"Pak Brian semua persiapan sudah selesai, besok pagi bisa dilakukan peletakan batu pertama secara simbolis sebagai awal dimulainya pembangunan resort perusahaan kita," tutur Bli Kuncoro yang menjadi Pimpinan Proyek pembangunan resort Mister Rodrigo Albruch.Mendengar kabar baik itu, Brian pun menanggapi dengan antusias, "Bagus sekali progress kerja tim di Bali, Bli! Saya pasti akan resmikan besok pagi di lokasi. Apa Mister Rodrigo sudah diberi tahu juga?""Sudah pastinya, Pak Brian. Beliau juga akan hadir di acara besok pagi bersama puteranya," jawab Bli Kuncoro.Sore itu Brian dijemput dari Bandara Ngurah Rai setelah terbang dengan pesawat dari Jakarta. Dia akan tinggal bersama tim managemen cabang Bali di lokasi mess karyawan. Tidak ada yang diistimewakan secara fasilitas, semua sama nyaman dan sederhana.Lokasi resort yang akan dibangun itu ada di daerah Candi Dasa, Karangasem yang ada di pesisir tenggara Pulau Bali. Daerah itu merupakan alternatif wisata yang lebih tenang dibandin
Tepuk tangan riuh dari para karyawan dan tamu undangan peresmian peletakan batu pertama megaproyek resort milik Mister Rodrigo oleh Brian dan tycoon asal Italia itu terdengar membahana."Selamat mengerjakan proyek dariku, Señor Brian!" ujar Mister Rodrigo sembari menepuk-nepuk punggung pemuda itu. "Pasti, terima kasih atas kepercayaan Anda, Sir!" jawab Brian menjabat tangan klien proyek tersebut. Kemudian ia pun berkata, "nanti malam kami mengadakan perayaan untuk tim managemen proyek resort. Apa Anda dan Mister Carlos bisa hadir di Hard Rock Cafe?" "Aku akan hadir, tentang Carlos nanti coba kuajak dia juga. Okay, see you there tonight!" jawab Mister Rodrigo sebelum beranjak pergi ke arah parkiran di mana sopirnya telah menunggu.Seusai acara tersebut Brian dan seluruh karyawannya kembali ke mess karena besok pagi baru akan dimulai proses ground breaking lokasi proyek oleh para tukang yang dipekerjakan oleh perusahaan Brian."Hen, nanti malam lo temenin gue di Hard Rock Cafe ya. Ana
Dengan terhuyung-huyung Hendrawan dan Bella memapah tubuh bongsor bos mereka menuju ke kamar tidur executive di mess karyawan yang ada di Candi Dasa. Setelah membaringkan Brian di atas ranjang yang langsung melesak dalam oleh bobot tubuh pria itu, Hendrawan membantu melepaskan sepatu fantofel hitam mengkilap yang membungkus kedua kaki Brian."Biar aku aja yang bantuin Pak Brian," sergah Bella merebut sepatu yang masih terpasang di kaki kiri Brian, dia pun mengusir Hendrawan dengan halus, "Pak Hendrawan mendingan istirahat saja deh. Pekerjaan ini lebih cocok dilakukan kaum wanita!""Bu Bella, nanti justru nggak baik kalo dilihat karyawan lainnya soalnya kalian nggak ada hubungan saudara maupun suami-istri 'kan?" protes Hendrawan menegur Bella terang-terangan.Namun, dengan liciknya Bella menjawab, "Tadi di Hard Rock Cafe, Pak Brian sudah bilang ke saya kalo malam ini disuruh nemenin beliau di kamar."Sontak kedua alis Hendrawan mengerut, dia tak serta merta memercayai ucapan wanita lic
"Tolong ... tolong!" teriak Suzy saat Carlos berlaku kurang ajar dengan menjamah tubuhnya dengan tangan kotornya ituDengan segera keempat pengawal Suzy menyelamatkannya. Valeria menarik lengan Carlos lalu mendaratkan bogem mentahnya ke pipi pria Italia itu kanan kiri. Sementara Sherry menjaga Suzy dan membiarkan kedua rekannya berkelahi dengan pengawal Carlos."BAKK BUKK PYARR!" Suara saling baku hantam dan gelas-gelas kaca yang pecah terdengar heboh. Pengunjung lainnya menonton perkelahian antara para pengawal wanita dan pria yang berlangsung begitu sengit hingga berdarah-darah babak belur."Berhenti berkelahi! STOP ... STOP!" teriak petugas sekuriti The Glam Expat Night Club melerai dua pihak yang bersengketa.Akhirnya perkelahian itu pun usai dibubarkan oleh sekompi petugas sekuriti night club. "Pria bule ini bertingkah kurang ajar kepada Mbak Suzy, Pak Satpam!" Tunjuk Valeria ke arah Carlos yang wajahnya masam karena dipukuli oleh Valeria tadi."Wah, jangan berlaku kurang ajar,
(Part Indra-Thalita)"Tha ... kamu memang nggak kangen ya sama Mas?" rajuk Indra dengan nada manja sambil melucuti resleting punggung gaun selutut yang membalut tubuh proporsional istri barunya itu.Sensasi sentuhan tangan dan bibir si mantan playboy yang kini menjadi suaminya itu membuat kepala Thalita tersebut pening terbakar gairah. Desahan lembut penuh damba meluncur dari bibir berlipstick merah ceri itu dengan mata terpejam."Mass, kamu ini jago banget bikin aku horny berat! Kan nggak enak kalo tiap hari aku nggak di rumah. Nanti Mbak Suzy curiga!" ucap Thalita yang merasakan lututnya goyah dan tubuhnya limbung akibat kelakuan ganas suaminya.Indra yang paham situasi ini segera meraup tubuh molek Thalita ke gendongannya lalu membawanya ke ranjang lebar di apartment pribadi miliknya. Properti milik perusahaan kontraktor keluarganya yang dia kelola sangatlah banyak. Unit apartment ini hanya salah satunya saja."Jangan panggil aku Indra Gustavo, kalo aku nggak bisa bikin kamu mabuk
Seperti janjinya kepada Indra Gustavo, sahabat baiknya, Carlos Albruch menjemput bersama sopirnya ke Bandara Ngurah Rai. Dia penasaran seperti apa perempuan yang dipilih menjadi istri oleh pria tersebut.Dari gerbang kedatangan penumpang pesawat domestik, sosok pria macho berambut model spike berkaca mata hitam itu muncul merangkul bahu seorang gadis cantik. Melihat istri pilihan sahabatnya, Carlos pun merasa iri dalam hatinya. "Hey Bro! Pandai sekali kau memilih istri, siapa namanya? Cantik sekali dia!" sambut Carlos seraya berpelukan akrab ala pria dengan Indra Gustavo.Mendengar pujian Carlos, tawa renyah Indra pun membahana. Dia melirik Thalita seraya memberinya kode untuk berkenalan dengan Carlos. Maka perempuan itu pun mengulurkan tangan kanannya dan menyunggingkan senyum terpaksa. "Namaku Thalita, Sir! Senang berkenalan denganmu," ujarnya."Thalita Teja Kusuma, nama lengkapnya. Apa kau teringat sesuatu, My Friend?" ujar Indra menekankan nama keluarga istrinya kepada Carlos.Mu
"Mas, apa nggak capek sih ngegenjot melulu?" tanya Thalita yang terbaring lemas di atas ranjang menatap suami barunya yang sudah beberapa ronde bertarung dengannya dan masih belum K.O juga."Wajar dong kang becak asli Tanah Abang nih, Tha! Masa sih nggak kenal sama laki lo sendiri?" goda Indra sableng sambil senyum-senyum sendiri. "Aiihh ... pantesan kuat ngegenjot. Ganteng bingits pula si abang! Kasi kiss dong ... muaaaacchh!" jawab Thalita mengimbangi kekonyolan suaminya. Mana ada tukang becak tanda tangan proyek 2.5 Triliyun, pikirnya geli.Usai menyemburkan magmanya sekali lagi ke rahim istrinya yang masih berusia belia itu, Indra ambruk mendekap tubuh sexy Thalita. Dia menata napasnya yang terengah-engah sembari berpikir dalam diam. Sebenarnya pertemuannya dengan Thalita yang sangat kebetulan tanpa direncanakan itu nampak seperti sebuah takdir."Tha, lo sebelum gue ajakin nikah aslinya udah punya pacar belum sih?" tanya Indra kepo dengan kehidupan pribadi adik rivalnya itu.Telu
Musik techno yang dimainkan DJ Ramsey di Hard Rock Cafe malam itu membuat seisi lantai dansa bergoyang. Kebetulan rombongan Carlos cs langsung menikmati makan malam di lantai 2 saat mereka datang tadi. Band legendaris tanah air yaitu Dewa 19 tadi sedang manggung di sana karena masih belum larut malam. Namun, selepas jam 10 malam suasana Hard Rock Cafe mulai berubah semakin seru dengan nuansa dugem musik yang dimainkan oleh House DJ tempat hiburan terkenal di Kuta tersebut.Dua pasang kekasih itu duduk mengitari meja bar sambil menyesap minuman pesanan masing-masing. Ketika Thalita usai mengosongkan gelasnya, Carlos berseru, "Tha, kau mau pesan apa lagi? Aku yang traktir malam ini!"Mendengar tawaran Carlos, perempuan itu pun menoleh ke arah suaminya. "Boleh nambah minum?" tanya Thalita yang ditanggapi anggukan oleh Indra."Apple Mojito satu, Bli!" pesan Thalita kepada bartender yang sedang meracik minuman di balik meja untuk para tamu cafe yang seolah sedang kehausan. Segelas minuma
Liburan tanggal merah nasional kali ini, Indra mengundang kakak iparnya untuk bercengkrama bersama keluarga kecilnya di halaman belakang rumah yang dia buat seperti danau buatan dengan anjungan kayu Jati dari Kalimantan yang dia pesan khusus dulu."Hai, Thalita, Indra! Wow, gila gede banget rumah kalian yang baru!" seru Suzy ketika menjumpai pasangan itu di area santai di halaman belakang rumah megah mereka.Thalita tertawa riang menyambut kakak iparnya dengan pelukan hangat. Dia pun menjawab, "Yang bosenan dan suka nomaden Mas Indra tuh, Mbak Suz!""Wajarlah, anak kita sudah empat jadi butuh ruang gerak yang lebih luas 'kan, Cayangku!" jawab Indra ringkas dan logis.Keempat buah hati mereka; Gregory, Aiden, Peter, dan Chloe bermain bebas di lantai kayu yang dipelitur licin berhadapan langsung dengan danau. Bocah-bocah imut dan Gregory 9 tahun yang tertua itu nampak girang didatangi oleh kedua sepupu mereka yaitu William dan Jeremy. Tawa ceria diselingi bahasa anak-anak memeriahkan su
Sosok yang dijemput oleh Hendrawan di Bandara Soekarno-Hatta sore itu bukan sembarang perempuan. Jantung pemuda yang sudah lama menjomblo belasan tahun lamanya tersebut berdetak kencang seakan nyaris lompat dari dadanya menatap sosok berambut brown gold panjang sepunggung dengan sepasang mata birunya."Hello, Handsome! Terima kasih sudah menjemputku lagi. Apa kabar?" Miss Veronica Barnfield melemparkan senyum manisnya kepada Hendrawan seraya berjabat tangan."Hai juga, Cantik. Kabarku baik. Wow, rambut kamu sudah panjang semenjak kita berpisah di Denpasar. Jadi ada pekerjaan dengan Boss Brian ya makanya kamu datang ke Jakarta?" balas Hendrawan seraya mengambil alih koper dari tangan Vero.Namun, wanita berdarah Inggris itu enggan menjawabnya langsung. Dia hanya tersenyum misterius seraya berkata, "Ada deh pokoknya!""Kalau bukan karena pekerjaan, kenapa dong kamu jauh-jauh ke Jakarta, Baby?" tanya Hendrawan dengan penasaran. Dia memasukkan koper ke bagasi belakang mobil pribadinya yai
"Halo, apa kabar, Mas Brian?" sapa Suzy Malika dengan keceriaan yang susah payah dia tampilkan.Brian pun membalasnya dengan senyuman tulus usai menghela napas. Ada kesedihan yang tersirat dalam raut wajahnya. Namun, Brian tetap membalas sapaan istrinya yang selalu menjadi wanita terindah di hidupnya, "Hai, Suzy Sayang. Kabarku selalu baik. Selamat datang kembali di Jakarta. Ayo kita pulang ke rumahku!" "Apa kamu yakin bisa merawat puteriku di rumahmu, Brian? Andaipun tidak mampu, aku masih kuat untuk merawat Serena. Hubungi saja nomor ponselku kalau kamu berubah pikiran, okay?" ujar Tuan Harry Livingstone dengan nada tegas yang pasti dipahami oleh menantunya."Baik, Pa. Saya mengerti, biarkan saya mencoba merawat Serena terlebih dahulu," jawab Brian sekalipun nampak ketidak yakinan dalam ucapannya yang ditangkap oleh ayah dan anak itu.Suzy mengangguk meyakinkan papanya untuk melepaskan kepergiannya bersama Brian. Akhirnya Tuan Harry Livingstone menepuk-nepuk bahu Brian sebelum beli
Proses fisioterapi kedua kaki Suzy Malika yang cedera akibat tabrak lari yang dilakukan oleh Bella telah berlangsung selama nyaris setahun. Atas izin dari fakultas, Suzy menjalani kuliah secara daring terkait keterbatasan fisik yang dia alami. Namun, sisa satu semester kuliah yang harus dia jalani pada akhirnya berhasil ditutup dengan sempurna. Nilai ujian assesment semester 8 Suzy sangat bagus sehingga diputuskan layak diwisuda dengan menilik seluruh nilai mata kuliah lengkap beserta nilai sidang skripsinya yang sempurna, A. Akan tetapi, wisuda itu pun dijalani secara daring saja dari Amerika Serikat dan duduk di kursi roda."Selamat atas wisudamu, Darling. Papa sangat bangga karena kamu telah berjuang mendapatkan gelar Sarjana Psikologi di tengah segala kelemahan yang kamu derita, Serena!" ujar Tuan Harry Livingstone penuh rasa haru hingga mata coklatnya berkaca-kaca."Terima kasih atas dukungan dan juga pendampingan Papa untukku. Itu sangat berarti buatku pribadi. Ini saat-saat te
"Hooeekk hooeekk hooeekk!" Suara mual-mual di pagi hari dari arah dalam kamar mandi itu membangunkan Indra dari tidur panjangnya pasca semalam puas bermain kuda-kudaan bersama istri kesayangannya. Dia pun segera bangkit dari tempat tidur dan refleks menoleh ke kotak tempat tidur bayi. Namun, Gregory masih terlelap tanpa suara di dalam sana."Tha, apa kamu sakit?" tanya Indra cemas dari ambang pintu kamar mandi sebelum menghampiri perempuan muda yang sedang berjongkok menghadap ke kloset yang terbuka itu.Wajah istrinya pucat pasi dan tangannya pun dingin. Indra yang tak kunjung mendapat jawaban dari Thalita pun kesal lalu menegurnya, "Kok nggak dijawab sih? Kamu kenapa ini, Tha?""Ini kayaknya morning sick, Mas. Ngerti nggak sih?" jawab Thalita dengan lemas. Kemudian dia berkumur di wastafel dengan air keran. Suaminya menggendong Thalita kembali ke tempat tidur lalu membaringkan tubuhnya yang lemah di tengah ranjang. Indra terdiam karena bingung memikirkan istrinya yang hamil lagi s
"OEEEKKK ...OEEKK!" Suara tangis bayi nyaring terdengar di tengah malam sunyi.Gregory kecil terbangun karena lapar dan juga pampersnya sudah penuh. Dia tidur di kotak keranjang khusus yang ditutupi kelambu tipis anti nyamuk warna biru muda. Sudah hampir lima menit penuh dia menangis, tetapi mama cantiknya masih tertidur nyenyak dalam pelukan papa gantengnya. Indra yang mengetahui masa nifas Thalita telah usai tak mau melewatkan kesempatan menghajar wanita cantik kesayangannya beronde-ronde di atas ranjang malam ini. Alhasil, putera sulung mereka terabaikan karena orang tuanya kelelahan bercinta."Ohh ... bising banget sih kayak ada kucing jantan minta kawin! Hoamph!" Indra merepet sambil menguap karena kantuk, dia tidak menyadari bahwa itu adalah suara tangis anaknya sendiri.Thalita pun terbangun karena gerakan lasak badan besar suaminya di sampingnya. Dia mendengar tangisan buah hatinya dan langsung bangkit dari tempat tidur. Sementara Gregory yang kesal diabaikan bermenit-menit l
Dengan sigap Tuan Harry Livingstone menangkap tubuh Bella sesuai teriakan Brian tadi. Wanita itu meronta-ronta sekuat tenaga hingga nyaris membuat papa Suzy kewalahan. Maka dia pun memukul tengkuk Bella hingga pingsan."Siapa wanita liar ini, Brian? Apa wanita yang pernah menjalin affair denganmu dulu?" tanya Tuan Harry Livingstone penasaran. Dia masih memeluk tubuh lunglai Bella yang tak sadarkan diri."Iya, benar. Maaf merepotkan Anda, Pa. Dia yang menabrak Serena, sebaiknya kita geledah kantongnya dulu. Kurasa dia pasti masih menggunakan mobil yang dipakai untuk melakukan kejahatannya tadi siang," ujar Brian, dia menunggu Tuan Harry memeriksa saku-saku pakaian Bella. Ternyata benar ada sebuah kunci remote mobil.Tuan Harry menekan remote untuk membuka pintu mobil dari jarak jauh. Dan sebuah mobil bertipe Avanza warna hitam menyala lampunya. "Itu dia mobil yang menjadi barang bukti kejahatan tabrak larinya!" ujar Brian seraya menunjuk mobil yang terparkir di arah jam sebelas dari p
"Brian, sekarang Papa sedang ada di rumah sakit menemani Serena. Dia mengalami tabrak lari mobil dan didiagnosa patah kaki kanan kiri dibagian tulang paha kanan dan tulang betis kiri, selain itu dia juga gegar otak," tutur Tuan Harry Livingstone melalui sambungan telepon ke suami puterinya.Jantung Brian serasa dipukul keras ketika mendengar kabar buruk dari Jakarta. Dia lalu menjawab papa mertuanya, "Sore ini juga, Brian akan terbang ke Jakarta. Tolong kirim nama rumah sakit tempat Serena dirawat, Pa!""Baiklah, kutunggu di rumah sakit. Hati-hatilah di jalan, okay?" balas Tuan Harry Livingstone lalu menutup panggilan teleponnya. Pria yang seharusnya berulang tahun ke 49 itu hari ini berjalan mondar- mandir di depan pintu ruang operasi. Asisten pribadinya Evan O'Brient menemaninya dalam diam duduk di bangku tunggu operasi.Sungguh kado ulang tahun yang buruk, pikir Harry. Dia sangat bersedih hati karena ketika telah berhasil menemukan puteri kandungnya yang berpuluh tahun terhilang j
"Suzy Sayang, hati-hati di jalan ya! Sampai jumpa Jumat depan," pesan Brian saat mengantar keberangkatan istrinya di Bandara Ngurah Rai. Pelukan hangat suaminya membuat Suzy enggan pulang ke Jakarta, tetapi masih ada kuliah tersisa satu semester hingga dia wisuda. "Oke, Mas. Kamu juga jaga kesehatan ya, pasti sibuk kerjaannya di proyek. Ya sudah, Suzy boarding ke pesawat sekarang. Bye, Mas Brian!" pamit wanita itu lalu melambaikan tangannya sembari melangkah pelan menuju ke antrean pemeriksaan tiket akhir.Selepas kepergian Suzy, dia pun bergegas ke parkiran mobil Bandara untuk menjumpai Hendrawan yang akan mengantarnya ke lokasi proyek pembangunan resort. Ada banyak pekerjaan menantinya di Senin pagi itu. Biasanya memang Suzy pulang hari Minggu malam, hanya saja mereka terlalu rindu untuk cepat-cepat terpisah lagi hingga kepulangan Suzy tertunda.Brian naik ke bangku sebelah pengemudi dan menyapa Hendrawan yang nampak berseri-seri wajahnya entah mengapa, "Hen, kita berangkat sekaran