Pesawat yang membawa Harvey dan Isyana kembali dari Jepang mendarat mulus di Bandara Soekarno-Hatta. Mereka dijemput oleh Pak Yono, sopir yang telah lama mengabdi di keluarga Dharmawan."Selamat datang kembali, Tuan Muda dan Nyonya. Kita apa langsung pulang ke rumah?" sambut Pak Yono seraya membukakan pintu mobil untuk majikannya."Iya, Pak. Langsung ke rumah aja, penerbangannya lama jadi capek!" jawab Harvey sembari merangkul bahu Isyana yang duduk di sampingnya di bangku belakang mobil.Sedan Jaguar hitam mengkilap itu meluncur di tengah kemacetan lalu lintas Jakarta. Pak Yono pun berkata, "Nyonya Besar sudah pulang dari rumah sakit kemarin, Tuan Muda Harvey. Beliau nampaknya lebih sehat dibanding sebelumnya!""Baguslah, Pak. Aku ikut senang kalau Oma Widya bisa lekas pulih!" jawab Harvey dengan senyum terkembang di wajahnya lalu dia menoleh ke Isyana sembari mengatakan, "Sayang,
"Pak Harvey, apa Anda akan meninjau langsung proyek mall yang baru di tengah kota?" tanya Brian Teja Kusuma, CEO perusahaan kontraktor yang ditunjuk Harvey untuk mengeksekusi proyek pembangunan mall baru miliknya."Boleh, saya akan turun langsung ke lokasi, Pak Brian. Apa ada helm pengaman dan rompi yang bisa saya pakai?" tanya Harvey sambil melepaskan dasi dan jas mahalnya karena akan menjalankan survey lapangan."Ada di mobil saya, Pak. Mari kita berangkat saja sekarang mumpung masih pagi!" Brian pun bangkit berdiri dan berjalan bersama Harvey menuju lift untuk turun ke lantai parkir basement.Kedua CEO muda berbeda bidang bisnis itu mengobrol seru tentang pembangunan proyek yang melibatkan kedua perusahaan masing-masing. Asisten Brian mengemudikan mobil, sedangkan Bob duduk di sampingnya di bangku depan."Ma
"Dito, kenapa belum ada kabar cucu menantuku hamil ya?" tanya Oma Widya dengan gundah gulana.Asisten pribadi Nyonya Besar Dharmawan itu pun menjawab, "Kita tidak tahu pastinya apa pasangan muda itu melakukan hubungan suami istri dengan benar atau sekadar pura-pura bersama saja demi menyenangkan hati Anda, Nyonya!" "Wah, apa mungkin Harvey mengelabuhiku saja dengan menikah kilat kemarin? Hmm ... ini tidak boleh dibiarkan. Kemarilah, aku akan membisikkan sesuatu untuk kau atur, Dito!" ujar Oma Widya penuh rahasia. Siang jelang sore itu, sebelum Harvey dan Isyana pulang, para pelayan di kediaman Dharmawan sibuk menyiapkan permintaan khusus Oma Widya. Asisten pribadinya yang langsung diberi tugas untuk mengawasi semua persiapan di kamar Isyana dan Harvey.Bunga-bunga segar pesanan dari Lutvia Florist dengan cepat ditata menghiasi kamar luas dengan interior mewah itu. Lilin-lilin aromaterapi ditempatkan di vas berisi air jernih untuk membangkitkan suasana romantis. Di dapur juga koki r
"Mmm ... yummy, semua masakannya lezat. Aku kenyang sekali, Mas. Nggak sanggup lagi perutku menampung semua makanan ini!" Isyana meminum jus buah kombinasi nanas dan semangka dengan sedikit lemon serta madu. Rasa dingin manis di mulutnya menghilangkan amisnya protein hewani beraneka rupa yang baru saja dia santap bersama Harvey.Suaminya bersendawa dan tertawa riang, Harvey pun berkata, "Entah ada apa dengan segala pengaturan ini. Rasanya justru seperti kita menjalani malam pengantin lagi dengan dekorasi kamar yang cantik dan makanan berlimpah seperti sedang pesta saja!""Aku kok ngerasa aneh sih ya. Soalnya nggak ada peringatan apa-apa dari pelayan maupun Oma Widya. Badanku juga ... ahh!" Isyana memijat leher serta tengkuknya sendiri. Hawa panas yang seakan butuh dikeluarkan dari tubuhnya membuat Isyana salah tingkah.Dia mengenakan lingerie warna gold yang membuat kulit putih mulusnya seperti berkilau tertimpa cahaya h
"Ya ampun, Mas Pedro! Kamu kenapa kok bisa bonyok-bonyok begini?" seru Alicia ketika menyambut suaminya pulang dari kantor."Hmm ... ini ulah suami Isyana. Tadi kami berkelahi dan dia memukuliku. Wajar saja wong pekerjaannya kuli bangunan, mana sanggup aku ngelawan pekerja kasar macam dia!" Pedro menghempaskan badannya di sofa kamar tidur.Alicia pun mencermati luka dan memar di wajah suaminya. "Apa sudah ke dokter, Mas? Takutnya infeksi deh kalau nggak diobatin!" ujarnya penuh perhatian."Udah kok, jangan kuatir. Oya, Alice ... maaf, pengacaraku sudah menyerah mengenai kasus yang menimpa mama kamu. Aku memilih biar kamu saja yang keluar dari sel tahanan dan nggak terseret dalam skandal pesta ulang tahunmu kemarin. Terpaksa mama kamu menjalani sidang beberapa hari lagi karena berkas perkara di kepolisian sudah lengkap diajukan ke persidangan pidana!" tutur Pedro dengan nada datar. Toh dia sudah berusaha maksimal, tetapi semua bukti dan saksi memberatkan Nyonya Marissa Gunarti. "Umm .
"Alice, makan yang banyak. Janinmu harus mendapat asupan gizi terbaik!" ujar Nyonya Rosma Husodo, ibunda Pedro yang sama halnya dengan seisi keluarga Husodo, mereka tertipu mentah-mentah dengan kabar kehamilan Alicia.Wanita itu mengangguk dan menjawab sopan, "Iya, Mama Mertua. Masakan koki rumah ini sangat lezat!" Pedro pun menaruh daging sapi lada hitam dan asparagus segar ke piring istrinya. "Tambah ya, Sayang!""Makasih, Mas Pedro. Cukup ya, setelah yang ini aku sudah saja makannya!" balas Alicia kalem di hadapan keluarga Husodo. Dia memang pandai berakting sebagai putri dari keluarga terhormat padahal ibunya hanya gundik ketika awal dia dilahirkan ke dunia."Ma, Pa, kami pamit istirahat terlebih dahulu ya!" ujar Pedro setelah makan malam usai.Ayah Pedro pun berkata, "Iya. Alicia harus banyak istirahat biar janinnya sehat dan bertumbuh makin kuat. Sampai besok, Nak!" Perkataan mertuanya membuat hati Alicia semakin gundah dan berbeban berat. Dia tidak hamil, itu persoalannya. Di
"Nyonya Muda?! HAHAHA ... sejak kapan rakyat jelata dapat panggilan begitu sih?" Alicia mengejek Isyana dengan sok hebat.Namun, Isyana tidak ingin mendebatnya. Dia ingat bahwa Harvey melarang untuk mengungkap identitas asli siapa dirinya ke orang luar terutama keluarga tiri Isyana. Dia memberi kode agar Pak Yono menyingkir dari Alicia. "Kau menjambak rambutku tadi, mungkin Pak Yono panik dan menyebutku begitu. Memang ada hukum yang melarang orang memanggilku dengan sebutan Nyonya Muda?" kelit Isyana dengan cerdik. "Hiliih ... kamu sok paham hukum aja. Sudah, kita ke kantor polisi sekarang. Mama butuh dikeluarkan dari sel tahanan secepatnya!" Alicia menyeret tangan Isyana lalu menjejalkan kakak tirinya itu ke bangku belakang mobilnya. "BRAKK!" Pintu mobil dibanting menutup lalu dia bertitah ke sopir, "Jalankan mobilnya, Pak Poyo!""Siap, Nyonya!" sahut Pak Supoyo sigap lalu melajukan kendaraan mewah milik Pedro itu menuju ke Polsek Tanah Abang.Ketika mereka bertiga sedang dalam pe
"Kita ke IGD sekarang. Aku kesal sekali dengan adik tirimu, Isya!" teriak Harvey dari atas sepeda motor yang dikendarainya. Mereka berhenti di belakang zebra cross ketika lampu lalu lintas menyala merah. Isyana melingkarkan kedua lengannya ke perut rata suaminya. Dia merasa sangat dicintai oleh Harvey. Semenjak kepergian kedua orang tuanya dari dunia, tak ada lagi orang yang menyayanginya dengan tulus."Iya, Mas. Aku nggak pengin terjadi hal buruk dengan calon anak kita!" ujarnya spontan yang pastinya membuat Harvey terkejut."Hahh?! Coba ulangi kata-katamu barusan, Isya!" seru Harvey mengalahkan suara knalpot kendaraan bermotor di sekitar mereka.Isyana agak ragu, ini hanya intuisinya bahwa dia tak lagi sendirian dan tengah berbadan dua. "Mas, besok pagi saja ya aku cek kehamilan pakai test pack. Sudah sebulan lebih kita bersama, bukan?" jawabnya ragu-ragu."Aku akan menemanimu melihat apa ada dua garis merah di alat test kehamilan pribadi itu besok pagi, Sayang! Wow aku tak sabar m