"Halo, Mas Jarwo. Ini Dokter Shinta Rosari, saya ingin memberi tahu kalau Mbak Alicia sudah siuman. Kondisinya sudah normal dan bisa diajak berkomunikasi. Hanya ada beberapa hal yang dia lupa sejak terakhir masih berada di sel rutan memang beliau mendapat serangan dari kuasa kegelapan!"Berita dari dokter ahli kejiwaan itu sontak membuat Jarwo sumringah. Dia masih berada di tengah pesta resepsi pernikahan Harvey dan Isyana maka Jarwo pun bangkit dari kursi lalu melangkah cepat meninggalkan Grand Ballroom Hotel Mulia Senayan. Dia menjawab sembari menunggu lift, "Halo, Dokter Shinta. Kalau saya jenguk ke panti sekarang apa boleh bertemu dengan istri saya?""Silakan saja, Mas. Ini saya shift malam untuk menjaga pasien. Nanti langsung ke kamar perawatan Mbak Alicia saja!" jawab Dokter Shinta Rosari sebelum mengakhiri telepon.Ketika lift terbuka, Jarwo segera masuk untuk turun ke lantai lobi. Dia memanggil Pak Yono yang sedang mengobrol dengan satpam hotel, "Pak ... Pak ... bisa minta tol
Suara perbantahan itu terdengar riuh dari dalam sebuah kamar pasien di panti rehabilitasi. Nada keras seorang pria dan seorang wanita mendominasi, sementara pasangannya cenderung menenangkan mereka berdua yang tersulut api amarah."KAU, TAK TAHU DIUNTUNG!" "Hey, aku tak mau jadi istri tukang kebon. Ngapain sok menentukan nasibku sih, Harvey? Mungkin dulu kamu memang kuli bangunan yang lantas jadi sukses ya, jadi ngerasa senasib sama si Jarwo tuh! Dasar sad boy!" decih sinis Alicia membuat Harvey menaikkan tangan kanannya ke udara hendak menggampar mulut yang nampaknya kurang didikan itu.Isyana menangkap tangan suaminya yang nyaris terayun ke wajah Alicia. Sedangkan, Jarwo menarik Alicia mundur dengan memeluknya dari samping ranjang pasien."Mass, jangan!" teriak Isyana.Sementara Alicia yang risih dipegang oleh Jarwo menggigit lengan pria itu agar dilepaskan. "Enak aja kamu pegang-pegang!" hardiknya dengan mata melotot ke arah Jarwo.Namun, Jarwo tidak marah sama sekali. Dia sudah b
"Tante Barbara dan Ryota, makasih banget ya sudah repot jagain Isya kemarin. Salam untuk keluarga Koganei di Tokyo!" ucap Isyana saat melepas kepergian dua orang yang sangat berjasa menemaninya selama kehamilan di tengah konflik dengan Alicia dan mama tirinya.Nyonya Barbara mengecup pipi kanan kiri keponakannya seraya memeluk erat Isyana. "Kapan-kapan ajak Harvey dan si kembar berkunjung ke Tokyo. Kabarin aja, pasti kami jemput di bandara!" balasnya."Tenang, Tante. Saya pasti akan berkunjung ke Jepang dalam waktu dekat ini, ada investor asal Negeri Sakura yang ingin menempatkan dana besar ke mall yang baru saja jadi milik keluarga Dharmawan!" jawab Harvey yang membuat senyuman terbit di wajah kedua wanita cantik itu."Wah, kebetulan kalau begitu. Ya sudah, panggilan boarding sudah kedengeran, kami berangkat sekarang!" ujar Ryota dalam bahasa Indonesia berlogat Jepang kental. Harvey pun bertukar pelukan dan jabat tangan dengan ayah angkat kedua putranya itu sebelum melepas kepergian
Teriakan bengis bernada merendahkan itu menggelegar membangunkan Alicia di ujung pagi. "Lontee, bangun lo! Kerjaan tidur mulu kayak tuan putri. Bersihin bekas BAB gue nyangkut tuh di kloset!" Alicia yang memunggungi rekan satu sel tahanannya meringis jijik. Dia benci sekali penindasan kedua betina tolol bin jorok itu atas dirinya. Kebetulan perutnya kembung, dia sengaja melepaskan gas alam buatannya sendiri. 'Makan tuh! Sedep pasti yee!' batin Alicia riang."Anjriiit, bau amat! Ada yang kentut pasti, hmm!" Tutik mengendap-endap menghampiri Alicia yang masih betah mengabaikan teriakan Arum yang super berisik sedari tadi. Dengan satu jambakan kasar di rambut panjang Alicia, serentetan kata ampun terlontar disertai isakan tangis."Lepasin, Mbak Tutik. Jangan sakiti aku!" pinta Alicia mengiba dengan berderai air mata."Alaa preettt lo! Sakit kata lo? Sekali-sekali gue kikir muka mulus lo pake silet, baru real sakiiittt. Mau?!" ancam Tutik dengan seringai keji.Alicia panik tingkat tinggi
"Mang, itu bini kamu dibujuklah masa lebih demen digebukin napi di penjara dari pada tinggal di unit apartemen yang nyaman sih? Ckk ... nggak habis pikir aku!" Harvey merepet di dalam mobil mewahnya yang akan mengantarkan Isyana dan Jarwo terlebih dahulu ke rumah sakit."Baik, Tuan Muda. Saya akan usahakan rayu dan bujuk semaksimal mungkin!" jawab Jarwo penuh tekad. Dia cemas mendengar istrinya cedera dikeroyok dua narapidana wanita barbar yang tinggal satu sel dengan Alicia.Isyana pun mendukung Jarwo, "Nanti kubantuin buat nasihatin Alice deh, Mang. Dia nggak sebodoh itu kok, dikasih yang enak malah milih yang sengsara!""Hmm ... asalah iya, Isya. Dia itu bloon kuadrat, kurasa. Aku sudah angkat tangan kalau disuruh ngomong sama Alicia!" Harvey menolehkan wajahnya ke arah jendela mobil untuk menghentikan pembicaraan tentang Alicia.Maka Isyana memberi kode kepada Jarwo agar berhenti membicarakan Alicia di hadapan suaminya. Untungnya, mobil itu tak lama kemudian sampai di depan pintu
"Jadi, menurut Dek Alicia gimana apartemen ini? Suka apa nggak?" tanya Cakra alias Jarwo yang telah berganti nama menjadi lebih keren. Dia mendampingi istrinya yang baru saja pulang dari perawatan di rumah sakit untuk melihat-lihat unit apartemen full furnished yang disumbang oleh Harvey dan Isyana.Pandangan mata Alicia menyisir seisi ruangan luas berukuran 10 x 20 meter persegi itu. Tak hanya itu yang jadi perhatiannya. Namun, penampilan suaminya yang semula berprofesi sebagai tukang kebun juga berubah. Sekalipun tidak berdasi, Cakra mengenakan setelan jas dengan dalaman kaos warna putih."Setelah ganti nama dari yang ndeso jadi lebih keren, kamu bikin aku makin suka deh, Mas!" jawab Alicia yang justru tidak sesuai dengan pertanyaan suaminya. Akan tetapi, Cakra malahan tersenyum manis dengan tatapan lembut. Dia menghampiri Alicia di tengah ruangan dan memeluk tubuh yang sangat kurus tersebut pasca mengalami perundungan di rutan. "Mas seneng dengernya, Dek. Tadinya kupikir, menghara
"Baru kali ini Oma ikut bepergian lagi ke luar negeri setelah belasan tahun lamanya. Jepang itu negara yang indah terutama ketika musim semi tiba," ujar Oma Widya di kabin pesawat Garuda Indonesia yang sedang berada di angkasa biru pagi itu.Isyana yang duduk bersebelahan dengan sang oma pun menjawab, "Iya, Oma. Terakhir kami honeymoon di musim dingin rasanya membeku hingga terasa menusuk di tulang. Jadi si kembar itu deh sepertinya karena lebih banyak ngumpet berdua di dalam kamar!"Harvey yang duduk memangku Andromeda menyahut, "Itu 'kan sengaja, kita dikirim ke Jepang pas puncak winter oleh Oma Widya. Masa kamu nggak paham sih, Sayangku yang rada odong-odong!"Dengen gemas Isyana menoleh ke sisi kanan di mana Harvey segera mencuri sebuah kecupan dari bibir istrinya. "Mmuaachh!""Idiih gercep si Mas!" tukas Isyana, merasakan bibirnya sedikit kebas."Nanti kita jalan-jalan lihat bunga Sakura mekar ya, Isya!" ujar Harvey sembari tersenyum tanpa dosa.Kemudian Isyana bertanya, "Mas, Lo
"ISYA!" panggil Harvey sembari melambaikan tangannya berlari menghampiri sang istri. Dia baru saja menyelesaikan meeting bersama investor asal Jepang dan buru-buru menyusul rombongan dari Jakarta yang menikmati pemandangan bunga Sakura mekar di Tokyo Public Park.Warna pink yang dominan di ranting-ranting subur pohon Sakura membuat suasana sore itu menjadi lebih romantis. Terutama bagi pasangan kekasih atau suami istri yang sengaja berjalan-jalan di taman kota."Udah kelar ya acara Mas Harvey?" tanya Isyana yang dipeluk dan dikecup mesra keningnya oleh sang suami. Penampilan Harvey masih standar seorang CEO, setelan jas biru navy dengan kemeja putih yang berdasi juga. Dia belum sempat pulang ke hotel untuk bertukar pakaian. Takutnya terlalu sore menyusul rombongan anak-istri, Oma Widya, dan yang lainnya. "Hu-um, aku pengin nemenin kamu menikmati indahnya bunga Sakura di musim semi. Nggak tiap hari bisa lihat pemandangan seperti ini 'kan?" ujar Harvey seraya merangkul bahu istrinya.