"Bagaimana tidurmu semalam, Al?" tanya Harvey berpura-pura ramah kepada Alicia saat sarapan bersama.Dari seberang meja Nyonya Marissa yang kebetulan ikut sarapan dan mengamati interaksi Harvey dan Alicia, lebih karena penasaran bagaimana hasil perjuangan putrinya tadi malam memuaskan milyarder tampan itu."Nyenyak banget, Mas. Makasih ya sudah temani Al sampai pagi!" jawab Alicia dengan senyuman manis disertai tatapan penuh arti.Bob yang ikut duduk di meja makan berdehem keras agar majikannya tak kena guna-guna berbahaya lagi. "Tuan Muda Harvey, apa Anda jadi berangkat ke Singapore hari ini?" ucapnya agak kencang, sengaja.Harvey mengerjap-ngerjapkan matanya dan menoleh ke Bob. Dia nyaris terkena jerat pesona gaib Alicia sekali lagi. "Ohh ... iya. Makasih, Bob!" sahutnya lalu dia menekuri piring berisi butter rice dengan cocktail beef sausages dan beef bacon yang lezat itu agar tak perlu memandangi wajah Alicia."Al, aku akan melakukan perjalanan bisnis ke Singapore beberapa hari. S
"Permisi, Nyonya Marissa. Saya ada perlu sedikit dengan Anda!" ujar Bob Oliver di ruang tengah kediaman Dharmawan siang itu.Dengan alis berkerut keheranan karena asisten pribadi Harvey itu ingin berbicara dengannya, Nyonya Marissa Gunarti pun berkata, "Silakan duduk dulu, Mister Bob. Ada perlu apa ya?" Setelah duduk di sofa berseberangan dengan wanita paruh baya bertubuh subur dan rambut sepunggung yang diwarnai ungu merah sedikit norak sekalipun kekinian itu, Bob mencoba menunjukkan sikap bersahabat. "Begini lho, Nyonya. Saya ada penawaran menarik ... ini terkait asetnya Tuan Muda Harvey!" pancingnya dengan tepat.Mata bernaung bulu mata ekstension itu membulat penuh ketertarikan. Agak mencengangkan awalnya, tetapi hal itu yang dikejarnya sejak semula tahu bahwa Harvey bukan pria kere bin miskin seperti dugaannya. "Aset apa nih maksudnya, Mister Bob? Anda nggak lagi bercanda atau itu ... ngeprank ke saya 'kan?" tanya Nyonya Marissa agak gelisah. "Ini benar kok, saya serius. Jadi
"Mister Bob, tolong bantu saya untuk mempercepat pemindahan aset Harvey. Saya butuh uang segera nih!" desak Nyonya Marissa di telepon. "Baik, hanya saja Anda harus memalsukan tanda tangan Tuan Muda sendiri ya. Nanti saya perlihatkan contohnya via file yang dikirim ke HP Anda, Nyonya. Pastinya Anda juga punya notaris kepercayaan, bukan? Dia bisa mengurus surat-suratnya. Coba buka ruang kerja Tuan Muda Harvey di rumah, itu ada semua di laci meja sertifikat apartemen dan perumahan baru jadi yang belum launching!" tutur Bob memberikan petunjuk ke Nyonya Marissa. Dia harus cuci tangan dari skandal penipuan berbahaya ini."Wah, terima kasih, Mistet Bob. Akhirnya persoalan saya bisa terselesaikan. Ini memang lagi butuh duit mendesak sekali. Pelayan-pelayan di rumah sini demo minta gaji kalau nggak mau kabur. Dasar sialan mereka itu!" cerocos Nyonya Marissa sambil berjalan cepat menuju ruang kantor Harvey yang ada di kediaman Dharmawan.Ketika dia mencoba membuka pintu ternyata tak dikunci,
"Aakhh ... ketubanku pecah!" seru Isyana di kamar mandi seusai berkemih. Cairan kemerahan itu mengalir dari pangkal paha dalamnya hingga menetes-netes membasahi lantai keramik putih.Dengan segera Isyana mencari pembalut khusus untuk wanita yang hamil dan usai melahirkan. Dia mengenakannya lalu menghubungi Harvey yang masih bekerja di kantor.Sore itu memang ada rapat managemen bulanan di kantor Harvey. Suasana serius karena manager keuangan sedang memaparkan laporan pendapatan perusahaan bulan ini. Harvey juga mendengarkan dengan seksama hingga ponselnya bergetar di saku dalam jasnya. Ketika melihat identitas penelepon adalah Isyana, dia segera menghentikan rapat dan berkata, "Tunggu sebentar, saya harus menjawab telepon penting!" Kemudian Harvey menekan tombol bicara. Dia berkata, "Halo, Isya. Ada apa?""Halo, Mas. Aku pecah ketuban barusan. Kita ketemu di rumah sakit ya, Mas. Kamu bisa nemenin aku lahiran 'kan?" jawab Isyana panik.Awalnya Harvey terkejut, tetapi dia pun telah lam
Suara denting gelas kristal dan alat makan keramik terdengar di sela-sela keriuhan pesta yang diselenggarakan di kediaman Dharmawan. Para tamu dari kalangan atas sibuk berbisik-bisik membicarakan kejanggalan di pesta tersebut."Ehh, Jeng Mira, kok Harvey nggak kelihatan di rumahnya ya?" ujar lirih Nyonya Astri, seorang pengusaha yang menjadi klien Harvey juga sebagai penyewa lapak di salah satu mall pria konglomerat itu.Miranda Hutagalung, istri dari pengusaha tambang batu bara pun mengedarkan pandangannya sebelum menjawab, "Iya, aku juga penasaran, Jeng Astri. Masalahnya nggak satu pun anggota keluarga Dharmawan yang muncul sepanjang pesta sejak tiga hari lalu. Lagi pula apa nggak terlalu hedon ya kalau setiap malam menggelar pesta gede-gedean begini? Budgetnya pasti ratusan juta rupiah 'kan?""Hmm ... maaf aja, takutnya pesta yang digelar oleh Jeng Marissa dan Alicia ini cuma numpang tenar aja. Stt ... mereka sih dengar-dengar pernah masuk bui karena kasus kriminal lho. Jangan-jang
"Itu mereka mau manjat pagar, Fer!" tunjuk Alfi, salah satu pengawal Harvey yang ditugasi mencari Nyonya Marissa dan Alicia. Ferry Durani yang menjabat sebagai kepala pengawal Harvey pun memberi kode ke beberapa rekannya untuk mengendap-endap menangkap dua wanita berpakaian bikini minim yang tanpa memikirkan rasa malu justru nekad memanjat tembok pembatas rumah Harvey untuk kabur tengah malam buta.Tas selempang yang dipakai Alicia ditarik oleh Ferry hingga perempuan itu menjerit histeris karena terkejut, "Arrrhhh!" Dia segera digendong oleh kepala bodyguard Harvey untuk dibawa ke hadapan bosnya."Lepaskan ... lepaskan akuuu!" Alicia meronta-ronta memukuli dan menendangi Ferry."DIAM KAMU!" hardik Ferry yang emosi karena betina yang digendongnya binal bak kuda liar.Sementara Nyonya Marissa juga ikut terciduk dan gagal melewati tembok tinggi berhias tanaman rambat Azalea yang sedang berbunga indah. Dia jatuh terguling-guling ke tanah berumput Manila hijau tebal. Koper berisi uang tun
Sebelum suaminya menjawab permintaan memelas dari ibu tirinya untuk memberikan pengampunan, Isyana segera angkat bicara, "Tante Marissa, jangan mimpi ya untuk lepas dari hukuman. Apa yang sudah Tante perbuat kepadaku dulu juga belum selesai aku lakukan perhitungannya!"Harvey mengelus punggung istrinya yang nampak sedang emosi tinggi. Bersyukur Isyana sudah melahirkan putra kembar mereka tiga minggu lalu dengan selamat tanpa kurang suatu apapun. Seandainya istrinya masih dalam kondisi hamil besar pasti akan langsung kontraksi rahim.Proses balik nama ilegal dari asetnya membutuhkan waktu yang cukup lama, ternyata notaris yang dipercaya oleh Nyonya Marissa harus sogok kiri kanan demi memuluskan tindak kriminal perdata terselubung tersebut."Hahaha. Perhitungan apa maksud kamu, Isya? Tante kok nggak paham ya!" kelit Nyonya Marissa sok tidak sadar diri bahwa dia punya dosa masa lalu terhadap putri sambungnya."Ohh ... jadi Tante sudah pikun ya?! Kembalikan rumah warisan mendiang papa. Ha
"TOK TOK TOK." Ketokan jamak di pintu kamarnya membuat Alicia yang hampir menenggak berbutir-butir tablet obat tidur mengurungkan niatnya. Perempuan itu memilih untuk mengayunkan kaki menuju ke pintu dan membukakan untuk tamunya. "Maaf mengganggu istirahat Anda, Nona Alicia. Komandan minta saya memeriksa kondisi Anda!" ujar Ipda Arif Wicaksono seraya melangkah masuk ke dalam kamar Alicia. Dia mengedarkan pandangannya untuk mengecek situasi di situ dan botol berisi obat tidur resep dokter itu segera membuatnya bergegas menyita barang berbahaya itu."Ini saya amankan, kalau Anda butuh bisa ambil sebutir saja sesuai dosis!" ujar Ipda Arif yang sedang menggenggam botol berisi obat tidur itu.Alicia pun menggelengkan kepalanya. "Nggak perlu lagi, Pak Polisi. Aku capek dan mau tidur saja sekarang!" jawabnya."Sebentar, saya mau periksa seisi kamar ini sebelum keluar!" Petugas polisi itu menginspeksi ruangan dengan teliti. Ipda Arif mencegah tindakan kabur atau bunuh diri tahanan yang renc
Lampu-lampu di taman bunga yang dinamai Luna-Alba City Garden mulai dinyalakan sore jelang petang. Sepasang suami istri yang bergandengan tangan menyusuri jalan setapak di antara rimbunnya pepohonan pinus itu saling melempar tatapan mesra."Mas bangga sama kamu, Isya Sayang!" ujar Harvey dengan senyuman lebar."Makasih, Mas. Banyak hal yang kucapai hingga saat ini, semua nggak lepas dari dukungan yang besar dari kamu!" sahut Isyana kalem. Dia tidak lantas besar kepala karena pencapaiannya. Jauh di lubuk hatinya, Isyana masih sama seperti dulu. Wanita yang lugu dengan cara pandang sederhana terhadap kehidupan. Harvey menghentikan langkah mereka karena keduanya telah jauh dari keramaian. Dia melingkarkan kedua lengannya di punggung Isyana sembari menatap wajah cantik jelita istrinya. "Terima kasih untuk tidak berubah. Di mataku, kamu wanita yang mengagumkan dengan ketegaran dan kemurnian langka. Isya ... apa kau tahu jikalau aku bisa, seisi dunia akan kupersembahkan di bawah kakimu!" g
"Jeng Cintya, lama nggak ketemu buntutnya sudah banyak aja nih!" sapa Isyana di sebuah family restoran yang ada di Jakarta Pusat. Dia bertukar peluk cium dengan sahabat lamanya itu yang memang belakangan sangat sibuk dengan karir dan keluarganya.Cintya Husodo, istri pengusaha tekstil dan garment tersebut hanya bisa tertawa malu-malu. Selama lima tahun pernikahan, mereka telah memiliki tiga anak, yang pertama perempuan yaitu Khanza. Adiknya laki-laki bernama Xavier, yang bungsu juga laki-laki yaitu Ronaldo. Karena sang ayah fans berat pemain sepak bola CR7."Ahh ... masih kalah sama kamu, Jeng Isya!" sahut Cintya seraya duduk di sofa bersebelahan dengan Isyana. "Beda satu aja lho, Jeng! Hahaha." Isyana yang memiliki empat anak pun tertawa renyah sebelum mengutarakan maksudnya mengajak sahabat lamanya itu bertemu. Isyana pun mulai berbicara serius, "Jadi begini Jeng Cintya, saya mendapat tugas dari perusahaan tempat saya bekerja; First Sunshine Apparel Company buat menyelenggarakan f
Berita kelahiran putri kembar Isyana telah sampai ke Negeri Sakura. Nyonya Barbara Koganei langsung meminta Tuan Akehito Koganei untuk menemaninya terbang ke Jakarta dari Bandara Haneda. "Aku ingin putri kembar Isyana dan Harvey menjadi anak angkat kita, Mama. Apa boleh?" tanya Tuan Akehito kepada istrinya di dalam kabin pesawat Japan Airlines yang telah mengudara baru saja."Papa serius? Boleh, nanti Mama yang bilang ke mereka. Nama kedua bayi perempuan itu Luna dan Alba. Rencananya kita mau kasih kado apa nih?" tanya Nyonya Barbara. Suaminya itu konglomerat pengusaha bisnis jaringan supermarket dan minimarket di Jepang. Selain itu ada tiga hotel yang menjadi milik keluarga Koganei masing-masing di Tokyo, Nagoya, dan Osaka. Sejenak pria asal Jepang itu berpikir lalu tercetuslah ide, dia berkata, "Papa akan hadiahkan sebuah taman yang berlokasi di Jakarta dengan nama mereka. Pasti akan menjadi hadiah kelahiran yang berkesan dan dikenang sepanjang masa!""Wow, ide Papa spektakuler se
Handphone di tas kerja Cakra berdering terus selama beberapa menit. Akhirnya, Joko yang mendengarnya pun menghampiri bosnya dan berkata, "Mas Bos, hape sampeyan muni terus niku!" (Mas Bos, handphone kamu berbunyi terus itu!)Dengan perasaan tak enak Cakra pun berlari-lari ke teras belakang rumah di mana dia menaruh tas bersama barang-barang milik karyawannya. Ketika melihat si penelepon adalah istrinya dengan catatan lima kali missed call, Cakra segera menjawab panggilan tersebut, "Halo, Dek Al. Ada apa? Tumben kok telepon nggak henti dari tadi?" "Halo, Mas—aku sudah di IGD Rumah Sakit Mitra Keluarga. Tadi Pak Yono yang jemput aku di gerai kue di mall. Aku sudah pecah ketuban, Mas!" ujar Alicia dengan kepanikan tersirat dari suaranya."Oke, Mas nyusul kamu ke sana sekarang. Apa ada yang nemenin di IGD, Dek?" tanya Cakra yang ikut panik."Kak Isya nungguin aku di sini, Mas. Hahaha. Jadi wanita hamil nungguin wanita mau melahirkan nih!" Alicia masih sempat-sempatnya bercanda. Sementara
Blitz kamera wartawan menyerbu sosok wanita berperut buncit yang memberikan press conference di atrium Mall Fritzgerald. Isyana berbicara mewakili First Sunshine Apparel Company cabang Indonesia di podium. Bob Oliver yang duduk menemani big bossnya di deretan kursi tamu VVIP tersenyum dengan tatapan kagum. Dia berkomentar, "Luar biasa, saya turut bangga dengan prestasi Nyonya Isyana, Tuan Muda!""Dia wanita yang sepadan sebagai pendamping hidupku, Bob. Bahkan, kehamilan tidak menghalangi segala aktivitasnya yang sibuk. Isabella juga memuji istriku!" jawab Harvey dengan senyuman menghiasi wajah tampannya. "Oya, bakery Nyonya Alicia ramai diserbu pengunjung mall ini, Tuan Muda Harvey!" lapor Bob Oliver yang tempo hari membantu mengurus soft opening gerai bakery dan pastry milik Alicia.Alis Harvey terangkat sebelah melirik ke asisten pribadinya itu. "Baguslah, awasi terus bisnis Alicia. Aku ingin tahu apakah dia sehebat kakak tirinya dalam berusaha!" titahnya."Tentu saja, akan saya p
"Halo, apa benar ini Ibu Isyana Prameswari?" "Halo, iya. Saya Isyana Prameswari, dengan siapa saya berbicara?" jawab wanita itu di telepon dari nomor baru tak dikenal.Suara wanita yang terdengar profesional menjawab Isyana, "Perkenalkan, saya Nikita Alexandra. Di sini saya menghubungi Anda mewakili First Sunshine Apparel Company yang berpusat di Houston. Kami ingin menawarkan kerja sama bisnis dengan Bu Isyana. Desain outfit Anda khususnya busana anak-anak menarik perhatian CEO perusahaan induk di Amerika. Mrs. Isabella MacConnor-Benneton ingin merekrut Anda sebagai desainer perwakilan kami untuk wilayah Asia. Bagaimana tanggapan Anda, Bu Isyana? Kami berharap akan ada respon positif."Isyana nyaris tak dapat berkata-kata, dia telah lama mengidolakan Isabella MacConnor yang desainnya sungguh spektakuler dan unik. Tak ada angin maupun hujan, dirinya direkrut menjadi tim desainer malahan menjadi Ambassador Designer untuk wilayah Asia. "T—tentu saya mau bergabung, Bu Nikita. Apakah ki
"Nyonya Zemi, maaf ... renovasi taman samping rumah harus dihentikan dulu untuk siang jelang sore ini. Hujan turun begitu deras, kurang baik untuk menanam tumbuhan. Besok saya dan rekan-rekan akan kembali menata taman sesuai keinginan Anda!" tutur Cakra dengan kaos yang basah oleh air hujan kepada kliennya."Ohh ... nggak perlu sungkan, Mas Cakra. Saya paham kok memang hujan begini, jangan dipaksa. Saya harap kelak taman samping rumah ini akan nampak sedap dipandang, terutama ketika family gathering atau ada acara kumpul bersama teman-teman. Ya sudah, diminum dulu kopinya. Nanti silakan pulang saja kalau agak reda hujannya!" jawab Nyonya Zemi Rania ramah sembari mempersilakan para tukang kebun menikmati kopi panas dan kudapan buatan koki rumahnya.Customer baru perusahaan penata landscape luar rumah dan pertamanan milik Cakra itu diperoleh dari pujian mulut ke mulut klien yang puas. Nyonya Zemi Rania berteman baik dengan Nyonya Zuri Agnesa yang taman kediaman Kenneth sudah divermak me
"Bersulang!" seru Harvey mengangkat gelas araknya bersama Pedro dan seisi ruangan VIP Kaiseki Kikunoi Restaurant yang telah dia reservasi. Keluarga Koganei ternyata menyusul ke restoran tradisional Jepang yang ternama itu dan menambah meriah suasana makan malam. Tuan Akehito bersama istri dan keempat putranya yang telah dewasa menenggak arak mahal di gelas keramik masing-masing."Wah, bagaimana pengalaman kalian selama berada di negeri kami? Semoga berkesan dan ingin berkunjung lagi di lain waktu!" ujar Tuan Akehito Koganei."Jepang di musim semi sungguh indah, Paman. Sayangnya kami lusa harus kembali ke Jakarta. Mungkin beberapa bulan lagi aku akan berkunjung lagi untuk perjalanan bisnis!" jawab Harvey sopan. Memang sebagian besar kliennya berasal dari Negeri Sakura, konglomerat di sana menyukai berinvestasi dengan perusahaan yang memiliki prospek bagus di Indonesia.Pedro pun ikut unjuk gigi, dia menjawab, "Aku juga, Paman. Musim gugur nanti ada proyek baru dengan Mister Takagi Has
"ISYA!" panggil Harvey sembari melambaikan tangannya berlari menghampiri sang istri. Dia baru saja menyelesaikan meeting bersama investor asal Jepang dan buru-buru menyusul rombongan dari Jakarta yang menikmati pemandangan bunga Sakura mekar di Tokyo Public Park.Warna pink yang dominan di ranting-ranting subur pohon Sakura membuat suasana sore itu menjadi lebih romantis. Terutama bagi pasangan kekasih atau suami istri yang sengaja berjalan-jalan di taman kota."Udah kelar ya acara Mas Harvey?" tanya Isyana yang dipeluk dan dikecup mesra keningnya oleh sang suami. Penampilan Harvey masih standar seorang CEO, setelan jas biru navy dengan kemeja putih yang berdasi juga. Dia belum sempat pulang ke hotel untuk bertukar pakaian. Takutnya terlalu sore menyusul rombongan anak-istri, Oma Widya, dan yang lainnya. "Hu-um, aku pengin nemenin kamu menikmati indahnya bunga Sakura di musim semi. Nggak tiap hari bisa lihat pemandangan seperti ini 'kan?" ujar Harvey seraya merangkul bahu istrinya.