Sekelompok orang melontarkan sumpah serapah. Mereka marah pada orang yang tiba-tiba membuat kerusakan di sekitar mereka. Mereka bahkan mengacungkan tinjunya ingin menghabisi orang yang telah menghancurkan wilayahnya.Namun saat mereka bergegas mencari biang keroknya, mereka melihat seorang pria berlutut sebelah sambil memukulkan tinjunya ke tanah yang dikelilingi awan hitam yang menggumpal. Awan hitam bergumpal di samping orang tersebut. Di samping pria tersebut ada Tujuh Manusia Aneh dari Jiangbei beserta dua lelaki dan satu wanita. "Jangan macam-macam. Dia Michael!” Mereka yang berada di kedai bergegas ke luar saat melihat keributan. Mereka berteriak untuk menghentikan keributan. Semua orang yang terbakar amarah tercengang mendengar sang perusak adalah Michael. Tidak lama kemudian mereka membuang senjata mereka dan melarikan diri. Mereka berlari menjauhi Michael. Orang-orang yang berusaha menghentikan keributan langsung mematung. Satu per satu dari mereka menat
Michael akhirnya memutuskan menunggu Danu dan yang lainnya di kota ini terlebih dahulu setelah dibujuk oleh semua orang. Michael pun memanjat bukit terdekat untuk mengamati sekitarnya setelah dirinya tenang. Dia pikir Nolan dan Danu seharusnya melewati batas kota jika mereka benar-benar datang ke Gunung Naga Terperangkap. Kota ini dikelilingi pegunungan. Satu-satunya jalan masuk adalah melalui jalan jurang di mana gerbang batas kota berada. Untuk masuk ke dalam kota Nolan dan rombongan harus membayar bea masuk saat melewati batas kota. Kota yang memang sudah ramai semakin ramai begitu Michael memutuskan untuk tinggal sementara di kota tersebut. Bagaimanapun, dia adalah Michael yang merupakan idola semua orang. Tinggalnya Michael di kota tersebut menjadi momentum besar bagi semua penduduk kota. Kedai yang sudah penuh semakin dipenuhi banyak orang setelah kabar kedatangan Michael menyebar luas. Penduduk dari segala penjuru kota memenuhi kedai ingin bertemu dengan Mi
Nolan mengangkat kepalanya. Dia melihat seorang biksu berdiri menghadangnya. Jubah biksunya dipenuhi cahaya di mana sebagian tertutup dan sebagian terbuka. Tangannya yang berotot dan berkilau menggenggam tongkat yang tampak memiliki kekuatan hebat. Di belakang sang biksu berdiri beberapa orang dengan topi dan pakaian hitam. Nolan tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas karena kepala mereka tertunduk. Nolan mengernyit sambil melindungi semua anggota kelompoknya. "Tuan, ada keperluan apa?” tanya Nolan sambil menatap sang biksu dengan tatapan waspada. Namun kewaspadaan Nolan tidak terlalu tinggi karena orang yang menghadangnya hanyalah seorang biksu. Ancaman dari biksu biasanya jauh lebih rendah dibanding para penghadang lainnya di jalan. "Hoho, beberapa teman baik. Aku bagai debu,” ucapnya sambil memberi hormat. “Kalian mau pergi ke mana?” "Tuan, ke mana kami pergi bukanlah urusanmu,” Sheila memperingatkan. "Hampir saja. Aku hanyalah biksu miskin,” Ruchen t
Suara robekan kain terdengar. Kulit putih bersih dan bagian depan tubuh Sheila yang selalu terlindungi terbuka. "Apa yang kamu lakukan, Biksu Iblis? Apa kamu lupa kamu adalah murid penganut Buddha?” Nolan langsung berusaha berdiri sambil menahan rasa sakit begitu melihat apa yang dilakukan Jihan. Dia mengutuk keras perbuatan Jihan pada Sheila. "Amitabha, bagus sekali,” Ruchen kembali menyatukan tangannya. “Jangan khawatir. Gadis ini hanyalah Iblis yang terperangkap dalam tubuh manusia.” "Cahaya Buddha akan masuk ke tubuhnya setelah dia bisa menyingkirkan kemarahannya. Dia pun tidak akan jatuh ke jalan Iblis.” "Lakukan. Jangan marah.” "Baik!” Jihan menerima perintah dan menatap Sheila. Meskipun kecantikan Sheila tidak sebanding dengan Rahel dan Pam, tapi dia masuk ke dalam jajaran wanita tercantik dengan tubuh indah dan penampilan menawannya. Sorot mata Jihan seakan-akan hendak melahap saat melihat tubuh indah Sheila. Tangannya kembali merengkuh Sheila dengan sen
Angin berhembus sangat lembut sehingga tidak dirasakan oleh semua orang yang sedang bertikai. Namun rasa membunuh dalam angin tersebut membuat semua orang merinding. Wow! Angin semilir yang bertiup melewati Danu dan kelompoknya begitu lembut. Alis Ruchen terangkat dan kaku saat angin tersebut melewati wajahnya. Ruchen dengan cepat melempar pandangannya ke seluruh sudut hutan dengan ganas. Sementara jubahnya yang berkilau tipis memancarkan kekuatan dewa yang kuat. Dia terkejut merasakan sesuatu yang mengancam tapi tidak menemukan apa pun di sekelilingnya. Tapi semakin Ruchen waspada, dia semakin bingung. Tidak ada orang di sekitarnya? Tapi mengapa dia merasakan angin dingin yang membunuh sementara tidak ada siapa pun di sana?! "Sebagai murid Buddha, kamu tidak seharusnya takut pada hantu yang mengetuk pintu rumahmu di tengah malam. Apa yang kamu takutkan?” Ruchen sangat terkejut saat sebuah suara dingin tiba-tiba terdengar di telinganya. "Siapa kamu?” R
Di angkasa, Michael perlahan mengangkat kepala dan menatap tajam Ruchen beserta para pengikutnya. "Michael!” Ruchen berteriak marah saat melihat senyum menghina Michael terlukis di bibirnya. "Sekarang kamu bisa tertawa bahagia. Tapi sebentar lagi, kamu akan merasakan betapa sakitnya mati di bawah lantunan ayat-ayat Buddha!” Gertak Ruchen penuh percaya diri. "Om, ma, ni, pa, mi, hum!""Amitabha! Amitabha! Amitabha!!"Ruchen menguatkan energinya dan menambah lantunan ayat-ayat kitab Buddha diikuti para pengikutnya yang bertopi bambu yang juga melantunkan Amitabha dengan cepat! Suasana saat itu berubah seperti memasuki alam seribu Buddha yang di dalamnya terdapat enam karakter kebenaran leluhur. "Puh!” Nolan dan yang lainnya yang berusaha keras tetap fokus tiba-tiba muntah darah ketika lantunan ayat-ayat Buddha terdengar semakin cepat dan kencang. Para pengikut yang kekuatannya lemah sangat menderita. Mereka syok dan terkapar di tanah. "Hanya segitu saja?” M
"Duaaar! Mata Ruchen merah seperti darah dan wajahnya suram tak berdaya. Semua kesombongan, keangkuhan dan kepercayaan dirinya hancur bersamaan dengan tubuhnya yang tersungkur ke tanah. Tumbang! Mereka kalah walaupun pertempuran belum mencapai sepuluh putaran. Tubuh Ruchen menghantam tanah dengan keras dan menghasilkan suara kencang di bawah tatapan mata Nolan dan seluruh pengikut Kelompok Misterius. Ruchen terluka parah meskipun pertarungannya berlangsung singkat. Sebelah tangannya ditelan pedang yang meleleh oleh Roda Bulan. Dan salah satu kakinya hangus karena pedang yang menusuknya meleleh oleh Api Langit. Luka yang diderita Ruchen kali ini bisa jadi merupakan luka yang paling traumatis yang pernah dialaminya. Hoek ….Ruchen muntah darah. Dia cepat-cepat berlari dan merangkak di tanah. Ruchen hampir mati kesakitan. Nasib para pengikutnya lebih menyedihkan. Mereka semua mandi darah kemudian jatuh dari udara dan bergelimpangan di tanah. Michae
Ucapan Michael membuat Nolan tercengang. "Michael, hanya Laut Abadi dan Paviliun Dewa Pengobatan yang mengejar kami. Mereka tidak mungkin bagian dari kelompok mereka,” ungkap Nolan dengan cepat. Nolan tidak mengerti mengapa Michael memiliki dugaan seperti itu. Siapa lagi yang memendam dendam pada mereka kalau bukan tiga keluarga itu? "Mereka antek Keluarga Yefu?” tanya Mira sambil mengernyit. Danu menjawab pelan sambil menggelengkan kepala, “Tidak mungkin. Mereka semua orang-orang yang menganut ajaran kuno Buddha. Mereka tidak mungkin dikendalikan oleh Keluarga Yefu.” Dari sudut pandangnya, Danu pikir pernyataan Michael cukup masuk akal. Tapi jika bukan untuk tiga keluarga itu, Ruchen dan para pengikutnya bekerja untuk siapa?! "Kami ... kami hanyalah biksu dari Kuil Tianyin,” jawab Jihan dan Jerome dengan cepat. Mereka saling berpandangan kemudian menunduk. "Biksu dari Kuil Tianyin?” Michael mengernyit. “Benarkah?” "Kami ... kami tidak berani berboho