Maya duduk manis menatap ke arah seorang laki-laki yang sedang menulis itu. Sudah hampir sepuluh menit dia diam tanpa bergerak. Kedua matanya yang bulat terpaku pada sosok laki-laki tersebut. Usai pulang sekolah seperti biasa Maya langsung mampir ke rumah Ian. Disambut oleh ibunya Ian, dia diantar menuju ruang keluarga. Di sana ia tidak menemukan Ian melainkan laki-laki asing. Mungkin dia adalah temannya Ian."Maya udah makan siang?" tanya ibu Ian yang dijawab dengan anggukan kepala. Setelah itu beliau menyuruh Maya menunggu duduk di sini dan diberi tahu jika Ian sedang pergi ke kamar mandi. Ibu Ian pergi sebentar dan kembali membawa gelas minuman dan tambahan camilan untuknya. Hingga ibunya Ian kembali pergi, laki-laki tersebut tak menoleh sekalipun. Dia tampak fokus dengan buku di depannya. Hal itu membuat Maya tetap diam tak mengeluarkan suara apapun. Dia merasa sungkan dan takut kalau mengganggu.Setelah sepuluh lewat datanglah Ian yang sedang mengelus perutnya. Wajahnya tampak ta
Satu minggu setelah semester baru dimulai merupakan hari ulang tahun Maya. Yang biasanya dia akan merayakannya bersama kedua orangtua dan Dita, kini bertambah beberapa orang yang ikut merayakannya. Kedua orangtua Zayyan termasuk Zayn akan datang untuk meramaikan acara hari istimiwanya tersebut. Untuk hal itu Zayyan menyewa sebuah vila selama dua hari satu malam. Rencananya mereka akan mengadakan pesta barbeku kemudian dilanjut tiup lilin dan selanjutnya kegiatan bebas yang penting semua orang bersenang-senang. Kemungkinan sih para orangtua memilih beristirahat sisanya yang merasa masih muda akan begadang entah melakukan apa.Hari keempat pada minggu awal perkuliahan ini Maya, Dita dan teman satu kelasnya mendapatkan tugas dari dosen pengampu untuk menyiapkan sedikitnya dua judul tulisan beserta latar belakang kasar. Pada mata kuliah ini yang biasa disebut kolokium atau untuk umumnya disebut seminar proposal para mahasiswa harus sudah mulai menyiapkan bahan untuk tugas akhir pada semes
Ian tertawa keras mendengar gombalan garing dari sahabatnya itu. Ia bahkan sampe jatuh berlutut dan memegangi perutnya. Suara tawanya sangat keras membuat Zayyan ingin mencekiknya. Tak hanya ingin mencekik Ian, dia juga ingin mencekik dirinya sendiri. Entah apa yang sedang dipikirannya hingga dia melontarkan perkataan yang tidak seperti dirinya. Dia bisa menahan mau saat mendengar teriakan Maya, tetapi siapa yang tahu jika saat itu Ian sudah memasuki apartemennya dan melihat dirinya mengucapkan hal konyol seperti itu. Ingin rasanya Zayyan mengubur dirinya sendiri."Titip hati, sayang dan cinta Mas." Ian kembali mengulangi perkataan Zayyan masih dengan tawanya. Bahkan saking kerasnya ia tertawa dadanya mulai sesak kekurangan oksigen.Ian langsung terjatuh saat sebuah bantal terlempar mengenai dirinya. Ia bahkan sudah dalam posisi rebahan dan tidak bisa bangun karena lemas tertawa. Zayyan mencibirnya dan langsung meninggalkan Ian pergi ke kamar untuk memeriksa bawaannya sekaligus menyem
Bau daging terpanggang tercium membuat perut bergemuruh meronta meminta diisi. Tak terkecuali Maya yang berdiri di sebelah Zayyan yang sedang memanggang daging. Tatapan matanya tampak bernafsu pada daging yang terpanggang itu. Bahkan jika ia tak disadarkan oleh Zayyan bisa jadi mulutnya akan berair hingga tak terkendali.Zayyan tertawa geli melihat tatapan lapar dari gadis di sampingnya. Ia bahkan berdiri sangat dekat dengannya hanya untuk menunggu daging matang. Zayyan mengambil seiris daging yang tampak sudah matang dan memindahkannya ke piring kecil. Ia memotongnya lebih kecil dan menyodorkannya pada Maya."Coba dagingnya, udah enak belum?" Zayyan menggunakan tangannya yang bersih dan menyuapkannya pada Maya. Gadis itu membuka mulutnya dengan mata berbinar. Saking semangatnya jari Zayyan bahkan menyentuh bibirnya, tetapi ia mengabaikannya."Enak, Mas Yan! Bumbunya pas banget!" puji Maya dengan kedua jempol terulur padanya. Zayyan tersenyum bangga melihat ekspresi wajah Maya yan tam
Pukul sembilan malam, para orangtua memilih undur diri dan memasuki kamar untuk beristirahat. Menyisakan yang muda, mereka berlima bekerja sama membersihkan alat makan dan membereskan semuanya. Setelahnya mereka menuju gazebo yang berada di dekat pintu teras. Tempatnya cukup luas bisa menampung sepuluh orang. Ian membawa sesuatu di tangannya. Itu adalah dus berisi mainan yang dibelinya minggu lalu. Setelah permainan uno kemarin Ian jadi tertarik menjajal permainan lain. Kali ini ia membeli permainan bernama jenga.Permainan ini cukup mudah. Ada lima puluh empat balok yang akan disusun menjadi menara. Permainan dimulai dengan salah satu pemain bergantian mengambil satu buah balok lalu meletakkan dan menyusunnya ke tempat teratas. Balok yang diambil tidak boleh dari tiga susun balok teratas. Ketika ada pemain yang bermain dan balok terjatuh, maka mereka dianggap kalah. Ian mengusulkan yang kalah meminum satu gelas ukuran sedang soda yang masih tersisa dari makan malam tadi. Bahkan masih
Maya terbangun ketika mendengar suara ketukan. Malam telah berganti menjadi pagi. Suara ketukan terdengar kembali kini diiringi dengan panggilan seseorang. Dari suaranya sepertinya itu maminya. Maya segera bangun dengan sisa kantuknya dan membuka pintu."Duh anak gadis jam segini baru bangun. Tidur jam berapa semalem?" Setelah membangunkan anaknya, Ratih segera menyuruh Maya mandi dan turun untuk sarapan. Pukul dua belas siang nanti mereka harus sudah check out. Saat ini jam menunjukkan pukul tujuh pagi.Setelah maminya pergi, Maya langsung mengambil peralatan mandi dan masuk ke kamar mandi. Fasilitas kamar mandi sangat bagus. Ada bath tub dan shower room yang terpisah. Sayang sekali dia tidak bisa mencoba berendam karena waktu. Ia takut kalau terlalu lama maminya akan kembali dan meneriakinya.Maya mengenakan dress selutut berwarna cream dengan pola bunga kecil yang tersebar. Model kemben dengan tali spageti yang ia rangkap dengan outer rajutan berwarna merah muda. Rambutnya ia biark
"Kok Mas nggak ngasih tahu?" tanya Maya dengan wajah kesal.Zayyan mengerut kening tampak bingung dengan respon Maya. "Kamu marah?" tanyanya hati-hati.Melihat wajah Zayyan yang terlihat takut itu membuat Maya jadi ingin tertawa. "Iya, aku marah sama Mas. Kesel!" jawabnya dengan terkekeh yang membuat laki-laki di hadapannya memandangnya bingung."Kamu sampe ketawa gitu brarti marah banget ya? Maaf, Mas nggak tau apa yang bikin kamu marah, tapi katanya kalo cewek marah mending langsung minta maaf."Penjelasan Zayyan membuat tawa Maya semakin kencang. Melihat laki-laki itu hanya diam dengan tatapan rasa bersalah, menguaplah rasa kesal dalam hatinya. Sejujurnya dia marah bukan karena perihal acara tunangan yang ingin diadakan. Dirinya marah mengapa baru diberitahu sekarang. Rasanya mendadak dan dia juga merasa kecewa karena bagaimanapun dia juga salah satu pemeran utama dalam acara ini. Jadi seharusnya dia tahu dari awal perencanaan ini. Kalau begini rasanya dia seperti tidak dihargai. M
Maya menghiraukan pertanyaan maminya dengan langsung meminta ayahnya menjalankan mobilnya. Ratih tak memaksa dan hanya menggeleng pasrah. Setelah Dita masuk ke mobil perjalanan pun dimulai. Perjalanan yang terasa singkat itu membuat Maya lupa dengan perkataan Ian tadi. Kini ada tiga mobil masuk ke perkarangan rumah Maya. Untungnya dia memiliki halaman yang luas jadi masih cukup untuk menampung hingga empat mobil. Dita tak ingin berlama-lama gadis itu langsung pamit. Ratih tak menahannya karena nanti dia dan keluarga Zayyan ingin membicarakan sesuatu. Maka, pasti dia jadi merasa tidak enak jika mengabaikan Dita."Kaki ada kan? Jalan aja bisa." Zayyan menolak meminjamkan mobilnya pada Ian. Dia masih marah dengan insiden tadi. Dia tak mempedulikan Ian yang bingung pulang naik apa. Laki-laki itu datang ke apartemennya jadi otomatis mobilnya terparkir di sana. Mereka berdua datang dengan mobil miliknya. Ian ingin kembali dengan mobilnya karena otomatis Zayyan bisa pulang diantar oleh mobil
Maya hanya mengaduk-aduk makanannya tanpa ada niatan untuk dimakan. Moodnya terlanjur jelek gara-gara wanita bernama Rara itu. Untung saja wanita itu tidak ikut bergabung makan siang bersama sekarang, kalau sampai benar-benar wnaita itu membuntuti, dia akan langsung minta pulang saat itu juga. Walaupun begitu tetap saja moodnya sudah hancur. Dia jadi tak memiliki nafsu makan. Padahal tampilan makanan yang ada di depannya ini sangat menggoda. Gara-gara masih mengingat sikap centil Rara pada Zayyan membuat Maya jadi malas melakukan apapun."Dimakan Maya," perintah Zayyan pada Maya yang kini memasang wajah galak padanya. Keningnya mengerut bingung. Menyadari bahwa kejadian tadi menjadi alasan Maya menatapnya seperti itu, Zayyan hanya bisa menggelengkan kepala dengan pasrah."Itu baru satu kan?""Hah?" Zayyan melempar tatapan tak paham dengan maksud pertanyaan Maya. Gadis di hadapannya itu langsung berdecak kesal melihat reaksinya yang mungkin menurutnya menyebalkan. Zayyan menggaruk peli
Layar ponsel Maya menyala, sebuah notifikasi pesan masuk muncul. Matanya melirik melihat nama Zayyan pada notifikasi tersebut. Dalam pesan tersebut Zayyan mengiriminya sebuah link disertai kalimat yang mengikuti di bawahnya. Kedua mata Maya berbinar saat melihatnya. Ia mengklik link tersebut yang membawanya menuju sebuah drive yang berisi file proposalnya. Ketika ia membukanya Maya bisa melihat keseluruhan isi proposalnya yang lengkap persis seperti versi cetaknya. Pekikan sarat bahagia pun sontak terdengar. Ia kembali ke aplikasi pesan dan mengklik icon telepon pada kontak Zayyan."Mas Yan, ini filenya udah balik lagi?" Maya langsung membuka suara setelah panggilannya terangkat. Nadanya terdengar senang sekaligus lega."Iya, tapi untuk laptop baru bisa Mas kasih besok ya. Untuk jaga-jaga selalu back up ke online, cloud dan sebagainya. Besok Minggu Mas mampir ke rumah," jawab Zayyan yang masih di kantor. Ia masih sibuk dengan pekerjaannya. Ketika stafnya yang dimintai tolong mengirim
Maya mengantar Zayyan ke mobil setelah makan malam. Zayyan meletakkan dua laptop miliknya dan Maya ke kursi belakang. Ia menepuk kepala Maya lembut dan menyuruh gadis itu langsung masuk ke rumah karena angin malam terasa dingin apalagi saat ini dia hanya mengenakan kaus lengan pendek."Langsung istirahat, nggak usah begadang. Masalah laptop serahkan sama Mas." Maya mengangguk merespon ucapannya. Ia tidak ingin gadis itu begadang sudah cukup lelah dia menangis tadi, jadi dia meminta Maya untuk segera istirahat. Tak lupa untuk menenangkannya mengenai laptop dan file proposalnya."Makasih, Mas Yan udah bantuin," ucap Maya. Dia benar-bener sangat berterimakasih pada laki-laki di hadapannya. Jika bukan karenanya pasti hingga saat ini dia masih menangis dan tidak tahu harus berbuat apa. Dia awam dengan permasalahan seperti ini."Iya, udah cepetan masuk."Zayyan masuk ke mobil setelah memastikan Maya masuk ke rumah, lalu menyalakan mobil. Dalam perjalanan ia menghubungi sekretarisnya menanya
Jadwal sidang kolokium Maya dan Dita sudah keluar. Mereka berdua mendapatkan jadwal yang sama pada hari Selasa dan hari ini adalah Kamis berarti kurang lima hari lagi. Setelah mendapatkan informasi jadwal Maya mengajak Dita ke tempat fotocopy untuk mencetak laporannya. Berhubung kertas dan tinta printernya habis, Maya memilih untuk mencetak di dekat kampusnya. Sedangkan Dita baru saja mencetaknya semalam dengan printer miliknya sendiri, jadi Dita hanya menemani sahabatnya itu.Setelah mencetak rangkap tiga dan menjilidnya keduanya langsung memutuskan pulang. Dita yang biasanya ikut ke rumah Maya memilih pulang ke apartemennya karena ia akan bertemu ibunya hari ini yang telah beberapa tahun berada di luar negeri.Sesampainya di rumah Maya langsung menuju kamar dan menyalakan laptopnya. Hari ini jadwal terakhir ujian akhir semesternya di minggu ini. Dan pada minggu depan hanya tersisa seminar proposal setelah itu memasuki masa libur. Maya membuka software presentasi untuk membuat lapora
Zayyan dan Maya memasuki private room resto bersama. Dita, Ian dan Zayn sedang di luar di taman rooftop hotel. Zayyan memesankan makanan untuk Maya karena ia tahu selama acara gadis itu tidak sempat makan. Maya bergumam puas saat merasakan makanan masuk ke dalam perutny. Dia sangat lapar, tetapi selama acara pertunangannya tadi tidak bisa makan karena tidak ada nafsu untuk makan. Baru setelah dia duduk memasuki resto Maya mulai merasakan lapar. Untungnya Zayyan peka sudah memesankan makanan sebelumnya agar tidak menunggu terlalu lama."Mau lagi?" Zayyan melihat menu lasagna dalam sekejap habis dilahap oleh Maya. Melihat Maya yang menganggukkan kepala berkali-kali membuat Zayyan tersenyum.Maya duduk bersandar pada kursi dengan ekspresi kekenyangan. Dia benar-benar sangat kekenyangan hingga ia bisa merasakan perutnya sangat penuh hingga dirinya susah untuk duduk dengan tegap. Badannya bersandar lemas tak sanggup untuk bergerak. Dihadapannya Zayyan menatap Maya dengan tatapan geli yang
Waktu berlalu sangat cepat dan kini tibalah acara yang ditunggu-tunggu. Hari ini tanggal 31 Desember tepatnya di malam hari kurang dari lima jam lagi pergantian tahun akan segera tiba. Di sebuah lapangan yang cukup luas terlihat dekorasi dengan dominasi warna putih dan biru muda. Dua buah meja besar berjajar berbagai hidangan yang memeriahkan acara hari ini. Semua tamu telah hadir tinggal menunggu datangnya sang bintang utama. Beberapa kursi juga berjajar rapi di sana.Dita datang sudah dari tadi. Kali ini dia mengenakan gaun berwarna lilac yang lembut. Rambutnya yang pendek dia beri hiasan bando hitam dengan aksesoris mutiara kecil. Wajahnya yang polos ia beri beberapa pulasan makeup tipis. Hari ini Dita tampak sangat berbeda dari biasanya. Ian pun sampai terdiam tak dapat bereaksi saking terpukaunya dengan Dita. Biasanya ia hanya sering melihat wajah polos Dita dan dandanan bold ketika berada di club. Kini ditambah hari ini makeupnya tampak berbeda, tetapi hal itu justru memberikan
"Kok Dita bisa di sini, Yan?" tanya Ian yang saat ini sedang dipasrahi mengurus kentang oleh Zayyan. Sedangkan Zayyan sedang memanasi pannya."Nggak sengaja ketemu," jawabnya."Di mana?" Ian penasaran karena jelas dari penampilan Dita sangat santai, tidak terlihat seperti sedang pergi ke suatu tempat. Apalagi yang ia tahu Zayyan dan Maya hari ini pergi ke butik.Zayyan melirik ke arah Ian. Dia hanya diam memandanginya membuat Ian gugup tak beralasan. "Kenapa liatin gue gitu?" tanya Ian dengan gugup. Bahkan suaranya sedikit melengking tanpa ia sadari."Kentang," ucap Zayyan singkat, lalu pergi mengambil daging yang sudah ia bumbui. Ian menatap sahabatnya bingung dan tersadar bahwa sedari tadi kentangnya masih ia genggam tanpa melakukan apapun. Setelah itu Zayyan sibuk memasak daging dan Ian mengukus kentang.Meja ruang tamu kini beralih fungsi menjadi meja makan. Maya, Zayyan, Dita dan Ian duduk melingkar dan menikmati menu makan siang hari ini. Maya berseru memuji hasil masakan Zayyan
Pada hari Minggu Zayyan datang menjemput Maya ke rumah. Pria itu mengajak Maya ke butik untuk mencari gaun yang akan dikenakan di acara pertunangan mereka. Pukul sepuluh pagi mobil Zayyan terparkir di depan sebuah ruko berlantai dua. Terlihat ada kaca besar transparan yang memperlihatkan manekin mengenakan gaun yang menjuntai dengan indah."Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?" Seorang staf wanita datang menyambut mereka berdua. Zayyan langsung minta ditunjukan koleksi gaun terbaru bulan ini. Kemudian staf tersebut menuntun mereka berdua menuju sebuah ruangan. Di dalamnya ada staf wanita lain yang sepertinya berkedudukan lebih tinggi dari staf sebelumnya."Kalau boleh tahu gaun seperti apa yang ingin Anda cari?" tanya staf tersebut yang di tangannya membawa buku katalog yang tebal. Zayyan dan Maya yang duduk berdampingan di sofa disodorkan katalog tersebut. Staf tersebut menjelaskan berbagai model gaun dengan beberapa style yang berbeda.Maya membuka satu persatu halaman buku kat
Maya menghiraukan pertanyaan maminya dengan langsung meminta ayahnya menjalankan mobilnya. Ratih tak memaksa dan hanya menggeleng pasrah. Setelah Dita masuk ke mobil perjalanan pun dimulai. Perjalanan yang terasa singkat itu membuat Maya lupa dengan perkataan Ian tadi. Kini ada tiga mobil masuk ke perkarangan rumah Maya. Untungnya dia memiliki halaman yang luas jadi masih cukup untuk menampung hingga empat mobil. Dita tak ingin berlama-lama gadis itu langsung pamit. Ratih tak menahannya karena nanti dia dan keluarga Zayyan ingin membicarakan sesuatu. Maka, pasti dia jadi merasa tidak enak jika mengabaikan Dita."Kaki ada kan? Jalan aja bisa." Zayyan menolak meminjamkan mobilnya pada Ian. Dia masih marah dengan insiden tadi. Dia tak mempedulikan Ian yang bingung pulang naik apa. Laki-laki itu datang ke apartemennya jadi otomatis mobilnya terparkir di sana. Mereka berdua datang dengan mobil miliknya. Ian ingin kembali dengan mobilnya karena otomatis Zayyan bisa pulang diantar oleh mobil