Albert Shawn tersenyum puas ketika ia tak lagi merasa menggigil ketakutan atas kemunculan Richard. Dugaan Albert Shawn bahwa Richard adalah sosok dengan Kharisma kuat, seketika luntur sebab Albert lebih senang untuk meyakini bahwa ketakutannya beberapa waktu lalu hanyalah sebuah gejala kesehatannya sedang menurun.Menyadari ia baik-baik saja, Albert Shawn turun dari singgasana lalu berjalan menghampiri Richard. “Anak muda… Bukankah kau adalah menantu dari keluarga Miller?” Albert pura-pura bertanya meski ia sudah tahu dan masih ingat.Richard mengangguk memberi hormat. “Anda benar, Tuan Shawn. Aku, Richard Forger, menantu dari Harris Miller.”“Ha ha ha! Tahun lalu ayah mertuamu menjadi bahan olok-olokan dari seluruh tamu undangan. Itu sebabnya sekarang ia menyerahkan tugas ini kepadamu?” Albert Shawn terkekeh sembari menuding ke arah bingkisan besar yang diletakkan di atas meja.Dengan dahi berkerut, Albert Shawn bertanya pada Richard, “Jadi, rongsokan apa yang ingin kau persembahkan
Ketika Richard membuka bingkisan yang berada di atas meja, orang-orang masih sibuk menertawakan Richard. Mereka semua tak sabar kapan bingkisan itu akan terbuka dan saat itulah mereka lagi-lagi akan mempermalukan Richard Forger.“Tunggu…”Richard menghentikan aktivitasnya, menoleh pada seseorang dari barisan tamu undangan yang berteriak lantang. Karena tak mengenal sosok tersebut, Richard hanya meresponnya dengan kerutan di dahi, sebuah gesture bahwa Richard tak mengerti maksud pria itu.Tamu undangan yang lain pun turut menolehkan kepala pada sosok pria yang berteriak. Itu adalah Jacquie Loid, seorang pengusaha kaya yang dikabarkan baru-baru ini telah membeli seluruh lahan di Fort Regan Avenue.“Jacquie, mengapa kau menahannya?!” Tamu lain memprotes menanyakan alasan Jacquie Loid.Jacquie Loid berjalan maju lalu membungkuk hormat kepada Albert Shawn, ia meminta izin untuk menyampaikan beberapa kalimat sebelum Richard membuka bingkisannya secara penuh.Ketika Albert Shawn menganggukka
Mula-mula, ketika Richard telah membuka separuh bingkisannya dan mempertontonkan sebentuk patung Sphinx kuno, seorang tamu undangan yang memiliki keahlian di bidang Arkeologi berjalan maju ke depan. Hal itu membuat tamu undangan lain berdebar khawatir karena ahli arkeolog tersebut tampak tak bisa berhenti menggelengkan kepala.Mengetahui ada seorang ahli arkeologi yang mengamati patungnya, Richard mengangguk lalu mengelus permukaan patung Sphinx di atas meja.“Ketika kamu mengusapkan telapak tanganmu ke pipinya, sebuah sensasi asing akan menggelayut di kepalamu. Kota bawah laut tertua, Pavlopetri, akan tergambar otomatis bersamaan dengan saat kau menikmati lekuk-lekuk artefak ini.” Richard mulai memperkenalkan kado yang ia persembahkan untuk Albert Shawn.Jika sebelumnya para tamu undangan tak sabar ingin mempermalukan Richard, kali itu mereka semua terpaku diam mendengarkan cerita panjang dari Richard tentang kejayaan kota yang telah tenggelam. Para tamu undangan melamun membayangkan
“Ehm… Maaf, bahkan, tanpa melihat dengan detail pun, kami sudah bisa memastikan bahwa artefak milikmu itu palsu, Tuan Forger!”Laurie bergumam sembari membenarkan tatanan kaca matanya yang sedikit melorot. Tak lupa, ia membungkuk memberi hormat kepada Albert Shawn bersama dengan dua rekannya yang lain.“Nona pakar, sepertinya anda salah mengenakan kaca mata.” Richard masih terlihat cukup tenang meski para hadirin telah gaduh setelah Laurie mengeluarkan statement yang tegas. “Atau, coba kemarikan kaca mata anda, mungkin ada debu atau semut yang menempel di kaca depannya.” Richard yang mulai mencium aroma kelicikan Julius, tampak mulai tak mau diintimidasi oleh tiga pakar.“Ha ha! Ada debu di kaca mataku katamu?! Kaca mataku ini bahkan jauh lebih berharga dari harga dua ginjalmu! Asal kau tahu saja, andai ada ketombe dari rambutmu yang jatuh ke permukaan tuxedomu, aku akan bisa menyaksikannya dari sini!”Richard Forger bertepuk tangan, melihat wajah sinis yang Laurie tunjukkan kepadanya
Petugas keamaan membawa masuk bingkisan dari Julius Maxwell. Karena Julius menyebutkan bahwa arca yang ia hadiahkan untuk Albert Shawn bernilai puluhan juta dollar, maka petugas keamanan memperlakukan bingkisan itu dengan teramat hati-hati. Mereka sadar, harga nyawa mereka sepertinya jauh lebih murah ketimbang harga benda antik tersebut.Menghela napas dalam, seorang petugas keamaan mengusap keringat di keningnya setelah krunya telah berhasil meletakkan bingkisan milik Julius Maxwell di atas meja. “Akhirnya…” ucapnya sembari tersengal-sengal karena gugup. “Tuan Julius, ini bingkisan anda.”Julius Maxwell merapikan dasinya, senyum pongah tergambar jelas di wajah pemuda itu kala ia berjalan mendekati meja tempat bingkisannya diletakkan. Sebagai pemuda arogan yang haus kehormatan, Julius tak bisa menyembunyikan rasa bangganya saat ia menyaksikan para tamu undangan seolah menahan napas demi menanti bingkisannya dibuka.“Richard, aku sudah menghubungi pengawalku untuk berjaga di depan aula
“Julius menang?!! Sudah kuduga!”“Yosh! Apa kataku, pemenangnya pastilah Julius!”“Itu artinya, Richard harus bercerai dari istrinya. Sungguh, ini adalah taruhan yang mengguncang adrenalin! Aku suka pertunjukan ini!”Para tamu undangan tentu saja saling bergembira sebab mereka rata-rata juga turut mengikuti taruhan. Jika Julius Maxwell yang menang, mereka akan mendapat keuntungan dari pembagian aset milik Jacquie Loid.“Tidak semudah itu, Tuan Shawn. Mari kita minta tiga pakar ini untuk mengevaluasi keduanya.” Jacquie Loid tak mau melepaskan asetnya dengan mudah. Ia berjalan menghampiri tiga pakar, Zayn, Hopkins, dan Laurie.“Semuanya… Tenang dulu… Mari kita dengar penjelasan dari para pakar.” Jacquie Loid mengangkat ke dua tangannya ke atas, meminta para tamu undangan untuk menutup mulut mereka.“Tuan Loid, penjelasan apa lagi yang anda harapkan? Rekanku, Hopkins sudah memberi kesimpulan beberapa waktu lalu.” Laurie melipat dua tangan di dada, tatapan sinisnya tertuju pada Jacquie Lo
Tamu-tamu yang hadir di pester Crown Castle Group merasa beruntung karena mereka telah diberi tontonan gratis yang menyenangkan. Melihat seorang ibu menjual putrinya sendiri di depan umum demi uang, membuat tamu-tamu lain kian takjub pada kekuasaan dan harta milik Albert Shawn.Beberapa tamu undangan berkhayal, andai mereka yang diberi kekayaan dan kekuasaan seperti Albert Shawn, mereka juga akan merasakan sensasi disembah-sembah oleh orang lain yang membutuhkan uang. Mereka berkhayal, betapa indahnya melihat ketidakberdayaan orang lain di hadapan sosok yang berharta dan bertahta.“Tuan Shawn tak mungkin bisa menolak pesona Daisy! Bukankah di usianya yang sudah lansia, dia memang masih senang bermain-main dengan wanita muda?” Seorang tamu undangan berbisik pada rekannya.“Ya, andai aku berada di posisi Tuan Shawn, aku akan segera menyeret Daisy dan membawanya ke Penthouse! Lihat, Daisy memiliki semua yang dibutuhkan oleh fantasi pria!”Ketika para tamu undangan terlihat saling berbisi
“Suami? Kau sebut Richard Forger sebagai suami Daisy?! Dia bahkan lebih pantas disebut sebagai parasit!” Hillary menjerit, ia memang sangat tidak setuju atas perjodohan putrinya dengan Richard Forger. “Kalian kira putriku bahagia hidup dengan laki-laki parasite itu? Oh, andai Daisy menyukainya, mereka berdua pasti sudah tidur satu ranjang! Asal kalian tahu saja selama ini Daisy menjaga jarak dengan Richard! Akan jauh lebih baik jika putriku bersama dengan pria lain yang bisa membahagiakan dia, seperti Tuan Shawn ini!”Albert Shawn terkekeh seraya bertepuk tangan. Mendengar namanya diunggulkan di atas Richard Forger yang berstatus sebagai suami sah Daisy Miller, Albert Shawn merasakan sebuah kebanggaan yang sulit dijelaskan.“Richard Forger! Tak kusangka jika nasib pernikahan kalian sungguh sangat menyedihkan! Kupikir karena kau tampan, lantas Daisy tergila-gila padamu! Oh, ternyata kalian bahkan pisah ranjang? Bukankah ini kabar yang mengejutkan?! Ha ha ha!” Julius Maxwell tampak cuku
Ketika Richard dan Daisy tiba di kota Roxburgh, semua sosok-sosok penting di kota besar itu datang ke bandara demi menyambut kedatangan mereka. Para tokoh penting di kota Roxburgh menunduk memberi hormat, membuat orang-orang awam keheranan dan menerka-nerka sehebat apa latar belakang sosok yang baru saja turun dari pesawat. Daisy merangkul siku Richard, menyatakan betapa bahagianya dia berada di sisi suaminya. Ketika mereka tiba di mansion mewah mereka, Daisy dan Richard menemukan ada tumpukan hadiah yang membanjiri halaman depan rumah mereka. Richard segera menghubungi Wendy Adams, meminta gadis itu untuk membagi-bagikan tumpukan hadiah kepada orang-orang yang membutuhkan. Saat semuanya telah beres, Daisy berujar kepada sang suami sembari membanting tubuhnya ke atas ranjang, “Akhirnya semua selesai juga… Ah… Aku ingin beristiraat.” Richard melirik Daisy lalu tersenyum nakal, “Siapa bilang kau boleh beristirahat?” “Eh?” Daisy menelan ludah saat Richard tiba-tiba telah mendekat ke
Richard dan Daisy telah tiba di ruang pesta beberapa puluh menit sebelum acara dimulai. Karena belum banyak tamu yang datang, Daisy tak begitu menduga jika pesta malam itu akan dihadiri oleh puluhan kepala negara dan ratusan konglomerat dunia.Ketika sedang menikmati anggur dan kudapan-kudapan kecil, mata Richard menangkap pemandangan yang mengejutkan. Ia melihat ada dua sosok perempuan yang sedang bertingkah norak. Richard nyaris tersedak, tetapi bibirnya menyunggingkan senyum jahat, untuk pertama kalinya, Richard merasa tindakan ayahnya cukup berguna.Melihat kedua perempuan itu kini sedang berjalan menuju ke arahnya, Richard segera berbisik kepada Daisy. “Aku ingin ke toilet, nikmatilah semua yang ingin kau nikmati.”Richard pergi begitu saja sementara Daisy tak begitu memedulikan kepergian suaminya sebab pandangannya tertuju pada sekelompok orang yang tengah duduk di meja bundar yang sama.‘Bukankah wajah-wajah mereka tak asing?’ Daisy membatin. Keningnya berkerut saat mencoba mem
Hari masih pagi ketika Richard turun dari mobil dan berjalan menuju ke halaman kastil mendiang ibunya. Saat tiba di halaman kastil, bibir Richard refleks membentuk sebuah senyuman saat ia melihat Daisy sedang mengajari Alexander King menanam bunga.Ketika Daisy melihat kedangan sang suami, wajahnya berbinar-binar gembira. Tangan Daisy melambai-lambai lalu mengajak Richard untuk turut menanam bunga.“Tidak, terima kasih. Itu bukan gayaku,” sahut Richard merespon ajakan Daisy. “Aku akan masuk ke dalam, selesaikan saja kegiatanmu,” imbuh Richard seraya berjalan ke arah kastil. Sudah lama sekali ia tak berkunjung ke kediaman mendiang ibunya.“Menantuku, ayah akan pulang. Temuilah suamimu. Dan, jangan lupa sampaikan padanya tentang acara makan malam kecil-kecilan yang akan kuadakan nanti malam.” Alexander King melepas sarung tangan yang ia kenakan lalu berpamitan untuk kembali pulang ke kastil utama.Daisy mengerutkan dahi karena ada satu poin penting yang membuatnya terkejut. “Ayah belum
Kastil Manoko… Terlepas dari insiden penyerangan Richard kepada Alexander King, proses pemakaman Hazelle King tetap berlangsung dengan khidmat. Daun-daun pohon maple yang berjatuhan menjadi pelengkap prosesi pemakaman Hazelle pada senja hari itu. Satu demi satu para pengiring telah pergi hingga menyisakan dua orang saja yang masih berada di area pemakaman keluarga Naga Langit. Mereka adalah Richard Forger dan Alexander King. Mulanya, Alexander King terlihat ingin meninggalkan makam terlebih dahulu, namun, ucapan Richard menahan langkahnya. “Apa tujuanmu memilihku menjadi pewaris tahta Naga Langit?” tanya Richard tanpa menoleh ke belakang ke arah sang ayah. Alexander King diam mematung, keduanya kini saling memunggungi satu sama lain. Karena Alexander King tak memberi jawaban, Richard bergumam lagi. “Kau meremehkan putra sulungmu, Pak Tua. Hazelle jauh lebih pantas menjadi penerus Naga Langit. Harus kuakui, keputusanmu benar-benar bodoh!” Alexander King tersenyum tipis. “Kau benar
Suara ledakan keras yang baru saja terdengar di telinga Daisy memang bersumber dari kastil utama Naga Langit. Lebih tepatnya, di halaman depan kastil.Tak hanya mendengar satu kali, Daisy dan Rock mendengar ada ledakan yang bertubi-tubi. Meski demikian, Rock sama sekali tak melakukan apa-apa selain membiarkan hal itu terjadi, sebab ia sudah bisa menebak apa yang sedang terjadi di halaman kastil Naga Langit.!!Tubuh Alexander King terhempas menabrak dinding kastil Naga Langit, menciptakan kerusakan parah pada dinding yang terhantam tubuhnya. Karena kekuatan yang menghempaskan tubuhnya begitu kuat, timbul ledakan keras setiap kali tubuh Alexander King menghantam dinding kastil.Bebatuan dan debu-debu menghambur ke udara. Kehancuran demi kehancuran terus terjadi seiring dengan terhempasnya tubuh Alexander King berkali-kali.Tak ada yang berani mengambil sikap atas apa yang menimpa Alexander King, sebab pria itu memang meminta semua pasukannya untuk tak melakukan apa-apa.“Hazelle tewas
Tak hanya mengevakuasi para anggota Red Skull yang nyaris tenggelam ke laut, pasukan Tom Haley juga menemukan Rock yang berada dalam keadaan terikat di salah satu kapal milik Red Skull. Begitu Rock bebas, ia bergerak cepat menghubungi Alexander King yang berada di Manoko, mengabarkan tentang rencana kedatangan Richard dan Daisy ke sana.“Aku sudah tahu. Termasuk, kematian Hazelle, aku juga sudah mengetahuinya.”Itu adalah kalimat yang diucapkan oleh Alexander King saat Rock berhasil menghubunginya. Saat itu, Alexander King menutup telepon Rock lalu melanjutkan menyesap teh hijau sembari menatap langit hitam di balkon kamarnya.Satu demi satu keluarga yang ia cintai telah mati. Hanya menyisakan Richard seorang, tetapi Richard justru memutuskan untuk keluar dari silsilah keluarga Alexander King.“Lucu sekali…” gumam Alexander King seperti sedang menertawai kehidupannya sendiri. Terlepas dari itu semua, ia cukup menikmati keheningan malam itu sembari menanti kedatangan jasad putra kandun
Perlahan-lahan, matahari tenggelam mengiringi kematian Hazelle King. Dalam suasana berkabung, Richard mengirim telepati kepada pasukan Red Skull dan meminta mereka untuk bergegas menjauh dari pulau Sangorufu. Tak lama lagi, bom dipulau itu akan mengeluarkan gelombang kejut yang cukup besar.Beberapa detik sebelum ledakan besar terjadi di pulau Sangorufu, beberapa kapal pasukan Red Skull telah berhasil membuat jarak aman dari ledakan, termasuk kapal Richard yang sedari awal telah digerakkan oleh kekuatan Richard untuk menjauh dari pulau Sangorufu.Namun, beberapa kapal lain mengalami nasib buruk karena gagal membuat jarak aman dan akhirnya terdampak ledakan besar. Penumpang-penumpang kapal itu menjerit lalu berjatuhan ke laut. Puing-puing kapal yang terbakar berserakan di atas permukaan laut, membuat para korban yang jatuh semakin kesulitan untuk menyelamatkan diri.Beruntung, tak lama berselang datanglah tim evakuasi yang dipimpin oleh Tom Haley.Tom Haley yang mendapat laporan adanya
Tanpa diduga oleh siapa pun, terdengar suara letusan tembakan dari arah kapal tempat Richard mengistirahatkan Hazelle dan Daisy. Kekhawatiran Richard kian membesar ketika ia mendengar jeritan Daisy mengiringi suara tembakan itu.Mengingat, suara tembakan tak pernah menjadi pertanda baik bagi siapa pun, Richard melesatkan tubuhnya ke kapal tempat Daisy dan Hazelle berada.Benar saja, ketika Richard telah tiba di dek kapal, ia melihat Daisy dan Hazelle bersimbah darah. Jantung Richard seperti berhenti berdetak saat ia melihat lubang merah menganga di dada Hazelle King.Meski Hazelle menampakkan senyum damai, Richard menghambur menghampiri Hazelle yang terkulai di atas dek kapal.“Hazelle mencoba untuk melindungiku, Richard… Dia terluka karena aku… Ini salahku…” Daisy menundukkan kepala hingga kepalanya nyaris menyentuh lantai kapal. Tangisan Daisy pecah sebagaimana ia merasa bersalah terhadap Hazelle dan Richard.“Daisy…” Hazelle menggelengkan kepala menatap adik iparnya, seolah memberi
Jack Moriarty merasa nyawanya tak mungkin terselamatkan. Ketika ia tahu kematian sudah datang semakin dekat, beberapa waktu lalu dia akhirnya membuat kesepakatan dengan Richard. Jack Moriarty bersedia membantu Richard semampu dirinya, sebagai timbal balik, Jack meminta Richard untuk menyelamatkan Kelly dan janin yang ada di dalam perut Kelly, kekasih Jack.Richard setuju, dan begitulah, keduanya lantas saling bekerja sama untuk menemukan solusi terbaik menyelamatkan orang-orang yang mereka sayangi.‘Jack, cepat katakan apa yang ingin kau katakan!’ Richard tak sabar untuk mendengar pesan telepati dari Jack. Hanya saja, bukannya mendengar pesan dari Jack, Richard justru dikejutkan oleh suara lain.“Richard Forger…!”Hammer Moriarty telah terbebas dari kelumpuhan. Wajahnya berseri-seri saat melihat betapa ambisiusnya Richard yang ingin menyelamatkan Hazelle King. “Hei, bukankah ada obrolan kita yang terputus? Kau lupa?”Richard menoleh ke arah Hammer Moriarty dengan dahi berkerut.“Forge