Wajah Paman Guru langsung panik begitu mendengar pertanyaan Michael. Paman Guru sangat menyayangi Cho. Dia tidak memiliki keturunan. Sebagai gantinya Cho sudah dianggap seperti anaknya sendiri. Tidak peduli apa pun yang dilakukan Cho, Paman Guru selalu membantu Cho. Kali ini situasi yang terjadi berbeda dari apa yang biasanya dia hadapi. Bagaimana dia bisa melarikan diri? Kaki Paman Guru sudah terlanjur basah terkena air. Paman Guru tidak menyangka dia akan bertemu dengan Michael. Memang Istana Tianji tidak ikut berpartisipasi di dalam pertempuran di Lembah Abadi Terperangkap. Namun, tidak berarti mereka tidak mendengar kehebatan Michael dalam melawan Dewa Sejati dan Naga Iblis. Mungkin ada bagian-bagian dalam cerita yang mereka dengar dirasa berlebihan, tapi itu tidak mengubah kenyataan bahwa Michael ada di sini. Michael menghadapi dua Dewa Sejati!Bagaimana mungkin Paman Guru tidak gemetaran setelah mendengar gosip tentang Michael?!"Aku … aku tidak bermaksud apa-apa.
Si pria gemuk tiba-tiba membalikkan badannya ke arah Cho kemudian menamparnya. Telapak tangan si pria gemuk yang berlemak tebal langsung menampar wajah Cho seperti sekop tanpa menunjukkan belas kasihan sedikit pun. Cho merasa sebagian wajahnya mati rasa untuk sesaat. Seluruh tubuhnya juga merasakan sebuah kekuatan aneh hingga membuatnya tersungkur dengan keras ke tanah. "Cuih!"Cho meludah karena dia merasa darah menempel di giginya. "Setelah memahaminya dengan jelas, aku ... aku harus memberi pelajaran pada generasi mudaku di hadapanmu! Apa aku harus melakukan ini untuk melampiaskan amarah pada generasi muda?” tanya si pria gemuk yang sejujurnya dia sendiri tidak tega melihat keponakannya langsung ditampar hingga giginya lepas. Namun, apa yang bisa dilakukannya sekarang? Satu-satunya cara yang bisa dilakukannya adalah berpura-pura marah besar kemudian bersikap kaget sendiri. "Ini sebuah permintaan maaf. Memberi mereka pelajaran secara pribadi dan meminta maaf padamu la
Semua pengunjung kedai ikut berdiri dari kursi mereka saat melihat Michael berdiri. Pemilik kedai belum pernah melihat pemandangan seperti ini seumur hidup mereka. Michael mengernyit kemudian perlahan duduk kembali. Wow! Seluruh pengunjung kedai pun serempak duduk kembali. Michael tersenyum pahit sambil menggelengkan kepala. Dia melemparkan beberapa keping batu kecubung ke atas meja dan mengajak Mark beserta rombongan untuk pergi. Sesaat setelah Michael dan rombongan melangkahkan kaki, semua orang yang berada di kedai mengikutinya pergi. Michael pun langsung berbalik dan melotot. Michael kembali berbalik dan pergi meninggalkan kedai. Namun, masih saja ada beberapa orang yang mengikutinya meskipun Michael sudah memberi peringatan lewat sorot matanya. Michael mengernyit kesal saat melihat Tujuh Manusia Aneh dari Jiangbei tetap mengikutinya. "Ada keperluan apa?” "Tuan Michael, terima kasih atas bantuanmu tadi sehingga kami tidak dipermalukan di depan umum.
Sekelompok orang melontarkan sumpah serapah. Mereka marah pada orang yang tiba-tiba membuat kerusakan di sekitar mereka. Mereka bahkan mengacungkan tinjunya ingin menghabisi orang yang telah menghancurkan wilayahnya.Namun saat mereka bergegas mencari biang keroknya, mereka melihat seorang pria berlutut sebelah sambil memukulkan tinjunya ke tanah yang dikelilingi awan hitam yang menggumpal. Awan hitam bergumpal di samping orang tersebut. Di samping pria tersebut ada Tujuh Manusia Aneh dari Jiangbei beserta dua lelaki dan satu wanita. "Jangan macam-macam. Dia Michael!” Mereka yang berada di kedai bergegas ke luar saat melihat keributan. Mereka berteriak untuk menghentikan keributan. Semua orang yang terbakar amarah tercengang mendengar sang perusak adalah Michael. Tidak lama kemudian mereka membuang senjata mereka dan melarikan diri. Mereka berlari menjauhi Michael. Orang-orang yang berusaha menghentikan keributan langsung mematung. Satu per satu dari mereka menat
Michael akhirnya memutuskan menunggu Danu dan yang lainnya di kota ini terlebih dahulu setelah dibujuk oleh semua orang. Michael pun memanjat bukit terdekat untuk mengamati sekitarnya setelah dirinya tenang. Dia pikir Nolan dan Danu seharusnya melewati batas kota jika mereka benar-benar datang ke Gunung Naga Terperangkap. Kota ini dikelilingi pegunungan. Satu-satunya jalan masuk adalah melalui jalan jurang di mana gerbang batas kota berada. Untuk masuk ke dalam kota Nolan dan rombongan harus membayar bea masuk saat melewati batas kota. Kota yang memang sudah ramai semakin ramai begitu Michael memutuskan untuk tinggal sementara di kota tersebut. Bagaimanapun, dia adalah Michael yang merupakan idola semua orang. Tinggalnya Michael di kota tersebut menjadi momentum besar bagi semua penduduk kota. Kedai yang sudah penuh semakin dipenuhi banyak orang setelah kabar kedatangan Michael menyebar luas. Penduduk dari segala penjuru kota memenuhi kedai ingin bertemu dengan Mi
Nolan mengangkat kepalanya. Dia melihat seorang biksu berdiri menghadangnya. Jubah biksunya dipenuhi cahaya di mana sebagian tertutup dan sebagian terbuka. Tangannya yang berotot dan berkilau menggenggam tongkat yang tampak memiliki kekuatan hebat. Di belakang sang biksu berdiri beberapa orang dengan topi dan pakaian hitam. Nolan tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas karena kepala mereka tertunduk. Nolan mengernyit sambil melindungi semua anggota kelompoknya. "Tuan, ada keperluan apa?” tanya Nolan sambil menatap sang biksu dengan tatapan waspada. Namun kewaspadaan Nolan tidak terlalu tinggi karena orang yang menghadangnya hanyalah seorang biksu. Ancaman dari biksu biasanya jauh lebih rendah dibanding para penghadang lainnya di jalan. "Hoho, beberapa teman baik. Aku bagai debu,” ucapnya sambil memberi hormat. “Kalian mau pergi ke mana?” "Tuan, ke mana kami pergi bukanlah urusanmu,” Sheila memperingatkan. "Hampir saja. Aku hanyalah biksu miskin,” Ruchen t
Suara robekan kain terdengar. Kulit putih bersih dan bagian depan tubuh Sheila yang selalu terlindungi terbuka. "Apa yang kamu lakukan, Biksu Iblis? Apa kamu lupa kamu adalah murid penganut Buddha?” Nolan langsung berusaha berdiri sambil menahan rasa sakit begitu melihat apa yang dilakukan Jihan. Dia mengutuk keras perbuatan Jihan pada Sheila. "Amitabha, bagus sekali,” Ruchen kembali menyatukan tangannya. “Jangan khawatir. Gadis ini hanyalah Iblis yang terperangkap dalam tubuh manusia.” "Cahaya Buddha akan masuk ke tubuhnya setelah dia bisa menyingkirkan kemarahannya. Dia pun tidak akan jatuh ke jalan Iblis.” "Lakukan. Jangan marah.” "Baik!” Jihan menerima perintah dan menatap Sheila. Meskipun kecantikan Sheila tidak sebanding dengan Rahel dan Pam, tapi dia masuk ke dalam jajaran wanita tercantik dengan tubuh indah dan penampilan menawannya. Sorot mata Jihan seakan-akan hendak melahap saat melihat tubuh indah Sheila. Tangannya kembali merengkuh Sheila dengan sen
Angin berhembus sangat lembut sehingga tidak dirasakan oleh semua orang yang sedang bertikai. Namun rasa membunuh dalam angin tersebut membuat semua orang merinding. Wow! Angin semilir yang bertiup melewati Danu dan kelompoknya begitu lembut. Alis Ruchen terangkat dan kaku saat angin tersebut melewati wajahnya. Ruchen dengan cepat melempar pandangannya ke seluruh sudut hutan dengan ganas. Sementara jubahnya yang berkilau tipis memancarkan kekuatan dewa yang kuat. Dia terkejut merasakan sesuatu yang mengancam tapi tidak menemukan apa pun di sekelilingnya. Tapi semakin Ruchen waspada, dia semakin bingung. Tidak ada orang di sekitarnya? Tapi mengapa dia merasakan angin dingin yang membunuh sementara tidak ada siapa pun di sana?! "Sebagai murid Buddha, kamu tidak seharusnya takut pada hantu yang mengetuk pintu rumahmu di tengah malam. Apa yang kamu takutkan?” Ruchen sangat terkejut saat sebuah suara dingin tiba-tiba terdengar di telinganya. "Siapa kamu?” R