Maya makan sendiri ditemani oleh Zayyan. Siang tadi ia ketiduran hingga melewatkan jam makan siang, makanya saat ini dirinya hanya makan sendiri. Dewi sang calon mertua tak keliatan batang hidungnya semenjak ia memasuki ruang makan. Sementara ayah Zayyan sempat terlihat dan menyapanya dengan ringan. Terlihat tak mempermasalahkan dirinya yang tertidur hingga melewatkan makan siang.
Abimana tak menyalahkan Maya sama sekali. Dia memakluminya apalagi putranya tadi sempat memberitahu kalau calon menantunya pulang larut malam karena acara perpisahan dari kantor. Sudah kurang istirahat di malam hari masih ditambah duduk hampir lima jam selama perjalanan yang pasti membuatnya semakin tidak bisa beristirahat dengan nyaman. Setelah melempar senyum dan menyuruhnya makan, Abimana menuju halaman belakang menemani sang istri yang sedang berkebun.Maya menyelesaikan makannya dengan tenang. Dia tanpa sadar hampir melahap habis semua menu makanan yang disajikan oleh Zayyan. MelihatSuara tawa kecil bersahutan terdengar di salah satu sudut rumah. Dua orang hawa berbeda generasi terlihat tengah bercakap ringan sembari berkutat dengan sesuatu. Pagi-pagi Maya sudah bangun dan turun dalam keadaan sudah segar. Dia langsung pergi menuju dapur dan kebetulan di sana ia melihat Dewi. Dewi terkejut melihat dirinya dan bertanya apakah dirinya menginginkan sesuatu. Maya berencana ingin membuat sesuatu untuk keluarga Zayyan. Hitung-hitung sebagai tebusan rasa bersalahnya kemarin.Mendengar perkataan Maya yang ingin memasak membuat Dewi tersenyum senang. Ia pun langsung mempersilakan Maya untuk melakukan yang diinginkannya. Maya mengenakan apron dan mengikat tinggi rambutnya. Dua orang wanita tersebut sibuk dengan kegiatannya dan sembari sesekali bertukar kata. Tak lama harum masakan menguar memenuhi ruangan. Seseorang berdiri di sana memandangi pemandangan dua wanita dengan tatapan hangat.Maya berbalik ingin mengambil piring sedikit terkejut melihat Zayyan yang berdiri menat
Kegiatan kuliah Maya kembali seperti sebelumnya. Maya dan Dita yang sudah menyelesaikan masa magang kini mulai disibukan dengan laporan. Belum lagi mulai minggu lalu ujian tengah semester sedang berlangsung. Jadi sudah dari selama minggu ini dan kemarin mereka berdua sudah cukup sibuk dengan kegiatan perkuliahan mereka. Beruntungnya waktu ujian tengah semester bertepatan dengan minggu terakhir mereka masa magang. Setidaknya fisik dan pikiran mereka tidak bekerja terlalu berat.Saat ini mereka baru saja selesai jadwal terakhir ujian hari ini. Keduanya berencana menyicil laporan di rumah Maya. Tak terasa ketika matahari masih di puncak sekarang mulai bergerak untuk terbenam. Maya dan Dita menggerakkan badan yang terasa kaku karena duduk selama hampir empat jam. Ratih datang membawakan camilan untuk mereka berdua."Udahan dulu ngerjainnya, ini dimakan dulu. Dita pulang abis makan malam aja ya, nak."Dita menganggukan kepala dan mengucapkan terimakasih pada ibu Maya. Setelah itu Ratih kem
"Ian yang keliatannya gitu sampai sekarang belom pernah punya hubungan sama cewek sekali pun."Celetukan Zayyan membuat orang di sana terkejut tak percaya. Bahkan Bima yang daritadi diam jadi tertarik mendengar obrolan tersebut. Maya, Dita hingga Ratih pun menoleh menatap ke arah Ian dengan pandangan tak percaya. Sementara itu Ian yang mednengar celetukan asal dari Zayyan jadi tak terima."Ngarang! Kata siapa belum pernah pacaran?! Banyak tau cewek berjajar ngantri pengen jadi pacarku!" protes Ian dengan wajah kesal. Zayyan ini lupa atau bagaimana padahal diirinya sering bercerita pada sahabatnya itu. Betapa lelah dirinya bertemu wanita berbeda tiap harinya.Zayyan tersenyum sinis. "Maksudnya temen main kan? Bukannya lo sendiri bilang kalo mereka cuma temen main."Maya menggelengkan kepala dengan wajah jijik. "Ckckck ... Mas Ian ternyata playboy ya. Kasian banget mereka cuma dianggap temen.""Eh itu, bukan, maksudnya." Ian terbata-bata mencari penjelasan. Dia ingin mengelak, tetapi ti
Maya duduk manis menatap ke arah seorang laki-laki yang sedang menulis itu. Sudah hampir sepuluh menit dia diam tanpa bergerak. Kedua matanya yang bulat terpaku pada sosok laki-laki tersebut. Usai pulang sekolah seperti biasa Maya langsung mampir ke rumah Ian. Disambut oleh ibunya Ian, dia diantar menuju ruang keluarga. Di sana ia tidak menemukan Ian melainkan laki-laki asing. Mungkin dia adalah temannya Ian."Maya udah makan siang?" tanya ibu Ian yang dijawab dengan anggukan kepala. Setelah itu beliau menyuruh Maya menunggu duduk di sini dan diberi tahu jika Ian sedang pergi ke kamar mandi. Ibu Ian pergi sebentar dan kembali membawa gelas minuman dan tambahan camilan untuknya. Hingga ibunya Ian kembali pergi, laki-laki tersebut tak menoleh sekalipun. Dia tampak fokus dengan buku di depannya. Hal itu membuat Maya tetap diam tak mengeluarkan suara apapun. Dia merasa sungkan dan takut kalau mengganggu.Setelah sepuluh lewat datanglah Ian yang sedang mengelus perutnya. Wajahnya tampak ta
Satu minggu setelah semester baru dimulai merupakan hari ulang tahun Maya. Yang biasanya dia akan merayakannya bersama kedua orangtua dan Dita, kini bertambah beberapa orang yang ikut merayakannya. Kedua orangtua Zayyan termasuk Zayn akan datang untuk meramaikan acara hari istimiwanya tersebut. Untuk hal itu Zayyan menyewa sebuah vila selama dua hari satu malam. Rencananya mereka akan mengadakan pesta barbeku kemudian dilanjut tiup lilin dan selanjutnya kegiatan bebas yang penting semua orang bersenang-senang. Kemungkinan sih para orangtua memilih beristirahat sisanya yang merasa masih muda akan begadang entah melakukan apa.Hari keempat pada minggu awal perkuliahan ini Maya, Dita dan teman satu kelasnya mendapatkan tugas dari dosen pengampu untuk menyiapkan sedikitnya dua judul tulisan beserta latar belakang kasar. Pada mata kuliah ini yang biasa disebut kolokium atau untuk umumnya disebut seminar proposal para mahasiswa harus sudah mulai menyiapkan bahan untuk tugas akhir pada semes
Maya memasuki kamarnya dengan berlari usai pulang dari sekolah. Hari ini ia pulang cukup terlambat membuat ia sangat terburu-buru mengganti pakaiannya. Biasanya dia akan sampai rumah pada pukul sepuluh pagi, namun sopir yang biasa menjemputnya sedang tidak masuk karena pulang kampung sehingga dirinya harus menunggu maminya datang untuk menjemputnya. Maminya yang bekerja terlambat datang karena menemui tamu dadakannya ditambah saat perjalanan pulang jalan arah menuju rumahnya malah terkena macet. Jadilah Maya sampai di rumah ketika jarum jam dinding menunjukan waktu pukul satu siang. Setelah berganti seragam sekolahnya ke pakaian rumah, ia meraih salah satu bukunya. Buku tersebut sedikit menyumbul karena ada sesuatu terselip di dalamnya. Terdapat lipatan selembar kertas dengan tulisan acaknya serta dua buah tanda tangan di bawahnya. Bibirnya tersenyum sumringah kala melihat namanya bersanding dengan nama laki-laki yang disukainya. Suara kekehan terdengar keluar dari mulutnya. Usai pu
Helaan napas lelah keluar dari mulut Dita. Ia hanya menggelengkan kepalanya tak mengerti dengan sikap sahabatnya ini. Maya mudah sekali terhasut oleh ajakan orang-orang membuat dirinya takut jika sahabatnya ini nanti tanpa sadar jatuh ke dalam lingkaran yang tidak baik. “Aku nggak mau ya kalo satu meja kayak kemaren. Nggak ada alasan malu atau apapun, harusnya lo tau konsekuensi mengiyakan seseorang. Biar lo berani untuk bertanggungjawab,” sahut Dita yang membuat Maya bungkam tak dapat membalas. Maya hanya bisa pasrah tidak bisa membantah perkataan temannya. Ia sadar jika Dita sudah kesal dengannya begitu juga pula dia pada dirinya sendiri. Maya menyalahkan dirinya yang suka gampang terjatuh oleh ajakan orang-orang. Berawal dari teman-teman sekitarnya yang sedang membicarakan topik aplikasi kencan hingga ada beberapa yang berhasil mendapatkan pasangan membuat dia jadi penasaran dan ingin mencoba. Maka dari itulah, ia memasang aplikasi ters
“Ayo kita pulang!” ajak Adip pada pacarnya. Pria itu bergegas mengambil barang bawaannya dan menggandeng tangan kekasihnya. Namun, baru saja Adip ingin melangkah suara seseorang menahannya. “Mau kabur ke mana?” Seorang pria dengan kaos polos berwarna putih dan bawahan celana berwarna beige melangkah mendekat. Ia berdiri di depan Maya menutupi gadis itu. “Anda siapa?” tanya Adip. “Saya kakaknya. Dari tadi saya mengawasi kalian berdua di sana, baru saja pergi sebentar sudah seperti ini.” Pria itu menoleh menatap pada pacar Adip. “Dia datang mengajak bertemu adik saya dan mengaku single. Kalian mengaku bertunangan, tapi saya nggak lihat cincin yang melingkar di jari laki-laki itu.” Perkataan pria tadi sontak membuat wanita itu menarik tangan Adip dengan keras untuk mengecek jarinya. Melihat tak ada cincin di sana ia bertanya dengan marah, “di mana cincinnya?” “Dia sengaja datan