"TOK TOK TOK." Ketokan jamak di pintu kamarnya membuat Alicia yang hampir menenggak berbutir-butir tablet obat tidur mengurungkan niatnya. Perempuan itu memilih untuk mengayunkan kaki menuju ke pintu dan membukakan untuk tamunya. "Maaf mengganggu istirahat Anda, Nona Alicia. Komandan minta saya memeriksa kondisi Anda!" ujar Ipda Arif Wicaksono seraya melangkah masuk ke dalam kamar Alicia. Dia mengedarkan pandangannya untuk mengecek situasi di situ dan botol berisi obat tidur resep dokter itu segera membuatnya bergegas menyita barang berbahaya itu."Ini saya amankan, kalau Anda butuh bisa ambil sebutir saja sesuai dosis!" ujar Ipda Arif yang sedang menggenggam botol berisi obat tidur itu.Alicia pun menggelengkan kepalanya. "Nggak perlu lagi, Pak Polisi. Aku capek dan mau tidur saja sekarang!" jawabnya."Sebentar, saya mau periksa seisi kamar ini sebelum keluar!" Petugas polisi itu menginspeksi ruangan dengan teliti. Ipda Arif mencegah tindakan kabur atau bunuh diri tahanan yang renc
Suara terkesiap meluncur dari hampir semua mulut orang-orang yang berada di ruang tengah rumah warisan Isyana. Bahkan, jantung Harvey serasa nyaris berhenti berdetak saking terkejutnya. Nyawa istrinya dalam bahaya setelah berbagai drama dan kerepotan untuk menjebak Nyonya Marissa.Isyana terdorong ke belakang oleh tubuh tinggi kekar asisten Harvey itu yang bertindak cepat menahan pergelangan tangan Nyonya Marissa. Pergulatan sengit memperebutkan pisau dapur berukuran kecil itu terasa sangat menegangkan.Dengan sigap suaminya menangkap tubuh Isyana. "Sayang, kau tidak apa-apa 'kan?" tanya Harvey lega bercampur cemas."Nggakpapa, Mas!" sahut Isyana yang masih gemetaran karena syok.Bob Oliver yang masih berusaha melawan tenaga besar wanita bertubuh gempal tersebut pun menghardik, "Berhenti berbuat bodoh, Nyonya Marissa!" "Lebih baik kau saja yang mati, Mister Bob. Kau yang menjebakku untuk menjual aset milik Harvey!" balas Nyonya Marissa sembari mengarahkan bagian ujung tajam pisau ke
Alicia yang kini berpindah tempat tinggal di rumah tahanan sementara Polsek Tanah Abang seperti orang ling lung. Dia seperti hidup tanpa jiwa, badannya mulai kurus kering karena sering kali tidak makan maupun minum. Setiap hari dia hanya berbaring saja di atas matras tipis yang ada di lantai berlapis tikar usang.Tanpa disangka suatu malam Alicia yang telah tertidur mengalami mimpi buruk. Suara pria tua yang terdengar familiar memanggil-manggil namanya berulang kali dan mengatakan dia harus datang menemuinya."Nggak ... nggak ... aku nggak mau lagi, Mbah. Pergi dari sini! Lepas ... lepasin!" racau Alicia disusul teriakan histeris. Dia pun terbangun dengan tubuh bersimbah peluh dan gemetaran sembari mengedarkan pandangannya ke langit-langit sel tahanan.Namun, suara di dalam kepalanya terus berteriak menyuruh dia menemui Mbah Darwis. Maka Alicia pun berteriak-teriak seperti perempuan gila. Dia menutup kedua daun telinganya dengan telapak tangan dan menjerit, "TIIDAAAAKKK!"Beberapa pol
"Nyonya Isyana!" Suara memanggil namanya membuat wanita itu menoleh dan melihat sosok pria yang berlari-lari menghampirinya di teras depan."Ehh ... ada apa, Mang Jarwo?" tanya Isyana yang sedang menunggu Harvey yang masih menyelesaikan pekerjaan di ruangan kantor rumah bersama Bob.Jarwo menata napasnya lalu berkata, "Nyonya Muda, saya ingin menanyakan kabar Neng Alicia. Apa dia masih ada di Polsek Tanah Abang? Rencana saya pengin jenguk hari ini!"Isyana tersenyum mendengar perhatian Mang Jarwo atas adik tirinya. Namun, dia lantas teringat kalau pelet yang dikirim untuk Harvey memang sempat tertukar ke pria di hadapannya itu. Dia lalu menanggapi, "Mang, maaf kalau saya lancang mau menanyakan sesuatu. Apa boleh?""Nggakpapa, Nyah. Tanya apa saja boleh kok, kalau saya tahu akan saya jawab!" sahut Jarwo ramah disertai rasa hormat ke istri majikannya itu."Sebelum menjawab pertanyaan Mamang tadi, saya ingin menanyakan apa Mang Jarwo suka sama Alice? Ini karena ada dorongan aneh dari lua
Seusai proses ijab kabul disahkan oleh Gus Amir dan disaksikan beberapa pengawal Harvey, dua paramedis laki-laki yang mendampingi Alicia asisten dokter, dan Dokter Shinta Rosari sendiri yang juga hadir di ruangan perawatan pasien isolasi khusus.Harvey dan Isyana berpamitan terlebih dahulu karena hari telah sore menjelang petang. Sedangkan, Jarwo tetap tinggal untuk membantu Gus Amir berdoa dengan melantunkan ayat-ayat suci bersama-sama."Virzha dan Mas-Mas paramedis tolong bantu Gus Amir ya. Saya akan bantu pantau dari luar kaca jendela. Silakan dimulai saja prosesi pelepasan pengaruh dukun dan guna-guna untuk Mbak Alicia. Permisi!" pamit Dokter Shinta Rosari lalu keluar kamar yang dipenuhi kaum laki-laki tersebut selain pasien yang berbaring dengan matanya terbuka tanpa kesadaran."Tolong semua serius, harus diucapkan dengan yakin dan tanpa rasa takut ya. Mari ikuti doa saya!" pandu Gus Amir lalu menyentuh puncak kepala Alicia. Suara nyaring khusyuk terdengar dari mulut beliau.Maka
Beberapa bulan menjalani pernikahan dengan Pedro Husodo perlahan membuat Cintya mulai menyerahkan hatinya dengan ikhlas untuk dimiliki pria keturunan blasteran Spanyol itu. Memang lidah sudah full Indonesia, tetapi jejak genetik keturunan orang Spanyol itu masih nampak jelas di penampilan fisik Pedro.Malam itu Cintya sedang melayani hasrat suaminya yang selalu menggebu-gebu saat mereka bercinta. Bibir Pedro menelusuri leher jenjang hingga turun ke lembah di antara gunung kembar berisi air susu untuk anak mereka. "Ahh ... Mas, ngisapnya jangan kenceng-kenceng dong!" rintih Cintya sambil memegangi kepala berambut coklat tua tebal itu di depan dadanya."Enaknya kelewatan sih, Say. Hohoho. ASI kamu lancar banget keluarnya nih, jadi kapan seharusnya waktu lahiran anak kita kata Dokter Mawar?" tanya Pedro sembari mengecupi tangan istrinya dan memompa perlahan yang di bawah hingga terasa agak becek.Cintya menatap wajah tampan suaminya seraya menjawab, "Udah lewat tiga hari dari HPL kemari
Grand Ballroom Hotel Mulia Senayan bagaikan disulap oleh peri hutan menjadi sebuah tempat indah bak negeri dongeng. Sengaja Harvey meminta khusus kepada wedding organizer yang mengurusi resepsi pernikahannya dengan Isyana untuk mengusung tema Wonderland.Efek bagaikan masuk ke sebuah hutan rimba dengan kastil sebagai latar belakang pelaminan tempat pasangan pengantin duduk dan bersalaman dengan tamu undangan. Ada air terjun buatan di beberapa sudut dengan alur sungai yang melintasi bagian dalam grand ballroom. Beberapa hewan piaraan Harvey seperti kelinci, kura-kura tua, dan burung-burung dibawa ke tempat resepsi untuk menghidupkan fantasi ala negeri dongeng. Pagar ayu yang bertugas pemandu tamu berdandan seperti putri-putri kerajaan berseliweran siap membantu keperluan para peserta pesta. Permen dan kue pengantin dibawa oleh pagar ayu dengan keranjang anyaman bambu untuk dibagi-bagikan ke anak-anak atau siapa saja yang berkenan."Wow, nggak pernah deh lihat resepsi pernikahan semega
"Halo, Mas Jarwo. Ini Dokter Shinta Rosari, saya ingin memberi tahu kalau Mbak Alicia sudah siuman. Kondisinya sudah normal dan bisa diajak berkomunikasi. Hanya ada beberapa hal yang dia lupa sejak terakhir masih berada di sel rutan memang beliau mendapat serangan dari kuasa kegelapan!"Berita dari dokter ahli kejiwaan itu sontak membuat Jarwo sumringah. Dia masih berada di tengah pesta resepsi pernikahan Harvey dan Isyana maka Jarwo pun bangkit dari kursi lalu melangkah cepat meninggalkan Grand Ballroom Hotel Mulia Senayan. Dia menjawab sembari menunggu lift, "Halo, Dokter Shinta. Kalau saya jenguk ke panti sekarang apa boleh bertemu dengan istri saya?""Silakan saja, Mas. Ini saya shift malam untuk menjaga pasien. Nanti langsung ke kamar perawatan Mbak Alicia saja!" jawab Dokter Shinta Rosari sebelum mengakhiri telepon.Ketika lift terbuka, Jarwo segera masuk untuk turun ke lantai lobi. Dia memanggil Pak Yono yang sedang mengobrol dengan satpam hotel, "Pak ... Pak ... bisa minta tol
Lampu-lampu di taman bunga yang dinamai Luna-Alba City Garden mulai dinyalakan sore jelang petang. Sepasang suami istri yang bergandengan tangan menyusuri jalan setapak di antara rimbunnya pepohonan pinus itu saling melempar tatapan mesra."Mas bangga sama kamu, Isya Sayang!" ujar Harvey dengan senyuman lebar."Makasih, Mas. Banyak hal yang kucapai hingga saat ini, semua nggak lepas dari dukungan yang besar dari kamu!" sahut Isyana kalem. Dia tidak lantas besar kepala karena pencapaiannya. Jauh di lubuk hatinya, Isyana masih sama seperti dulu. Wanita yang lugu dengan cara pandang sederhana terhadap kehidupan. Harvey menghentikan langkah mereka karena keduanya telah jauh dari keramaian. Dia melingkarkan kedua lengannya di punggung Isyana sembari menatap wajah cantik jelita istrinya. "Terima kasih untuk tidak berubah. Di mataku, kamu wanita yang mengagumkan dengan ketegaran dan kemurnian langka. Isya ... apa kau tahu jikalau aku bisa, seisi dunia akan kupersembahkan di bawah kakimu!" g
"Jeng Cintya, lama nggak ketemu buntutnya sudah banyak aja nih!" sapa Isyana di sebuah family restoran yang ada di Jakarta Pusat. Dia bertukar peluk cium dengan sahabat lamanya itu yang memang belakangan sangat sibuk dengan karir dan keluarganya.Cintya Husodo, istri pengusaha tekstil dan garment tersebut hanya bisa tertawa malu-malu. Selama lima tahun pernikahan, mereka telah memiliki tiga anak, yang pertama perempuan yaitu Khanza. Adiknya laki-laki bernama Xavier, yang bungsu juga laki-laki yaitu Ronaldo. Karena sang ayah fans berat pemain sepak bola CR7."Ahh ... masih kalah sama kamu, Jeng Isya!" sahut Cintya seraya duduk di sofa bersebelahan dengan Isyana. "Beda satu aja lho, Jeng! Hahaha." Isyana yang memiliki empat anak pun tertawa renyah sebelum mengutarakan maksudnya mengajak sahabat lamanya itu bertemu. Isyana pun mulai berbicara serius, "Jadi begini Jeng Cintya, saya mendapat tugas dari perusahaan tempat saya bekerja; First Sunshine Apparel Company buat menyelenggarakan f
Berita kelahiran putri kembar Isyana telah sampai ke Negeri Sakura. Nyonya Barbara Koganei langsung meminta Tuan Akehito Koganei untuk menemaninya terbang ke Jakarta dari Bandara Haneda. "Aku ingin putri kembar Isyana dan Harvey menjadi anak angkat kita, Mama. Apa boleh?" tanya Tuan Akehito kepada istrinya di dalam kabin pesawat Japan Airlines yang telah mengudara baru saja."Papa serius? Boleh, nanti Mama yang bilang ke mereka. Nama kedua bayi perempuan itu Luna dan Alba. Rencananya kita mau kasih kado apa nih?" tanya Nyonya Barbara. Suaminya itu konglomerat pengusaha bisnis jaringan supermarket dan minimarket di Jepang. Selain itu ada tiga hotel yang menjadi milik keluarga Koganei masing-masing di Tokyo, Nagoya, dan Osaka. Sejenak pria asal Jepang itu berpikir lalu tercetuslah ide, dia berkata, "Papa akan hadiahkan sebuah taman yang berlokasi di Jakarta dengan nama mereka. Pasti akan menjadi hadiah kelahiran yang berkesan dan dikenang sepanjang masa!""Wow, ide Papa spektakuler se
Handphone di tas kerja Cakra berdering terus selama beberapa menit. Akhirnya, Joko yang mendengarnya pun menghampiri bosnya dan berkata, "Mas Bos, hape sampeyan muni terus niku!" (Mas Bos, handphone kamu berbunyi terus itu!)Dengan perasaan tak enak Cakra pun berlari-lari ke teras belakang rumah di mana dia menaruh tas bersama barang-barang milik karyawannya. Ketika melihat si penelepon adalah istrinya dengan catatan lima kali missed call, Cakra segera menjawab panggilan tersebut, "Halo, Dek Al. Ada apa? Tumben kok telepon nggak henti dari tadi?" "Halo, Mas—aku sudah di IGD Rumah Sakit Mitra Keluarga. Tadi Pak Yono yang jemput aku di gerai kue di mall. Aku sudah pecah ketuban, Mas!" ujar Alicia dengan kepanikan tersirat dari suaranya."Oke, Mas nyusul kamu ke sana sekarang. Apa ada yang nemenin di IGD, Dek?" tanya Cakra yang ikut panik."Kak Isya nungguin aku di sini, Mas. Hahaha. Jadi wanita hamil nungguin wanita mau melahirkan nih!" Alicia masih sempat-sempatnya bercanda. Sementara
Blitz kamera wartawan menyerbu sosok wanita berperut buncit yang memberikan press conference di atrium Mall Fritzgerald. Isyana berbicara mewakili First Sunshine Apparel Company cabang Indonesia di podium. Bob Oliver yang duduk menemani big bossnya di deretan kursi tamu VVIP tersenyum dengan tatapan kagum. Dia berkomentar, "Luar biasa, saya turut bangga dengan prestasi Nyonya Isyana, Tuan Muda!""Dia wanita yang sepadan sebagai pendamping hidupku, Bob. Bahkan, kehamilan tidak menghalangi segala aktivitasnya yang sibuk. Isabella juga memuji istriku!" jawab Harvey dengan senyuman menghiasi wajah tampannya. "Oya, bakery Nyonya Alicia ramai diserbu pengunjung mall ini, Tuan Muda Harvey!" lapor Bob Oliver yang tempo hari membantu mengurus soft opening gerai bakery dan pastry milik Alicia.Alis Harvey terangkat sebelah melirik ke asisten pribadinya itu. "Baguslah, awasi terus bisnis Alicia. Aku ingin tahu apakah dia sehebat kakak tirinya dalam berusaha!" titahnya."Tentu saja, akan saya p
"Halo, apa benar ini Ibu Isyana Prameswari?" "Halo, iya. Saya Isyana Prameswari, dengan siapa saya berbicara?" jawab wanita itu di telepon dari nomor baru tak dikenal.Suara wanita yang terdengar profesional menjawab Isyana, "Perkenalkan, saya Nikita Alexandra. Di sini saya menghubungi Anda mewakili First Sunshine Apparel Company yang berpusat di Houston. Kami ingin menawarkan kerja sama bisnis dengan Bu Isyana. Desain outfit Anda khususnya busana anak-anak menarik perhatian CEO perusahaan induk di Amerika. Mrs. Isabella MacConnor-Benneton ingin merekrut Anda sebagai desainer perwakilan kami untuk wilayah Asia. Bagaimana tanggapan Anda, Bu Isyana? Kami berharap akan ada respon positif."Isyana nyaris tak dapat berkata-kata, dia telah lama mengidolakan Isabella MacConnor yang desainnya sungguh spektakuler dan unik. Tak ada angin maupun hujan, dirinya direkrut menjadi tim desainer malahan menjadi Ambassador Designer untuk wilayah Asia. "T—tentu saya mau bergabung, Bu Nikita. Apakah ki
"Nyonya Zemi, maaf ... renovasi taman samping rumah harus dihentikan dulu untuk siang jelang sore ini. Hujan turun begitu deras, kurang baik untuk menanam tumbuhan. Besok saya dan rekan-rekan akan kembali menata taman sesuai keinginan Anda!" tutur Cakra dengan kaos yang basah oleh air hujan kepada kliennya."Ohh ... nggak perlu sungkan, Mas Cakra. Saya paham kok memang hujan begini, jangan dipaksa. Saya harap kelak taman samping rumah ini akan nampak sedap dipandang, terutama ketika family gathering atau ada acara kumpul bersama teman-teman. Ya sudah, diminum dulu kopinya. Nanti silakan pulang saja kalau agak reda hujannya!" jawab Nyonya Zemi Rania ramah sembari mempersilakan para tukang kebun menikmati kopi panas dan kudapan buatan koki rumahnya.Customer baru perusahaan penata landscape luar rumah dan pertamanan milik Cakra itu diperoleh dari pujian mulut ke mulut klien yang puas. Nyonya Zemi Rania berteman baik dengan Nyonya Zuri Agnesa yang taman kediaman Kenneth sudah divermak me
"Bersulang!" seru Harvey mengangkat gelas araknya bersama Pedro dan seisi ruangan VIP Kaiseki Kikunoi Restaurant yang telah dia reservasi. Keluarga Koganei ternyata menyusul ke restoran tradisional Jepang yang ternama itu dan menambah meriah suasana makan malam. Tuan Akehito bersama istri dan keempat putranya yang telah dewasa menenggak arak mahal di gelas keramik masing-masing."Wah, bagaimana pengalaman kalian selama berada di negeri kami? Semoga berkesan dan ingin berkunjung lagi di lain waktu!" ujar Tuan Akehito Koganei."Jepang di musim semi sungguh indah, Paman. Sayangnya kami lusa harus kembali ke Jakarta. Mungkin beberapa bulan lagi aku akan berkunjung lagi untuk perjalanan bisnis!" jawab Harvey sopan. Memang sebagian besar kliennya berasal dari Negeri Sakura, konglomerat di sana menyukai berinvestasi dengan perusahaan yang memiliki prospek bagus di Indonesia.Pedro pun ikut unjuk gigi, dia menjawab, "Aku juga, Paman. Musim gugur nanti ada proyek baru dengan Mister Takagi Has
"ISYA!" panggil Harvey sembari melambaikan tangannya berlari menghampiri sang istri. Dia baru saja menyelesaikan meeting bersama investor asal Jepang dan buru-buru menyusul rombongan dari Jakarta yang menikmati pemandangan bunga Sakura mekar di Tokyo Public Park.Warna pink yang dominan di ranting-ranting subur pohon Sakura membuat suasana sore itu menjadi lebih romantis. Terutama bagi pasangan kekasih atau suami istri yang sengaja berjalan-jalan di taman kota."Udah kelar ya acara Mas Harvey?" tanya Isyana yang dipeluk dan dikecup mesra keningnya oleh sang suami. Penampilan Harvey masih standar seorang CEO, setelan jas biru navy dengan kemeja putih yang berdasi juga. Dia belum sempat pulang ke hotel untuk bertukar pakaian. Takutnya terlalu sore menyusul rombongan anak-istri, Oma Widya, dan yang lainnya. "Hu-um, aku pengin nemenin kamu menikmati indahnya bunga Sakura di musim semi. Nggak tiap hari bisa lihat pemandangan seperti ini 'kan?" ujar Harvey seraya merangkul bahu istrinya.