Saat itu juga, Bellatrix menghubungi Daisy dan menceritakan segalanya. Daisy terkejut, marah, kecewa, dan khawatir dalam satu waktu. Namun, karena keberadaannya nyaris tak pernah dianggap oleh Sandra Miller, Daisy yakin kalaupun ia menolak dengan keras, semuanya akan sia-sia.“Daisy, ada apa?” Richard mengerutkan dahi saat melihat perubahan drastic pada ekspresi Daisy yang tengah mengangkat telepon.Saat itu Daisy dan Richard sedang berada di swalayan guna membeli beberapa keperluan harian.“Bella, aku yakin, seperti pengalaman-pengalaman sebelumnya, kali ini Richard pasti juga akan selamat!” Alih-alih merespon pertanyaan Richard, Daisy memilih untuk membalas ucapan Bellatrix.Bellatrix terdengar tertawa terbahak-bahak. “Daisy… Ingat, selama ini suamimu selalu mengandalkan pertemanannya untuk bisa keluar dari permasalahan. Bahkan, andai suamimu berteman akrab dengan bapak wakil presiden pun, aku yakin Richard akan tetap mendapat penganiayaan dari putri wakil presiden!”Bellatrix lanta
Si pencuri tentu saja bingung karena ia bahkan tak memiliki satu sen pun sehingga uang ratusan dollar di tangan Richard bisa dipastikan bukan miliknya. Melihat kebingungan di wajah pencuri itu, Richard tersenyum hangat. “Jika anda sudah selesai berbelanja, lihat, kasirnya ada di sebelah sana. Jika anda berjalan ke arah sini, orang akan mengira anda ingin ke luar swalayan dan lupa membayar tagihan.”Ucapan Richard tersebut membuat sang pencuri menyadari bahwa Richard sedang menolong dirinya. Ia segera meraih uang yang diulurkan Richard. Dengan terbata-bata ia berucap, “putraku sedang kelaparan di luar sana. Aku akan segera membayar ke kasir. Terima kasih, anak muda, jika kau tak menemukan uang ini, aku tak tahu bagaimana nasibku…”Dilihat dari jarak yang dekat, Richard bisa melihat bekas-bekas luka lebam di wajah pencuri itu, termasuk juga luka di tangannya. Richard menduga, pria itu memang kerap melakukan pencurian dan beberapa di antaranya, ia tertangkap basah sehingga harus mengalam
Satu hari sebelum sebelum kedatangan putri wakil presiden ke kota Roxburgh…Saat itu, dalam acara makan malam di mansion keluarga Miller, tampak hanya ada Bellatrix, Clair, Daisy dan Richard yang sedang sibuk menikmati menu makanan di atas meja. Di saat acara makan malam masih berlangsung, terdengar notifikasi pesan masuk yang berasal dari ponsel Bellatrix.Bellatrix mengerutkan kening lalu membuka pesan yang baru saja masuk ke ponselnya itu. Sesaat setelah Bellatrix membuka ponselnya, ia tertawa cekikikan dan menunjukkan layar ponselnya kepada Clair.Seperti halnya Bellatrix, Clair tertawa cekikian. Keduanya menggeleng-gelengkan kepala seperti sedang merasa sangat takjub atas apa yang baru saja mereka baca di layar telepon.Saat itu, Daisy dan Richard secara sengaja menampakkan ekspresi tak berminat pada pesan elektronik yang baru saja diterima Bella. Melhitanya, Clair justru memancing pertanyaan sebab ia ingin Daisy dan Richard juga mengetahui isi pesan yang baru saja diterima oleh
Melihat wajah istrinya menegang, Richard mengusap-usap pundak Daisy. “Sayang, beberapa hari ini kau tampak murung. Sepertinya kau butuh liburan. Bagaimana jika gaji yang kudapatkan besok, lantas kita pergunakan untuk liburan ke Paris?! Sisa uangnya bisa kita gunakan untuk membeli villa mewah di puncak gunung.”“Ha ha ha! Richard, jangan mimpi! Gaji yang diberikan pemerintah kota padamu nantinya akan habis untuk biaya pengobatan!” Bellatrix sengaja mengeraskan suara tawanya untuk menanamkan terror di hati Daisy atau juga Rihcard. “Lihat, temanku baru saja mengabarkan bahwa kemarin, putri wakil presiden telah memukul kemaluan salah seorang bodyguardnya menggunakan tongkat baseball!”Clair tertawa sembari mengangguk-anggukkan kepala bersemangat. “Dan, dia segera dibawa ke rumah sakit terdekat karena telurnya pecah! Ewh… Pasti itu ngilu sekali!” Dua tangan Clair saling mengepal ke dada seolah ia sedang pura-pura ketakutan.Bellatrix melirik Richard dengan wajah sinis lalu beralih menatap
Hari yang ditunggu-tunggu oleh Bellatrix dan Clair akhirnya tiba. Pagi hari itu adalah hari di mana Richard akan datang ke museum kota dan mendapatkan tugas untuk mendampingi Putri Wakil presiden berjalan-jalan ke museum. Ketika Daisy mengantar Richard ke luar rumah, Daisy dikejutkan oleh beberapa karangan bunga yang sudah berjajar rapi di dekat pos satpam.Sepertinya itu adalah karangan bunga yang telah dipesan oleh Bellatrix dan Clair, sebagaimana apa yang mereka katakan di hari sebelumnya. Baik Daisy maupun Richard, mereka sama-sama tak menduga jika sepupu mereka akan benar-benar membeli karangan bunga sebanyak itu.Daisy mengernyitkan kening saat membaca tulisan yang terpampang pada karangan bunga yang berjejer di dekat pos satpam.[Untuk Bellatrix dan Clair yang Sedang Berbahagia!][Selamat untuk Kebahagiaan Clair dan Bellatrix][Turut Bersedih untuk Daisy Miller][Semoga Richard Mengalami Kesialan yang Mengenaskan!][Clair dan Bellatrix Tersenyum Gembira]Itu semua adalah bentuk
Daisy mengangguk. “Kau tak akan bisa membuatku tenang, setidaknya hingga sore hari nanti saat kita bertemu lagi. Jika nanti sore kita bertemu dan kau baik-baik saja, aku baru akan tenang…”Richard menarik napas berat, ia mencoba mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya. Sebuah pil berwarna putih kecil-kecil dikeluarkan oleh Richard dan diulurkan kepada Daisy.“Ini adalah obat tidur yang tidak dijual bebas. Aku penderita insomnia dan kerap meminta resep obat penenang ini kepada psikiater. Ambillah, sepertinya kau lebih membutuhkan ini sekarang. Tidur dan beristirahatlah di kamar selagi aku pergi ke museum.”Daisy melonggarkan pelukannya lalu meraih obat tidur yang diberikan Richard. “Richard, berhati-hatilah… Sampai jumpa nanti sore…”Keduanya pun akhirnya berpisah. Richard telah dijemput seorang driver yang dikirim oleh pemerintah kota Roxburgh. Dengan menaiki mobil Porsche, Richard telah dibawa menuju ke museum kota.“Anak muda, kau tahu apa risiko pekerjaanmu hari ini?” tanya sang so
Sudah dua jam lebih Richard hanya mondar-mandir di dalam gedung museum kota. Dua jam lalu saat ia datang, ada banyak pejabat pemerintah yang menyambutnya dan memberi selamat atas terpilihnya Richard sebagai pemandu putri wakil presiden.Setelah penyambutan yang singkat tersebut, Richard diarahkan untuk masuk ke dalam gedung museum dan dikunci dari luar. Sementara itu, beberapa waktu kemudian ia mendengar sedikit keramaian di luar gedung museum, menandakan bahwa putri wakil presiden telah datang.Hanya saja, pintu museum tak juga dibuka, membuat Richard bertanya-tanya apa sebenarnya yang tengah terjadi di luar sana. Pertanyaan yang mengganggu kepala Richard berlangsung hingga dua jam lamanya. Sebelum akhirnya, pintu depan museum berderit karena dibuka dari luar.Richard sedikit gugup mengambil posisi berdiri di sisi samping pintu dan bersiap untuk memberi sambutan hormat kepada sang putri wakil presiden.“Cukup sampai di sini saja, kalian silakan pergi…”Seorang gadis mungil bersuara l
Ginny menepuk lengan Richard sembari memiringkan kepala ke kiri. “Tuan Forger, apakah anda baik-baik saja? Anda terlihat seperti sedang kebingungan…”Richard menggaruk kepala lalu menunduk meminta maaf. “Nona Ginny, aku di sini mendapat tugas untuk memandu anda melihat ragam koleksi di museum Roxburgh. Apakah anda memiliki saran ke mana arah yang harus kita tuju pertama kali?”Ginny tampak berpikir sejenak lalu menganggukkan kepala dengan segera. “Tuan Forger, aku sedang tak ingin melihat koleksi benda antik apapun. Sepertinya, aku hanya sedang ingin berjalan-jalan dan bercengkrama dengan anda dan menanyakan kehidupan sehari-hari anda. Apakah anda berkenan?”‘Sial! Dia bahkan bertutur dengan cara yang teramat sopan!’“Tuan Forger? Anda melamun?”Richard menggelengkan kepala sesegera mungkin. “Nona Ginny, sayangnya aku tak memiliki kehidupan yang menarik untuk diceritakan.”Ginny terlihat tersenyum manis, dengan langkah riang di depan, Ginny berjalan mendahului Richard lalu berbalik ar