"Mang, itu bini kamu dibujuklah masa lebih demen digebukin napi di penjara dari pada tinggal di unit apartemen yang nyaman sih? Ckk ... nggak habis pikir aku!" Harvey merepet di dalam mobil mewahnya yang akan mengantarkan Isyana dan Jarwo terlebih dahulu ke rumah sakit."Baik, Tuan Muda. Saya akan usahakan rayu dan bujuk semaksimal mungkin!" jawab Jarwo penuh tekad. Dia cemas mendengar istrinya cedera dikeroyok dua narapidana wanita barbar yang tinggal satu sel dengan Alicia.Isyana pun mendukung Jarwo, "Nanti kubantuin buat nasihatin Alice deh, Mang. Dia nggak sebodoh itu kok, dikasih yang enak malah milih yang sengsara!""Hmm ... asalah iya, Isya. Dia itu bloon kuadrat, kurasa. Aku sudah angkat tangan kalau disuruh ngomong sama Alicia!" Harvey menolehkan wajahnya ke arah jendela mobil untuk menghentikan pembicaraan tentang Alicia.Maka Isyana memberi kode kepada Jarwo agar berhenti membicarakan Alicia di hadapan suaminya. Untungnya, mobil itu tak lama kemudian sampai di depan pintu
"Jadi, menurut Dek Alicia gimana apartemen ini? Suka apa nggak?" tanya Cakra alias Jarwo yang telah berganti nama menjadi lebih keren. Dia mendampingi istrinya yang baru saja pulang dari perawatan di rumah sakit untuk melihat-lihat unit apartemen full furnished yang disumbang oleh Harvey dan Isyana.Pandangan mata Alicia menyisir seisi ruangan luas berukuran 10 x 20 meter persegi itu. Tak hanya itu yang jadi perhatiannya. Namun, penampilan suaminya yang semula berprofesi sebagai tukang kebun juga berubah. Sekalipun tidak berdasi, Cakra mengenakan setelan jas dengan dalaman kaos warna putih."Setelah ganti nama dari yang ndeso jadi lebih keren, kamu bikin aku makin suka deh, Mas!" jawab Alicia yang justru tidak sesuai dengan pertanyaan suaminya. Akan tetapi, Cakra malahan tersenyum manis dengan tatapan lembut. Dia menghampiri Alicia di tengah ruangan dan memeluk tubuh yang sangat kurus tersebut pasca mengalami perundungan di rutan. "Mas seneng dengernya, Dek. Tadinya kupikir, menghara
"Baru kali ini Oma ikut bepergian lagi ke luar negeri setelah belasan tahun lamanya. Jepang itu negara yang indah terutama ketika musim semi tiba," ujar Oma Widya di kabin pesawat Garuda Indonesia yang sedang berada di angkasa biru pagi itu.Isyana yang duduk bersebelahan dengan sang oma pun menjawab, "Iya, Oma. Terakhir kami honeymoon di musim dingin rasanya membeku hingga terasa menusuk di tulang. Jadi si kembar itu deh sepertinya karena lebih banyak ngumpet berdua di dalam kamar!"Harvey yang duduk memangku Andromeda menyahut, "Itu 'kan sengaja, kita dikirim ke Jepang pas puncak winter oleh Oma Widya. Masa kamu nggak paham sih, Sayangku yang rada odong-odong!"Dengen gemas Isyana menoleh ke sisi kanan di mana Harvey segera mencuri sebuah kecupan dari bibir istrinya. "Mmuaachh!""Idiih gercep si Mas!" tukas Isyana, merasakan bibirnya sedikit kebas."Nanti kita jalan-jalan lihat bunga Sakura mekar ya, Isya!" ujar Harvey sembari tersenyum tanpa dosa.Kemudian Isyana bertanya, "Mas, Lo
"ISYA!" panggil Harvey sembari melambaikan tangannya berlari menghampiri sang istri. Dia baru saja menyelesaikan meeting bersama investor asal Jepang dan buru-buru menyusul rombongan dari Jakarta yang menikmati pemandangan bunga Sakura mekar di Tokyo Public Park.Warna pink yang dominan di ranting-ranting subur pohon Sakura membuat suasana sore itu menjadi lebih romantis. Terutama bagi pasangan kekasih atau suami istri yang sengaja berjalan-jalan di taman kota."Udah kelar ya acara Mas Harvey?" tanya Isyana yang dipeluk dan dikecup mesra keningnya oleh sang suami. Penampilan Harvey masih standar seorang CEO, setelan jas biru navy dengan kemeja putih yang berdasi juga. Dia belum sempat pulang ke hotel untuk bertukar pakaian. Takutnya terlalu sore menyusul rombongan anak-istri, Oma Widya, dan yang lainnya. "Hu-um, aku pengin nemenin kamu menikmati indahnya bunga Sakura di musim semi. Nggak tiap hari bisa lihat pemandangan seperti ini 'kan?" ujar Harvey seraya merangkul bahu istrinya.
"Bersulang!" seru Harvey mengangkat gelas araknya bersama Pedro dan seisi ruangan VIP Kaiseki Kikunoi Restaurant yang telah dia reservasi. Keluarga Koganei ternyata menyusul ke restoran tradisional Jepang yang ternama itu dan menambah meriah suasana makan malam. Tuan Akehito bersama istri dan keempat putranya yang telah dewasa menenggak arak mahal di gelas keramik masing-masing."Wah, bagaimana pengalaman kalian selama berada di negeri kami? Semoga berkesan dan ingin berkunjung lagi di lain waktu!" ujar Tuan Akehito Koganei."Jepang di musim semi sungguh indah, Paman. Sayangnya kami lusa harus kembali ke Jakarta. Mungkin beberapa bulan lagi aku akan berkunjung lagi untuk perjalanan bisnis!" jawab Harvey sopan. Memang sebagian besar kliennya berasal dari Negeri Sakura, konglomerat di sana menyukai berinvestasi dengan perusahaan yang memiliki prospek bagus di Indonesia.Pedro pun ikut unjuk gigi, dia menjawab, "Aku juga, Paman. Musim gugur nanti ada proyek baru dengan Mister Takagi Has
"Nyonya Zemi, maaf ... renovasi taman samping rumah harus dihentikan dulu untuk siang jelang sore ini. Hujan turun begitu deras, kurang baik untuk menanam tumbuhan. Besok saya dan rekan-rekan akan kembali menata taman sesuai keinginan Anda!" tutur Cakra dengan kaos yang basah oleh air hujan kepada kliennya."Ohh ... nggak perlu sungkan, Mas Cakra. Saya paham kok memang hujan begini, jangan dipaksa. Saya harap kelak taman samping rumah ini akan nampak sedap dipandang, terutama ketika family gathering atau ada acara kumpul bersama teman-teman. Ya sudah, diminum dulu kopinya. Nanti silakan pulang saja kalau agak reda hujannya!" jawab Nyonya Zemi Rania ramah sembari mempersilakan para tukang kebun menikmati kopi panas dan kudapan buatan koki rumahnya.Customer baru perusahaan penata landscape luar rumah dan pertamanan milik Cakra itu diperoleh dari pujian mulut ke mulut klien yang puas. Nyonya Zemi Rania berteman baik dengan Nyonya Zuri Agnesa yang taman kediaman Kenneth sudah divermak me
"Halo, apa benar ini Ibu Isyana Prameswari?" "Halo, iya. Saya Isyana Prameswari, dengan siapa saya berbicara?" jawab wanita itu di telepon dari nomor baru tak dikenal.Suara wanita yang terdengar profesional menjawab Isyana, "Perkenalkan, saya Nikita Alexandra. Di sini saya menghubungi Anda mewakili First Sunshine Apparel Company yang berpusat di Houston. Kami ingin menawarkan kerja sama bisnis dengan Bu Isyana. Desain outfit Anda khususnya busana anak-anak menarik perhatian CEO perusahaan induk di Amerika. Mrs. Isabella MacConnor-Benneton ingin merekrut Anda sebagai desainer perwakilan kami untuk wilayah Asia. Bagaimana tanggapan Anda, Bu Isyana? Kami berharap akan ada respon positif."Isyana nyaris tak dapat berkata-kata, dia telah lama mengidolakan Isabella MacConnor yang desainnya sungguh spektakuler dan unik. Tak ada angin maupun hujan, dirinya direkrut menjadi tim desainer malahan menjadi Ambassador Designer untuk wilayah Asia. "T—tentu saya mau bergabung, Bu Nikita. Apakah ki
Blitz kamera wartawan menyerbu sosok wanita berperut buncit yang memberikan press conference di atrium Mall Fritzgerald. Isyana berbicara mewakili First Sunshine Apparel Company cabang Indonesia di podium. Bob Oliver yang duduk menemani big bossnya di deretan kursi tamu VVIP tersenyum dengan tatapan kagum. Dia berkomentar, "Luar biasa, saya turut bangga dengan prestasi Nyonya Isyana, Tuan Muda!""Dia wanita yang sepadan sebagai pendamping hidupku, Bob. Bahkan, kehamilan tidak menghalangi segala aktivitasnya yang sibuk. Isabella juga memuji istriku!" jawab Harvey dengan senyuman menghiasi wajah tampannya. "Oya, bakery Nyonya Alicia ramai diserbu pengunjung mall ini, Tuan Muda Harvey!" lapor Bob Oliver yang tempo hari membantu mengurus soft opening gerai bakery dan pastry milik Alicia.Alis Harvey terangkat sebelah melirik ke asisten pribadinya itu. "Baguslah, awasi terus bisnis Alicia. Aku ingin tahu apakah dia sehebat kakak tirinya dalam berusaha!" titahnya."Tentu saja, akan saya p