Maafkan aku, kalau sudah bikin Mas salah paham. Bukan maksudku menghina kamu—""Hmm ... masa laluku berkaitan dengan wanita begitu traumatis, Suz. Jangan kamu singgung lagi tentang wanita di masa laluku. Dia pernah menduakan aku dengan pria lain, yang tadinya bersahabat denganku. Rupanya memang wanita itu racun dunia! HA-HA-HA," tutur Brian tertawa pahit. Jiwanya merasakan kembali pedihnya trauma cinta masa lalunya.Psikologi adalah bidang kuliah yang dipelajari oleh Suzy selama 3 tahun belakangan ini. Dia mengetahui dasar-dasar t
Sekitar pukul 11.00 WIB pesawat yang membawa Brian dan Suzy serta Hendrawan mendarat di Bandara Soekarno-Hatta. Mereka akhirnya kembali usai berbulan madu singkat di Pulau Bali."Kita ke mana dulu, Pak Brian?" tanya Hendrawan ketika mereka bertiga sudah naik di mobil jemputan Pak Seno, sopir pribadi Brian."Turunin gue di kantor, kalo Suzy boleh pulang ke rumah atau terserah ke mana, tanya aja nanti!" jawab Brian karena masih ingin memeriksa pekerjaan anak buahnya di kantornya.Maka Suzy pun menjawab, "Hendrawan, saya turun di depan gang kost-kostan aja. Ada barang yang harus dikemas buat pindahan ke rumah Mas Brian!""Ohh, baik, Mbak Suzy. Nanti biar diantar sama Pak Seno," sahut Hendrawan sopan.Setelah perjalanan yang cukup lama berjibaku dengan kemacetan jalan raya ibu kota, Brian pun sampai di depan pintu masuk gedung kantor grup Teja Kusuma. Dia pun berpamitan kepada istrinya sebelum turun dari mobil, "Suzy Sayang, nanti pindahannya hati-hati ya. Minta tolong Pak Seno buat angku
"Hai, Mbak Suzy. Sudah jam makan malam, yuk turun dulu buat dinner bareng aku. Bang Brian mah jangan ditunggu, dia pulangnya pasti telat!" ajak Thalita yang mengunjungi kamar kakaknya di lantai 2 setelah dia mandi.Memang kamar Thalita dan kakaknya bersebelahan, dia baru saja pulang dari kampus karena ada pindahan kuliah sore dari dosennya. Dia pun mencoba mengakrabkan diri dengan kakak ipar barunya yang cantik dan anehnya tidak pernah dipamerkan Brian ke keluarga mereka.Suzy yang sedang bersiap-siap untuk berangkat ke tempat kerjanya pun mencoba meluangkan waktu untuk beramah tamah dengan adik suaminya. "Oke, yuk turun aja, Tha! Aku soalnya jam delapan nanti mesti pergi keluar ada acara penting sama temen," jawab Suzy menutupi tujuannya bepergian malam-malam begitu.Kedua perempuan cantik bertubuh ramping itu menuruni tangga dan berjalan menuju ke meja makan di bagian belakang rumah megah tersebut. Para pelayan sedang sibuk menghidangkan masakan buatan koki rumah yang baru saja mata
Dengan kaki bertumpang tali Brian duduk bersandar santai di sebuah sofa yang ada di The Glam Expat Night Club. "Silakan minuman pesanannya, Pak!" Seorang waiter berseragam rapi berusia awal 20 tahunan meletakkan gelas kaca bertangkai tinggi yang berisi cairan warna merah tua ke atas meja sofa. Setelah itu dia meninggalkan Brian sendirian.Musik yang awalnya bertempo pelan nyaring terdengar. Suzy Malika dalam kostum puteri duyung seperti separuh berbadan ikan mencelupkan ekornya terduduk di batu karang buatan, dia melakukan lip sync menyanyikan sepenggal lagu Reflection. Setelahnya dia berubah menjadi manusia yang bisa berjalan di atas permukaan tanah dan bertemu dengan sang pangeran, Suzy dan partnernya menyanyi bersahutan lagu A Whole New World sambil berdansa.Beberapa pengunjung pria memberikan bunga kepada Suzy yang menari sembari menyanyi lip sync berputar-putar di panggung yang dikelilingi para penonton yang berdesak-desakan sekitarnya.Saat sedang menikmati pertunjukan kabaret
Brian menangkis dan membalas segala serangan yang datang bertubi-tubi ke arahnya. Kebetulan sekali malam ini memang dia hanya berdua saja dengan Pak Seno yang mengantarnya ke The Glam Expat Night Club. Para pengawal yang selalu mengawalnya di Jakarta tidak menemaninya. Rombongan sekuriti tempat hiburan malam yang dipanggil oleh Suzy segera melerai perkelahian yang tak sepadan itu. Wajah dan badan Brian beberapa kali kena tonjok serta tendangan para bodyguard suruhan Pak Johan. "Berhenti berkelahi semuanya!" seru kepala satpam tersebut dibantu beberapa rekannya mengamankan kedua kubu yang bertikai, "kalau kalian melawan maka akan kami serahkan ke pihak berwajib untuk diproses sebagai tawuran di tempat umum!" ancamnya lagi.Akhirnya kedua pihak menurunkan emosi mereka dan memilih untuk berpencar satu sama lain. Buru-buru Suzy menarik lengan suaminya untuk keluar dari night club tempat kerjanya. "Mas, mending kita kabur sekarang. Suzy nggak pengin Mas Brian babak belur dikeroyok sama o
"Pak Brian, karyawati baru untuk posisi HRD kantor cabang Bali sudah ada di depan ruangan Anda," ujar Hendrawan menghadap bosnya yang baru saja duduk di kursi kerjanya."Oke, suruh dia masuk ke mari saja, Hen. Gue mau kasih dia petunjuk buat tugas-tugas dia di Bali ntar. Jangan sampai project punya Mister Rodrigo lelet eksekusinya!" jawab Brian sembari membuka laptop di meja kerjanya.Dengan segera Hendrawan menjemput karyawati baru tersebut. "Bu Bella Angelina silakan ikut saya menghadap bos," ajak pemuda itu yang segera ditanggapi oleh wanita cantik tersebut."Baik, Pak Hendrawan!" ucap Bella singkat seraya mengekori sekretaris pribadi bos barunya. "Permisi, Pak Brian. Ini Bu Bella," ujar Hendrawan memperkenalkan kedua orang yang tadinya sudah lama saling kenal tanpa hubungan pekerjaan.Dua pasang mata itu bertemu dengan sorot seakan tak percaya. Bukankah dunia itu sempit? Mereka sama-sama salah tingkah karena dulu pernah menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih yang berakhir kis
Suzy baru saja selesai mandi sore dan mengeringkan badannya dengan handuk. Dia melilitkan handuk putih setengah basah itu ke tubuhnya lalu melangkahkan kakinya dengan ringan menuju ke walk in closet di samping kamar mandi.Wanita cantik berbodi bak gitar Spanyol itu melirik ke jam dinding yang ada di walk in closet. Sudah pukul 17.30 WIB, Brian tadi mengatakan akan sampai di rumah sekitar pukul 18.00 WIB bila tidak terjebak kemacetan lalu lintas ibu kota."Apa aku pake lingerie aja ya buat nyambut Mas Brian sepulang kantor?" ujarnya sendirian sembari memilih-milih koleksi baju dinas malamnya khusus di kamar tidur.Lingerie berbahan sutera Jepang yang tipis model two piece yaitu bra bertali di bagian depan dan celana pendek yang mengekspos kaki jenjangnya yang putih mulus. Seusai mengenakan lingerie super sexy itu Suzy mengoleskan body lotion beraroma bunga-bunga yang lembut ke tangan dan kakinya sambil menunggu Brian pulang. Sebenarnya dia menikmati perannya sebagai istri bayaran se
"Suz, kamu jaga diri baik-baik ya di Jakarta selama Mas Brian kerja di Bali," pesan Brian kepada istrinya yang mengantarkannya ke Bandara Soekarno-Hatta sore itu."Iya, Mas. Kamu juga jangan telat makan dan terlalu diforsir tenaganya sekalipun sibuk pastinya kerjaanmu!" balas Suzy yang pipinya dibelai-belai lembut oleh Brian.Tak akan ada yang menyangka bahwa itu semua hanya pernikahan kontrak yang ditujukan untuk bersandiwara demi sekadar mendapatkan tender megaproject pembangunan resort di Bali. Kemesraan pasangan suami istri itu begitu alami kelihatannya dari kaca mata orang awam.Panggilan boarding telah berkumandang dari pengeras suara bandara. Maka Brian pun mengecup kening dan bibir istrinya sebelum meninggalkannya ke gerbang keberangkatan penumpang tujuan Bali diikuti oleh Hendrawan.Sementara Suzy berdiri melambaikan tangannya untuk terakhir kalinya sebelum Brian menghilang di balik gerbang keberangkatan. "Nyonya, ayo kita pulang!" ujar pengawal Suzy yang baru yaitu Sherry d
Liburan tanggal merah nasional kali ini, Indra mengundang kakak iparnya untuk bercengkrama bersama keluarga kecilnya di halaman belakang rumah yang dia buat seperti danau buatan dengan anjungan kayu Jati dari Kalimantan yang dia pesan khusus dulu."Hai, Thalita, Indra! Wow, gila gede banget rumah kalian yang baru!" seru Suzy ketika menjumpai pasangan itu di area santai di halaman belakang rumah megah mereka.Thalita tertawa riang menyambut kakak iparnya dengan pelukan hangat. Dia pun menjawab, "Yang bosenan dan suka nomaden Mas Indra tuh, Mbak Suz!""Wajarlah, anak kita sudah empat jadi butuh ruang gerak yang lebih luas 'kan, Cayangku!" jawab Indra ringkas dan logis.Keempat buah hati mereka; Gregory, Aiden, Peter, dan Chloe bermain bebas di lantai kayu yang dipelitur licin berhadapan langsung dengan danau. Bocah-bocah imut dan Gregory 9 tahun yang tertua itu nampak girang didatangi oleh kedua sepupu mereka yaitu William dan Jeremy. Tawa ceria diselingi bahasa anak-anak memeriahkan su
Sosok yang dijemput oleh Hendrawan di Bandara Soekarno-Hatta sore itu bukan sembarang perempuan. Jantung pemuda yang sudah lama menjomblo belasan tahun lamanya tersebut berdetak kencang seakan nyaris lompat dari dadanya menatap sosok berambut brown gold panjang sepunggung dengan sepasang mata birunya."Hello, Handsome! Terima kasih sudah menjemputku lagi. Apa kabar?" Miss Veronica Barnfield melemparkan senyum manisnya kepada Hendrawan seraya berjabat tangan."Hai juga, Cantik. Kabarku baik. Wow, rambut kamu sudah panjang semenjak kita berpisah di Denpasar. Jadi ada pekerjaan dengan Boss Brian ya makanya kamu datang ke Jakarta?" balas Hendrawan seraya mengambil alih koper dari tangan Vero.Namun, wanita berdarah Inggris itu enggan menjawabnya langsung. Dia hanya tersenyum misterius seraya berkata, "Ada deh pokoknya!""Kalau bukan karena pekerjaan, kenapa dong kamu jauh-jauh ke Jakarta, Baby?" tanya Hendrawan dengan penasaran. Dia memasukkan koper ke bagasi belakang mobil pribadinya yai
"Halo, apa kabar, Mas Brian?" sapa Suzy Malika dengan keceriaan yang susah payah dia tampilkan.Brian pun membalasnya dengan senyuman tulus usai menghela napas. Ada kesedihan yang tersirat dalam raut wajahnya. Namun, Brian tetap membalas sapaan istrinya yang selalu menjadi wanita terindah di hidupnya, "Hai, Suzy Sayang. Kabarku selalu baik. Selamat datang kembali di Jakarta. Ayo kita pulang ke rumahku!" "Apa kamu yakin bisa merawat puteriku di rumahmu, Brian? Andaipun tidak mampu, aku masih kuat untuk merawat Serena. Hubungi saja nomor ponselku kalau kamu berubah pikiran, okay?" ujar Tuan Harry Livingstone dengan nada tegas yang pasti dipahami oleh menantunya."Baik, Pa. Saya mengerti, biarkan saya mencoba merawat Serena terlebih dahulu," jawab Brian sekalipun nampak ketidak yakinan dalam ucapannya yang ditangkap oleh ayah dan anak itu.Suzy mengangguk meyakinkan papanya untuk melepaskan kepergiannya bersama Brian. Akhirnya Tuan Harry Livingstone menepuk-nepuk bahu Brian sebelum beli
Proses fisioterapi kedua kaki Suzy Malika yang cedera akibat tabrak lari yang dilakukan oleh Bella telah berlangsung selama nyaris setahun. Atas izin dari fakultas, Suzy menjalani kuliah secara daring terkait keterbatasan fisik yang dia alami. Namun, sisa satu semester kuliah yang harus dia jalani pada akhirnya berhasil ditutup dengan sempurna. Nilai ujian assesment semester 8 Suzy sangat bagus sehingga diputuskan layak diwisuda dengan menilik seluruh nilai mata kuliah lengkap beserta nilai sidang skripsinya yang sempurna, A. Akan tetapi, wisuda itu pun dijalani secara daring saja dari Amerika Serikat dan duduk di kursi roda."Selamat atas wisudamu, Darling. Papa sangat bangga karena kamu telah berjuang mendapatkan gelar Sarjana Psikologi di tengah segala kelemahan yang kamu derita, Serena!" ujar Tuan Harry Livingstone penuh rasa haru hingga mata coklatnya berkaca-kaca."Terima kasih atas dukungan dan juga pendampingan Papa untukku. Itu sangat berarti buatku pribadi. Ini saat-saat te
"Hooeekk hooeekk hooeekk!" Suara mual-mual di pagi hari dari arah dalam kamar mandi itu membangunkan Indra dari tidur panjangnya pasca semalam puas bermain kuda-kudaan bersama istri kesayangannya. Dia pun segera bangkit dari tempat tidur dan refleks menoleh ke kotak tempat tidur bayi. Namun, Gregory masih terlelap tanpa suara di dalam sana."Tha, apa kamu sakit?" tanya Indra cemas dari ambang pintu kamar mandi sebelum menghampiri perempuan muda yang sedang berjongkok menghadap ke kloset yang terbuka itu.Wajah istrinya pucat pasi dan tangannya pun dingin. Indra yang tak kunjung mendapat jawaban dari Thalita pun kesal lalu menegurnya, "Kok nggak dijawab sih? Kamu kenapa ini, Tha?""Ini kayaknya morning sick, Mas. Ngerti nggak sih?" jawab Thalita dengan lemas. Kemudian dia berkumur di wastafel dengan air keran. Suaminya menggendong Thalita kembali ke tempat tidur lalu membaringkan tubuhnya yang lemah di tengah ranjang. Indra terdiam karena bingung memikirkan istrinya yang hamil lagi s
"OEEEKKK ...OEEKK!" Suara tangis bayi nyaring terdengar di tengah malam sunyi.Gregory kecil terbangun karena lapar dan juga pampersnya sudah penuh. Dia tidur di kotak keranjang khusus yang ditutupi kelambu tipis anti nyamuk warna biru muda. Sudah hampir lima menit penuh dia menangis, tetapi mama cantiknya masih tertidur nyenyak dalam pelukan papa gantengnya. Indra yang mengetahui masa nifas Thalita telah usai tak mau melewatkan kesempatan menghajar wanita cantik kesayangannya beronde-ronde di atas ranjang malam ini. Alhasil, putera sulung mereka terabaikan karena orang tuanya kelelahan bercinta."Ohh ... bising banget sih kayak ada kucing jantan minta kawin! Hoamph!" Indra merepet sambil menguap karena kantuk, dia tidak menyadari bahwa itu adalah suara tangis anaknya sendiri.Thalita pun terbangun karena gerakan lasak badan besar suaminya di sampingnya. Dia mendengar tangisan buah hatinya dan langsung bangkit dari tempat tidur. Sementara Gregory yang kesal diabaikan bermenit-menit l
Dengan sigap Tuan Harry Livingstone menangkap tubuh Bella sesuai teriakan Brian tadi. Wanita itu meronta-ronta sekuat tenaga hingga nyaris membuat papa Suzy kewalahan. Maka dia pun memukul tengkuk Bella hingga pingsan."Siapa wanita liar ini, Brian? Apa wanita yang pernah menjalin affair denganmu dulu?" tanya Tuan Harry Livingstone penasaran. Dia masih memeluk tubuh lunglai Bella yang tak sadarkan diri."Iya, benar. Maaf merepotkan Anda, Pa. Dia yang menabrak Serena, sebaiknya kita geledah kantongnya dulu. Kurasa dia pasti masih menggunakan mobil yang dipakai untuk melakukan kejahatannya tadi siang," ujar Brian, dia menunggu Tuan Harry memeriksa saku-saku pakaian Bella. Ternyata benar ada sebuah kunci remote mobil.Tuan Harry menekan remote untuk membuka pintu mobil dari jarak jauh. Dan sebuah mobil bertipe Avanza warna hitam menyala lampunya. "Itu dia mobil yang menjadi barang bukti kejahatan tabrak larinya!" ujar Brian seraya menunjuk mobil yang terparkir di arah jam sebelas dari p
"Brian, sekarang Papa sedang ada di rumah sakit menemani Serena. Dia mengalami tabrak lari mobil dan didiagnosa patah kaki kanan kiri dibagian tulang paha kanan dan tulang betis kiri, selain itu dia juga gegar otak," tutur Tuan Harry Livingstone melalui sambungan telepon ke suami puterinya.Jantung Brian serasa dipukul keras ketika mendengar kabar buruk dari Jakarta. Dia lalu menjawab papa mertuanya, "Sore ini juga, Brian akan terbang ke Jakarta. Tolong kirim nama rumah sakit tempat Serena dirawat, Pa!""Baiklah, kutunggu di rumah sakit. Hati-hatilah di jalan, okay?" balas Tuan Harry Livingstone lalu menutup panggilan teleponnya. Pria yang seharusnya berulang tahun ke 49 itu hari ini berjalan mondar- mandir di depan pintu ruang operasi. Asisten pribadinya Evan O'Brient menemaninya dalam diam duduk di bangku tunggu operasi.Sungguh kado ulang tahun yang buruk, pikir Harry. Dia sangat bersedih hati karena ketika telah berhasil menemukan puteri kandungnya yang berpuluh tahun terhilang j
"Suzy Sayang, hati-hati di jalan ya! Sampai jumpa Jumat depan," pesan Brian saat mengantar keberangkatan istrinya di Bandara Ngurah Rai. Pelukan hangat suaminya membuat Suzy enggan pulang ke Jakarta, tetapi masih ada kuliah tersisa satu semester hingga dia wisuda. "Oke, Mas. Kamu juga jaga kesehatan ya, pasti sibuk kerjaannya di proyek. Ya sudah, Suzy boarding ke pesawat sekarang. Bye, Mas Brian!" pamit wanita itu lalu melambaikan tangannya sembari melangkah pelan menuju ke antrean pemeriksaan tiket akhir.Selepas kepergian Suzy, dia pun bergegas ke parkiran mobil Bandara untuk menjumpai Hendrawan yang akan mengantarnya ke lokasi proyek pembangunan resort. Ada banyak pekerjaan menantinya di Senin pagi itu. Biasanya memang Suzy pulang hari Minggu malam, hanya saja mereka terlalu rindu untuk cepat-cepat terpisah lagi hingga kepulangan Suzy tertunda.Brian naik ke bangku sebelah pengemudi dan menyapa Hendrawan yang nampak berseri-seri wajahnya entah mengapa, "Hen, kita berangkat sekaran