-- nomor bab sebelum ini salah ketik, tapi isinya benar, seharusnya Bab 214--Bab 215Berbagai macam praduga mulai menggelayuti beberapa pikiran para pasukan Luis Jung.“Ditipu?! Apa maksudmu? Jangan harap kau bisa bicara sembarangan pada kami!”Richard menyeringai lebar. “Jika aku mati di sini, tak satu pun dari kalian akan keluar hidup-hidup. Ingat, jika aku bisa datang ke ruangan ini dan menghajar boss kalian, bagaimana bisa kalian berpikir aku hanya datang sendirian?!”Richard mulai membual, dalam situasi kalah jumlah seperti itu, membual adalah salah satu cara terbaik untuk mengintimidasi musuh. Menciptakan kegelisahan dan rasa was-was di hati pasukan itu.“Ha ha ha, apa kau pikir kami takut, huh?!” si kepala pasukan mencoba untuk mempertahankan kewarasannya dan menolak intimidasi dari Richard. “Lebih baik kau mati sekarang juga!”Si kepala pasukan menodongkan senjata api ke arah Richard dan bersiap untuk melepas tembakan. Saat itu terjadi, Richard berteriak lantang.“Sekarang!!!
“Kalian bersepuluh, masih ada puluhan entah ratusan jebakan yang sudah kupersiapkan. Belum lagi, beberapa pasukanku juga mengintai gua ini. Tak ada kesempatan bagia kalian untuk hidup, kecuali kalian bersedia menjalankan perintahku!”“Kami bersedia…”“Tuan, kami bersedia…”“Sungguh, kami akan melakukan apapun asal Tuan tidak menghabisi nyama kami…”Sepuluh sisa pasukan itu melempar senjata yang mereka miliki, mereka lantas bersujud ke tanah demi memohon kesempatan kedua pada Richard.“Pilihan yang bijak,” seru Richard dengan wajah menyunggingkan senyum tipis.“Terima kasih atas kemurahan hati anda, Tuan…”“Jadi, apa yang harus kami lakukan, Tuan?”Richard menarik napas dalam, lalu menoleh pada Tom Haley dan berkata, “Tom, pastikan Luis Jung tak hanya pingsan. Habisi nyawanya!”Tom Haley merasakan tubuhnya membeku. Ia tak menduga Richard yang ia pandang sebagai sosok yang terkesan santai dan cuek, ternyata memiliki sisi gelap seperti itu.“Apa anda yakin akan menghabisi nyawa pria ini?
Keputusan Richard untuk menghabisi Luis Jung adalah hal yang sangat tepat. Semua musuh yang berani menukar nyawa mereka dengan keberlangsungan misi merupakan musuh yang memiliki tingkat bahaya tinggi. Memperpendek usia mereka akan mengurangi berbagai macam risiko fatal yang mungkin terjadi.Itulah mengapa, dulu Alexander King pernah meminta Richard untuk menghabisi seluruh anggota Red Skull karena kelompok tersebut berpotensi menjadi musuh yang merepotkan di masa depan. Hanya saja, sepertinya memang tak semua anggota Red Skull berhasil dihabisi oleh Richard.Saat itu, sudah hampir sore hari di pulau Corvo. Richard yang berada di dalam ruangan Luis Jung saat ini sudah menemukan cara terbaik untuk keluar dari tempat itu.“Zephys,” panggil Richard pada Zephys yang berdiri kaku di ujung ruangan.Zephys mengangguk dengan tubuh gemetaran, dia berjalan pelan menghampiri Richard seraya bibirnya mencoba menyuarakan sesuatu. “Tuan Muda… Saya tak mengetahui siapa itu Red Skull dan tak tahu jika
Hari sudah hampir senja saat Bruce Lazar terlihat keluar dari gua Corvo dengan didampingi oleh sepuluh pasukan Level SSS. Tentu saja, kemunculan Bruce Lazar segera disambut dengan pertanyaan oleh pemimpin pasukan yang berjaga di luar gua.“Apa yang terjadi di dalam, Tuan Lazar? Mengapa alat komunikasi Yang Mulia tak bisa kami hubungi?”Bruce Lazar tampak menunduk dengan tatapan sedih. “Ada penyusup yang masuk ke pasukan kita. Yang Mulia terluka. Tapi tak perlu khawatir, Zephys sudah mempersiapkan helicopter untuk mengantar Yang Mulia ke suatu tempat.”Bruce Lazar lantas menceritakan bahwa ia mendapat mandat dari sang Boss untuk mengawal perjalanan Zephys dari jalur darat bersama dengan sepuluh pasukan level SSS.“Satu lagi, Yang Mulia ingin kalian tetap menjaga gua ini dengan ketat demi menjaga harta berharga Yang Mulia yang diincar musuh. Yang Mulia khawatir jika musuh membawa pasukan dan menyerbu gua, jadi, kuharap kalian akan menjalankan tugas ini dengan baik.” Bruce Lazar menepuk
Hari sudah malam saat Richard akhirnya tiba di hotel Phoenix. Ia sudah menghubungi Rock D Xebec dan memintanya untuk datang ke rumah sakit. Sekaligus, Richard juga memberi tahu Rock bahwa misinya telah selesai dengan menemukan satu fakta baru, Red Skull masih berdiri.Saat hendak memasuki lift, ponsel Richard bergetar dan membunyikan notifikasi pesan masuk. Richard merogoh ponselnya seraya memasuki lift. Matanya menyipit saat ia mulai membuka pesan tersebut.[Selamat, atas keberhasilan anda, Tuan Muda. Seperti biasanya, Naga Langit akan mengirimkan reward misi ke rekening Tuan Muda yang aktif. Satu lagi, karena Tuan Muda juga berjanji akan membersihkan nama anda yang sempat tercemar, Naga Langit juga akan memberikan reward tambahan saat misi itu selesai.]Richard tersenyum sesaat lalu meletakkan ponselnya kembali ke saku. Ada rasa gembira dan bersemangat di hatinya setiap kali ia berhasil menyelesaikan satu misi, tetapi, untuk saat itu ia mencoba untuk menghapus rasa bersemangat itu.
Alexander King menampar pipi Richard dengan cukup keras. Ia baru saja merasa tersanjung saat Richard kembali bersedia memanggilnya ayah. Tetapi, mendengar kembali keputusan Richard yang ingin keluar dari Naga Langit, membuat tangan Alexander King tak bisa menahan diri untuk tak menampar Richard. “Persetan dengan janji-janjimu! Kau kira aku tak tahu apa saja yang kau lakukan di kota Roxburgh?!” Alexander King bersiap menampar pipi Richard lagi, tetapi kali itu satu tangan kanan Richard menahannya. “Cukup.” Richard bergumam dengan nada pelan tapi serius. “Ayah, aku sudah menerima pukulan-pukulanmu untuk kesalahan yang sudah kulakukan. Saat ini, ada janji yang telah kuikrarkan. Maka, kau hanya boleh memukulku lagi, nanti, jika janji itu gagal kulaksanakan.” Tangan Richard mengendur setelah ia merasakan otot-otot di tangan Alexander King juga mengendur. Pertanda bahwa Alexander King menerima argument Richard. ‘Bagaimana bisa aku menyayangi anak yang susah diatur seperti dia?’ Alexander
“Richard, mengapa kalian berkelahi?” tanya Daisy setelah Alexander King menghilang dari pandangan.Richard mengerutkan dahi sembari menatap Daisy dengan tajam. “Berkelahi katamu? Daisy, seandainya aku membalas pukulan ayahku, kau mungkin berpikir Phoenix Hotel sedang mengalami gempa.”Richard tersenyum tipis lalu memilih untuk masuk ke dalam kamar. Ada banyak hal yang perlu ia persiapkan mulai hari itu juga.“Baiklah, aku tak akan menanyakan apapun soal kejadian tadi. Tapi, apa kau berkenan memberiku izin untuk merawat luka lebammu?” tanya Daisy yang saat itu sedang berjalan cepat mengikuti Richard yang terlebih dahulu memasuki ruangan.Daisy melihat wajah Richard tampak rumit, ia kesulitan menerka apa yang ada di hati dan di kepala suaminya. Tapi yang jelas, Daisy yakin bahwa lebam-lebam di wajah Richard pastilah terasa ngilu.Saat itu, Richard berbalik badan setelah Daisy melontarkan pertanyaan kepadanya. Tanpa memberi jawaban, Richard merentangkan ke dua tangannya seolah mengundang
Usai menutup telepon dari Rock, Richard menghampiri Daisy lalu menggenggam pergelangan tangan Daisy kuat-kuat. Bibir Richard melengkung ke atas, namun tampak sedikit kaku. Daisy melihat ekspresi tersebut sebagai sebuah senyuman yang memiliki maksud untuk menyembunyikan kekhawatiran, itu pun jika tebakan Daisy benar.“Apa aku boleh tahu tentang kekhawatiranmu, suamiku?” tanya Daisy hati-hati. Richard nyaris selalu santai dalam segala situasi, jika ada hal yang membuatnya gelisah, bukankah itu artinya keadaan sedang tidak baik-baik saja?Richard lagi-lagi tersenyum kaku, satu tangannya yang lain menepuk-nepuk kepala Daisy dengan lembut. “Istri manisku sedang menjadi incaran organisasi berbahaya. Umumnya, kesempatan hidup manusia biasa di tangan ancaman organisasi ini adalah di bawah 10%. Sebenarnya ini membuatku tertantang, tapi tetap saja, aku tak bisa untuk bersikap santai.”Daisy tertawa kecil, andai suaminya bukanlah Richard Forger, ketika mendengar kabar seperti itu, ia yakin ia ta