"Bukan urusanmu aku mau membunuhnya atau tidak. Kamu ada keperluan apa mencariku?” "Aku memang ingin membunuh Michael, si orang paling terkenal di dunia. Jangan meremehkanku dengan berlagak sok misterius di hadapanku,” ucap Marcus dingin. Si bayangan misterius tidak marah mendengar ucapan kasar Marcus. Dia malah tersenyum tenang, “Semua orang tahu kamu ingin membunuh Michael. Dan itu bagus.” "Tapi apa ada orang di dunia ini yang memiliki kemampuan untuk membantu mewujudkan mimpimu?” Bayangan misterius berkata begitu blak-blakan dalam menghadapi masalah ini. Dan ucapannya benar-benar memukul relung hati terdalam Marcus. Ya, Marcus ingin membunuh Michael meskipun hanya dalam mimpi. Michael, si bajingan itu, adalah orang yang mampu membuat Dewa Sejati tak berkutik. Melihat semua pencapaiannya, Michael pasti memandang Marcus sebelah mata. Marcus menganggap dirinya sendiri hebat, tapi dia tidak berani bermimpi mampu menaklukan Michael. "Michael? Haha, bahkan Dewa
Duaaar!! Sebuah ledakan terdengar menggelegar diikuti erangan kesakitan Marcus. Gas hitam kuat melesat ke luar dari tubuh bagian belakangnya. Keadaannya begitu menyeramkan sekaligus mengenaskan! Seluruh tubuh Marcus memilin membentuk postur aneh karena gas hitam memaksa keluar. Mata merahnya mengeluarkan darah hingga membuatnya terlihat sangat keji. "Ah!"Marcus mengangkat kepala sambil melenguh dan menatap bayangan hitam, “Apa yang telah kamu lakukan padaku?” Marcus cepat-cepat melihat telapak tangannya yang diselimuti gas hitam. Gas Iblis memasuki tubuhnya, “Apa ini?” "Mulai saat ini, kamu resmi menjadi murid Tuan Iblis. Apa kamu sudah bertemu dengannya?” "Tuan Iblis?” Marcus mengernyit. "Semua Iblis pasti mengikutinya,” begitu suara tersebut muncul, arwah Iblis langsung keluar dari tubuh Marcus dan menjelma menjadi Naga Sakti. Kemudian Naga Sakti membuka mulutnya untuk menyerang Marcus. Marcus tanpa sadar mundur ke belakang dan mengeluarkan kekuat
Tawa tanpa henti terus terdengar setelah Michael bersama dengan Danu dan rombongannya kembali ke kedai. Namun Danu dan pasukannya tidak nyaman minum-minum dan bercengkrama dengan orang-orang yang ada di kedai. Mereka yang selama ini harus terus menerus bersembunyi membuat mereka menjadi sangat pemalu dan lelah karena mereka jarang mendapat kesempatan untuk beristirahat. Dan kini mereka ingin sekali memanfaatkan kesempatan itu. Michael lega Danu dan pasukannya telah ditemukan. Tapi alis Michael masih juga tegang meskipun satu dari sekian banyak kekhawatirannya sudah ditangani dengan baik. Kelompok biksu tempat bernaung Ruchen membuat Michael merasa curiga. Deva berjalan cepat dari belakang kedai kemudian duduk di samping Michael. "Kamu menemukan sesuatu?” bisik Michael sambil mengernyit. Deva berbisik di telinga Michael, “Seperti yang kamu duga, ada pergerakan aneh di batas kota.” Ternyata benar perkiraan Michael! Sebuah kelompok bersiap masuk ke kota dengan h
"Semua ini aku perlihatkan padamu agar kamu sadar diri. Untuk Michael, kemampuan maupun penampilanmu lebih rendah dariku. Bagi Hanna, aku bisa memberinya kehidupan yang lebih baik untuknya.” "Seandainya aku jadi kamu, aku akan menggunakan akal sehat dan hati nurani. Aku tidak akan menutup mata. Dan aku lebih baik mundur dengan suka rela,” ujar Rahel perlahan. "Dahulu, Keluarga Lu dan Keluarga Fu bersahabat. Kamu dan aku bermain bersama saat kita masih kecil. Aku menganggapmu sebagai adik. Sekarang ... aku ingin Michael menikahiku. Kamu dan aku akan jalan bersama. Bagaimana menurutmu?” "Kamu tidak seharusnya bertanya tentang ini padaku. Kamu sudah bertanya pada Michael?” Bella mengerti maksud Rahel. Andai saja Hanna tidak ada di tangan oleh Rahel, Bella ingin sekali membentak Rahel karena bersikap seperti pelacur. Wajah Rahel tiba-tiba berubah sedikit dingin. Mana mungkin dirinya ada di sini sekarang kalau Michael menginginkannya? Rahel sudah sangat ingin menikah denga
Di aula utama Puncak Gunung Biru. Rahel buru-buru datang ke aula utama. Di sana sudah menunggu para tetua Puncak Gunung Biru. Lado berdiri di depan tirai di belakang sebuah kursi kosong. Kursi itu adalah milik Pemimpin Keluarga Lu.Meskipun Lado adalah Dewa Sejati, tapi kekuasaan di dalam Keluarga Lu tidak berubah. Ketika Lado kembali, dirinya ditempatkan di sebelah kursi sang Pemimpin. Hal itu dimaksudkan agar Lado menghormati sang pemimpin. Kejadian ini mirip dengan keluarga istana. "Rahel datang," ujar Lado.Rahel mengangguk. Kemudian dia menundukkan kepala di hadapan para tetua dan duduk di samping saudaranya, Adit. "Kalian ingin dengar kabar yang mana dulu? Kabar baik atau kabar buruk?" tanya Lado sambil tersenyum. "Kami kembalikan padamu saja," balas para tetua serempak. Para tetua ini adalah anggota keluarga paling penting dan dipercaya di Keluarga Lu. Mereka diundang untuk memberi masukan atau merencanakan sebuah aksi. Posisi mereka di Keluarga Lu sangat penting.
"Maksudmu Kelompok Iblis?" tanya Lado sambil mengerutkan dahi. Pemimpin Keluarga Lu mengangguk. Dia sendiri terlihat ragu. Bukankah Kelompok Iblis menolong Michael sebelumnya? Kenapa mereka berbalik menyerang?"Aku dengar sebagian besar dari mereka adalah bisku, tapi siapa mereka sesungguhnya?"Menurut informasi dari pengikut Puncak Gunung Biru, orang-orang yang mendekati Michael dipimpin oleh lebih dari satu biksu dan banyak yang menggunakan topi bambu. Dari gerak-geriknya mereka terlihat kasar. Mereka mirip bisku pada umumnya. Tapi tempat yang mereka lalui bukan tempat biasa. Mungkin untuk para laki-laki tidak akan menjadi masalah, tapi untuk para perempuan berbeda. Banyak yang meninggal, bahkan kehilangan keperawanan. "Sepuluh ribu tahun yang lalu, ada sebuah kuil bernama Kuil Motuo dan di sana tinggal Raja Iblis. Para biksu sepertinya menjadi anak buah dari Raja Iblis itu.""Aku tidak tahu apa penyebabnya, tapi suatu hari aku mendengar para biksu itu bertingkah aneh. M
"Bagaimana kalau Michael bisa membantuku menjadi nomor satu di dunia ini?" Rahel tersenyum misterius, "Kalau Puncak Gunung Biru masih terus bergantung pada kalian semua, mungkin di masa yang akan datang, namanya akan berubah menjadi Kaki Gunung Biru."Kekesalan para tetua pada Rahel semakin bertambah. Mereka hendak membalas tapi Pemimpin Puncak Gunung Biru berkata, "Rahel, urusan ini ….""Baiklah!" Lado menginterupsi ucapan sang pemimpin. Dia menggerakkan tangannya kemudian sebuah dokumen terbang ke arahnya. "Wah ….""Ini adalah peraturan Puncak Gunung Biru. Bagaimana mungkin?""Ya. Nanti bisa terjadi sebuah pengkhianatan."Para tetua langsung memberikan protes keras ketika Lado menyetujui permintaan Rahel. Rahel tersenyum penuh kemenangan, "Air sudah masuk setinggi leher kalian, tapi kalian masih mencemaskan apa yang kalian pakai di kaki. Kalian contoh sempurna ibarat katak dalam sumur. Kalian seharusnya malu dan menjilat ludah kalian sendiri."Rahel menangkap dokumen yang t
Sheila berdiri. Dia berjalan mendekati jendela dan melihat ke luar. "Aneh, ada tiga orang," Sheila mengerutkan dahi. "Tiga orang?" Nolan terkejut. Di benak mereka, yang datang mengetuk pintu kamar Michael adalah Iblis. Niat mereka pasti jahat, tapi mengapa hanya ada tiga orang yang datang?!"Apa mungkin kamu salah lihat?" Nolan ikut berdiri dan berjalan mendekati jendela. Dia memandang ke jalan. "Michael, benar hanya ada tiga orang," Nolan merasa aneh. Michael mengerutkan dahi dan memandang Danu. Dia sama bingungnya dengan yang lain. "Anehnya lagi, tiga orang ini perempuan," lanjut Nolan. "Tiga perempuan?"Semua orang di ruangan itu terpana. Tiga perempuan datang mengetuk pintu di tengah malam. Bukankah itu adalah hal aneh? "Brengsek, Michael, kamu tidak mengkhianati Bella, bukan? Kamu tidak merayu perempuan-perempuan lain sehingga mereka datang ke sini malam-malam?" tanya Nolan sambil memukul kepalanya. Michael tidak menjawab. Kalau bukan karena Nolan sudah meng
“Malam sudah larut. Kembalilah ke pondok dan istirahatlah.”Michael menepuk bahu si trenggiling dan membawanya menuju halaman belakang.Di halaman belakang, Sari sedang duduk dalam keadaan gelisah. Dari sorot matanya yang indah, terlihat perasaan cemas dan kesepian.Ketika Jenny datang dengan penuh kegembiraan mengumumkan kembalinya Michael, mata cantik Sari menjadi berbinar-binar. Meskipun dia adalah seorang perempuan yang terbiasa bersikap anggun, tetap saja Sari tidak bisa menahan diri untuk cepat-cepat menyambut kedatangan Michael. Ketika melihat Michael, mata Sari yang indah menampakkan rasa haru, cemas dan gembira. Bibir merahnya terbuka. Michael tidak bisa menahan diri untuk tidak terkejut. Sebelumnya Michael menjaga jarak dengan Sari. Sekarang Michael tersenyum padanya.Meskipun hanya senyuman, namun makna dari senyuman itu terlihat jelas.Sari memahami senyuman Michael. Dalam hatinya, dia merasa sedih. Namun Sari tetap tersenyum. “Hei, kalian ke mana saja? Tahuk
Parza menghela napas panjang sambil menatap Felix, yang sudah dibawa jauh. Putranya melihat Parza dengan tatapan putus asa. "Dewa Es, aku sudah menghukum anakku. Kalau kamu masih belum puas, aku bersedia menambah hukumannya."“Bukankah besok putramu akan menikah? Itu adalah acara besar Keluarga Fang, bukan? Mengapa kalian melakukan sesuatu yang serius seperti ini?" Michael tertawa. Perlahan-lahan dia berdiri, "Begini saja. Tambahkan hukuman itu ketika dia sudah menikah nanti, atau ketika suasana hatiku sedang buruk. Bagaimana?"Mata Parza melebar. Bagaimana Dewa Es bisa bersikap murah hati seperti ini? Dewa Es membela Felix meskipun dirinya dimasukkan ke dalam Penjara Langit dan diberi hukuman es dan api. Tuan Onn mengerutkan dahi dan memandang Michael dengan aneh.Meskipun sosok laki-laki di depannya masih muda, tapi dia memiliki kebijaksanaan seperti tetua. Tidak jadi menghukum Felix? Apa … apa Dewa Es menyukai Keluarga Fang?Parza tidak tahu pikiran Michael tapi baginya
Felix mengerutkan dahi, "Aku benar-benar bingung dengan sikap kalian. Aku menangkap seorang laki-laki yang menganiaya perempuan tua. Kenapa sikap kalian berlebihan seperti ini?""Orang ini cukup kuat meskipun sudah melakukan kejahatan. Jadi aku memberinya hukuman kecil sekaligus sebagai bentuk peringatan."Felix menatap Michael dengan kejam.Laki-laki sialan ini pasti menceritakan kejadian yang tidak sebenarnya kepada Tuan Onn dan ayahnya, Parza sehingga membuat keduanya marah. Felix ingin menambah hukuman Michael!Hukuman kecil?!Mata Tuan Onn dan Parza melebar. Kaki Dewa Es hitam seperti batu bara. Bagaimana mungkin hukuman yang diberikan kepada Dewa Es ini bisa disebut hukuman kecil?!Parza dan Tuan Onn sudah hidup lama di dunia gurun. Bagaimana mungkin mereka tidak tahu hukuman apa yang digunakan sehingga menyebabkan kaki seseorang menjadi hitam?!Jika Michael adalah orang biasa, mereka tidak akan semarah ini tapi ini Dewa Es! Semakin memikirkannya, Tuan Onn semakin jeng
Felix terlihat bangga. Penerangan Penjara Langit itu relatif gelap. Felix tidak menyadari ekspresi kemarahan di wajah ayahnya. Felix menatap Michael yang ada di dalam sel penjara sambil mendengus. Dari tatapan Felix seolah-olah dia memberi tahu Michael bahwa meskipun ayahnya, Parza datang, itu bukanlah jaminan nyawa Michael bisa diselamatkan. Felix tidak bisa menyembunyikan rasa puasnya ketika melihat bekas pertarungan di sekeliling Penjara Langit. Sepertinya si pembunuh sudah menghajar Michael berkali-kali. Namun, yang membuat Felix senang adalah Michael tetap hidup setelah mengalami penyiksaan seperti itu.Kalau saja Felix mengetahui bahwa Michael adalah Dewa Es, maka semua ini tidak akan terjadi. Tidak seperti Felix, Parza menggertakkan gigi dan ingin meluapkan amarahnya. Jika sebelumnya Felix adalah kebanggaan besar dalam hidupnya, sekarang Parza merasa lebih baik memiliki telur daripada memiliki anak bodoh seperti itu.“Apa jangan-jangan kamu menangkapnya?” tanya Parza
Kacau!Berantakan!Ruangan sel Penjara Langit itu begitu berantakan. Dari situ terlihat bekas pertarungan yang sudah terjadi. “Apa ini?” Tuan Onn terkejut melihat pemandangan di depannya ini. Firasat tidak enak muncul di hatinya. Apa jangan-jangan Dewa Es ….“Parza!” teriak Tuan Onn. Parza tidak berdaya melihat situasi di dalam penjara tersebut. “Keluarga Fang, tunggu saja nasib kalian. Kalian akan dikuburkan bersama-sama,” Tuan Onn menggelengkan kepala. Dia segera bergegas masuk ke dalam penjara.Parza masih berlutut. Matanya kosong. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Setelah melihat Tuan Onn masuk ke dalam penjara, Parza segera tersadar. Buru-buru dia berdiri dan berkata pada salah satu pelayan, "Pergi … pergi jemput anakku yang bodoh itu ke sini.”Pelayan itu mengangguk dan segera pergi. Sejenak Parza menjadi ragu. Dia menghela napas dan menghirupnya. Kemudian bersama pelayannya yang lain, Parza segera masuk menuju Penjara Langit.Penjara itu gelap dan bau. Orang - o
Penjara Langit!Tidak perlu dijelaskan lagi apa makna tempat itu bagi Keluarga Fang, apalagi Tuan Onn. Tidak mungkin!Kaki Parza lemas. Tubuhnya bergoyang hingga menabrak meja di belakangnya. Meja kayu itu mundur beberapa meter.Namun, ketika Parza tidak bisa menahan lagi, para pelayan itu datang membantunya!Penjara Langit adalah tempat dikurungnya orang-orang yang paling keji. Lingkungan penjara itu juga buruk. Jika orang biasa masuk ke dalam Penjara Langit, hal itu biasa saja tapi ini Dewa Es! “Lihat apa yang kamu lakukan!” Tuan Onn menjadi marah. Meskipun Tuan Onn tidak berinteraksi langsung dengan Dewa Es. Namun sebagai manusia gurun, dukungan Dewa Es terukir di tulangnya. Bagaimana mungkin Tuan Onn tidak marah ketika Dewa Es dipenjara di tempat seperti itu?!Parza jadi tambah lemas. Dia terhuyung dan duduk di tanah.Benar. Apa sebenarnya yang dilakukan Keluarga Fang di sini?!"Kenapa kamu masih berdiri di situ? Cepat jemput dia!" Tuan Onn segera membentak dan berge
Jika bukan karena pelayan di belakangnya yang buru-buru membantunya, Parza sudah pasti jatuh lemas duduk di tanah. Itu dia!Ternyata itu dia!Dia adalah teman Dewa Es!Berarti ….Tuan Onn mengerutkan dahi. Memang dia yang memberikan saran untuk pergi ke penjara, tapi tetap saja dia jadi terkejut melihat ucapannya terbukti.“Lihat apa yang telah kamu lakukan!” Tuan Onn mengutuk Parza. Dia mendorong si pengawal dan membungkukkan badan sebagai tanda hormat pada si trenggiling, "Pahlawan Muda, kenapa … kamu ada di sini?"Parza segera tersadar dari rasa terkejutnya ketika dimarahi oleh Tuan Onn. Dia menyadari kesalahannya dan bergegas maju dengan panik. Ketika Tuan Onn menangani trenggiling, Parza segera mengambil tindakan yang diperlukan. Dia menendang pengawal hingga jatuh ke tanah."Berani-beraninya kamu! Berani-beraninya kamu memperlakukan tamu Keluarga Fang seperti ini? Aku ingin kamu mati. Pengawal!" teriak Parza. "Hadir!"“Bawa orang itu pergi. Potong tubuhnya menjadi d
Alis Parza berkerut. Dia berkata dengan nada mendesak, "Tuan Onn, tolong beri tahu aku."“Parza. Jika kamu hanya berambisi menjadi kepala keluarga, kemampuanmu yang sekarang sudah lebih dari cukup. Namun, jika kamu ingin jadi pemimpin masa depan dunia gurun, tentunya kemampuanmu yang sekarang tidaklah cukup."Kalau orang lain membicarakan Parza seperti itu, tentu saja Parza tidak akan senang. Bahkan dia bakal sangat marah.Namun karena ucapannya ini datang dari Tuan Onn, Parza menerimanya dengan rendah hati."Tolong beri aku nasihat, Tuan."“Jika orang itu memiliki ambisi besar di masa depan, dia tidak boleh melupakan hal kecil. Bahkan dia harus bisa kejam," Tuan Onn berdiri dan tersenyum. Dia datang mendekati Parza dan menepuk pundaknya. Tuan Onn menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kalau kamu masih menjaga hatimu seperti ini, kamu tidak akan bisa maju."“Hatiku?” Parza jadi bingung. “Parza, jangan terlalu mempercayai orang lain, terutama orang-orang di sekitarmu,” ujar Tuan
Tuan Onn tidak langsung menjawab pertanyaan Parza. Dia mengerutkan dahi seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.Parza sudah tidak sabar, tapi dia tidak berani mengganggu Tuan Onn. Jadi Parza hanya bisa berdiri di sana. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Waktu berlalu. Mungkin dalam suasana hati Parza saat ini, satu menit terasa seperti setahun. Tuan Onn mengerutkan dahi. Perlahan-lahan dia menatap Parza, "Apa menurutmu itu tidak aneh?”“Tuan Onn, apanya yang aneh?”“Maksudku, Dewa Es,” jawab Tuan Onn sambil mengerutkan dahi. “Dewa Es?” Parza jadi lebih bingung."Rumah ini dijaga ketat, apalagi ketika perjamuan besar. Tentunya tidak mudah bagi siapa pun untuk keluar masuk rumah ini tanpa ijin. Bahkan jika Dewa Es memiliki kemampuan luar biasa, tidak mungkin dia bisa menghilang."“Aku juga berpikir seperti itu tapi aku juga tidak memahaminya,” Parza mengira Tuan Onn kepikiran sesuatu tapi ketika mendengarnya, Parza jadi lemas. Selain itu, apa alasan Dewa Es pergi?"Maksud Tua