"Wah ... dua puluh milyar?!" bisik-bisik bercampur desah kagum para wanita yang menjadi tamu VVVIP acara rutin rahasia itu terdengar riuh berdengung seperti sarang lebah. "Seperti biasa ya, Tante Vina memang de best!" puji Brigitta yang telah menjadi MC kepercayaan club exclusive itu selama bertahun-tahun.Mata Pedro berkilat-kilat menatap targetnya malam ini. Nyaris separuh kesulitannya teratasi. Dia butuh 50 milyar untuk melunasi pinjaman ke debitur perusahaan keluarga Husodo. Nyonya Vina Intan Prasodjo tersenyum ke arah Pedro dengan tatapan penuh minat. Dia tahu mana barang bagus dan secara terang-terangan memandangi tonjolan kaum lelaki di balik celana kain warna creme yang dikenakan Pedro.'Astaga si tante ngeliatnya to the point banget. Bener si Jennifer, celana ini warna terang jadi bisa dipamerin ukuran burungku yang jumbo super big!' batin Pedro menelan rasa malu dipelototi area sensitifnya."Apa ada yang berani menaikkan penawaran dari dua puluh milyar? Wah, Mas Pedro baru
"Tuan Muda Harvey, sesuai perintah Anda sebelumnya. Pak Pedro sudah tidak mendapat keringanan cicilan kredit usaha. Namun, entah dapat talangan dana dari mana. Beliau mampu melunasi pinjaman beserta bunganya senilai 50 milyar!" ujar Pak Herman Rifani, pemilik bisnis finance swasta yang terkemuka di Jakarta. Harvey mengerutkan keningnya sembari mendengarkan penuturan koleganya di telepon. Dia dan Isyana sebenarnya sedang menjalani liburan babymoon ke Bali. Situasi sulit yang dia ciptakan untuk memberi pelajaran ke Pedro ternyata bisa diselesaikan oleh pria itu dengan mudah. 'Ckk ... uang 50 milyar itu bukan jumlah sedikit. Dari mana si Pedro mendapatkan dana jumbo dalam waktu singkat ya?' batin Harvey dengan terheran-heran. "Oke, Pak Herman. Sudahlah, anggap saja bagus. Toh Anda sudah dapat dana segar kembali dari debitur yang lama meminjam uang. Terima kasih atas bantuannya ya!" ujar Harvey tanpa menyalahkan Pak Herman sama sekali.Setelah mengakhiri panggilan dengan Pak Herman, di
"Kau harus setuju untuk bercerai denganku, Alicia. Di antara kita tak ada lagi cinta. Huhh, kebohongan sempurnamu tentang calon anakku itu telah membuatku kecewa berat!" ujar Pedro yang menjenguk Alicia pasca operasi pengangkatan tumor rahim.Namun, tak semudah yang diinginkan Pedro untuk menceraikan istri pembohongnya itu. Alicia mulai berair mata dan berteriak histeris di tempat tidur pasien, "Mass ... jangan ceraikan aku! Kita bisa memprogram bikin anak lagi setelah aku pulih. Dokter bilang semuanya aman setelah tumornya hilang. Tolong kali ini percayalah kepadaku!" "HAHAHA. Jangan mimpi, Al. Aku tak akan pernah mau memberikan kesempatan kedua untuk wanita busuk penyakitan semacam kau, Alicia Herawati. Penyesalan terbesarku adalah ketika menanggapi godaanmu sementara tunanganku begitu sempurna. Isyana selalu mendukung apa pun yang kulakukan, dia menjaga kesuciannya hingga menikahi kuli bangunan mokondo hina itu! Bangsattt!" seru Pedro berapi-api. Ini semua salah Alicia, itu yang m
"Bob, jadi gimana hasil penyelidikan kamu kemarin tentang dana yang didapat Pedro buat lunasin utang ke Pak Herman?" tanya Harvey sambil duduk di kursi CEO. Dia langsung berangkat ke kantor dari Bandara Soekarno-Hatta, sedangkan Isyana juga bekerja di Rumah Mode Berlinni. Asisten pribadi Pedro menjawab dengan wajah serius, "Ada sebuah komunitas wanita berkocek tebal yang bernama La Femme Fatale. Nampaknya Pak Pedro itu menjual servicenya untuk wanita-wanita jablai atau kesepian!" "Apa? Hmm .... lima puluh milyar rupiah itu banyak lho. Masa hanya jual diri bisa dapat segitu?" sahut Harvey seakan tak percaya."Benar, Tuan Muda Harvey. Member komunitas itu memang crazy rich wanita. Ketuanya bernama Vina Intan Prasodjo. Coba Anda baca profil beliau di internet. Keluarga suaminya dari grup Prasodjo menguasai tambang emas dan batu bara di Kalimantan. Karena suaminya sudah lama stroke jadi Nyonya Vina yang menggantikan posisi CEO di perusahaan induk grup Prasodjo," tutur Bob Oliver dengan
"Halo, Isyana. Apa boleh aku menemuimu sebentar di Jakarta? Kebetulan aku, Ryota, dan mama akan berjalan-jalan sebelum meeting dengan klien penting besok!" ujar Ryuga Koganei di telepon.Isyana pun merasa kebingungan harus menjawab apa, suaminya sangat posesif bila dia berhubungan dengan pria lain sekalipun hanya sekadar berbincang santai. "Halo, Ryuga. Bagaimana kalau kalian berkunjung ke tempat kerjaku saja? Ada cafe and resto area di Rumah Mode Berlinni. Akan kukirim lokasinya ke nomor HP kamu ya?""Baiklah, kamu pasti takut suamimu berpikir yang tidak-tidak ya kalau kita janjian untuk makan bersama di luar? Tenang, ada mamaku juga, beliau orang asli Indonesia yang berimigrasi menjadi warga negara Jepang. Kalian pasti mudah akrab nanti!" bujuk Ryuga."Wow, benarkah? Okay, kutunggu kamu bersama mama serta adikmu di Rumah Mode Berlinni ya, Ryuga!" balas Isyana sebelum mengakhiri teleponnya.Di Bandara Soekarno-Hatta, Ryuga dan keluarga kecil Koganei sedang menunggu antrean taksi yang
"Bu Alicia, ada Pak Pratomo yang ingin bertemu di depan!" ujar Cindy salah satu pramuniaga di butik milik Alicia yang berlokasi di salah satu mall besar Jakarta.Alis melengkung tipis itu berkerut seraya menjawab, "Suruh masuk ke ruanganku aja, Cin!" Maka Cindy pun keluar dari kantor bosnya dan mempersilakan manager pengelola mall yang bertandang tersebut masuk. Tanpa diduga Pak Pratomo yang dipersilakan untuk duduk di kursi seberang Alicia berkata, "Selamat siang, Bu Alicia. Saya beberapa kali datang ke mari. Namun, kata anak-anak butik, Anda sedang dirawat di rumah sakit pasca operasi. Jadi tujuan saya ke mari tak lain untuk menanyakan masa perpanjangan sewa lapak butik ini.""Lho, bukannya butik ini sudah dibayar lunas selama setahun di muka ya sama Mas Pedro? Harusnya masih ada sekitar tujuh bulan lagi dong!" Nada suara Alicia melengking naik. "Hmm ... kebetulan sekali, Pak Pedro yang tadinya ingin membayar per periode dicicil setiap setengah tahun sekali menghubungi saya kemar
"Maaf, kalau kedatangan kalian di butikku untuk meminta agar aku membeli barang afkir busana di butik Alicia yang akan tutup, aku menolak. Jadi sudah jangan mempermalukan diri kalian sendiri dengan menjadi tontonan banyak orang!" tegur Isyana tegas kali ini. Dia sudah lelah berbaik hati dengan ibu tiri dan adik tirinya yang tak tahu diuntung itu. Nyonya Barbara Koganei pun tertawa renyah lalu berkomentar dengan sinis ke pasangan ibu-anak di hadapannya, "Ohh ... jadi butik Alicia bangkrut ya? Lalu dengan tanpa malu mengemis agar Isyana membeli isinya? Ckckck ... itulah, sok borju sedari dulu. Gundik papanya Isyana yang memaksa naik kasta dan menghalalkan segala cara. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya, bukan?!" "KAU! JAGA MULUTMU YANG LEMAS ITU!" tuding Nyonya Marissa dengan hati panas ke wajah bibi Isyana tersebut."Udah deh, Ma. Kita yang waras pergi aja dari sini. Cih ... pedes banget omongan Tante Barbara itu!" Alicia tak berani melawan kembaran mama Isyana karena wanita itu tak k
"Nyonya Isyana Prameswari, silakan masuk ke ruang periksa!" panggil perawat jaga ruangan dokter spesialis kandungan Merina Efendi.Harvey membantu istrinya bangkit dari bangku ruang tunggu. "Hati-hati ya, Sayang. Nggak sabar deh buat tahu jenis kelamin si kembar!" ujar suami Isyana sebelum membukakan pintu ruang periksa."Hai, selamat datang kembali. Jadi sudah lima bulan usia kandungan Nyonya Isyana ya. Silakan berbaring di bed pasien untuk dicek USG!" sambut Dokter Merina dengan ramah. Isyana dibantu oleh Harvey menaiki tangga untuk berbaring di tempat tidur. Dalam sekejap saja pemeriksaan USG itu mendapatkan hasil pasti jenis kelamin janin kembar di rahim Isyana. "Jagoan kembar nih, cowok semua dan detak jantungnya kuat. Selamat ya, Pak Harvey dan Nyonya Isyana. Saya turut senang!" ujar Dokter Merina Efendi dengan yakin setelah menemukan alat kelamin janin yang telah terbentuk dengan jelas."Wow, keren banget. Ini kabar yang membahagiakan. Terima kasih, Dok!" sahut Harvey dengan
Lampu-lampu di taman bunga yang dinamai Luna-Alba City Garden mulai dinyalakan sore jelang petang. Sepasang suami istri yang bergandengan tangan menyusuri jalan setapak di antara rimbunnya pepohonan pinus itu saling melempar tatapan mesra."Mas bangga sama kamu, Isya Sayang!" ujar Harvey dengan senyuman lebar."Makasih, Mas. Banyak hal yang kucapai hingga saat ini, semua nggak lepas dari dukungan yang besar dari kamu!" sahut Isyana kalem. Dia tidak lantas besar kepala karena pencapaiannya. Jauh di lubuk hatinya, Isyana masih sama seperti dulu. Wanita yang lugu dengan cara pandang sederhana terhadap kehidupan. Harvey menghentikan langkah mereka karena keduanya telah jauh dari keramaian. Dia melingkarkan kedua lengannya di punggung Isyana sembari menatap wajah cantik jelita istrinya. "Terima kasih untuk tidak berubah. Di mataku, kamu wanita yang mengagumkan dengan ketegaran dan kemurnian langka. Isya ... apa kau tahu jikalau aku bisa, seisi dunia akan kupersembahkan di bawah kakimu!" g
"Jeng Cintya, lama nggak ketemu buntutnya sudah banyak aja nih!" sapa Isyana di sebuah family restoran yang ada di Jakarta Pusat. Dia bertukar peluk cium dengan sahabat lamanya itu yang memang belakangan sangat sibuk dengan karir dan keluarganya.Cintya Husodo, istri pengusaha tekstil dan garment tersebut hanya bisa tertawa malu-malu. Selama lima tahun pernikahan, mereka telah memiliki tiga anak, yang pertama perempuan yaitu Khanza. Adiknya laki-laki bernama Xavier, yang bungsu juga laki-laki yaitu Ronaldo. Karena sang ayah fans berat pemain sepak bola CR7."Ahh ... masih kalah sama kamu, Jeng Isya!" sahut Cintya seraya duduk di sofa bersebelahan dengan Isyana. "Beda satu aja lho, Jeng! Hahaha." Isyana yang memiliki empat anak pun tertawa renyah sebelum mengutarakan maksudnya mengajak sahabat lamanya itu bertemu. Isyana pun mulai berbicara serius, "Jadi begini Jeng Cintya, saya mendapat tugas dari perusahaan tempat saya bekerja; First Sunshine Apparel Company buat menyelenggarakan f
Berita kelahiran putri kembar Isyana telah sampai ke Negeri Sakura. Nyonya Barbara Koganei langsung meminta Tuan Akehito Koganei untuk menemaninya terbang ke Jakarta dari Bandara Haneda. "Aku ingin putri kembar Isyana dan Harvey menjadi anak angkat kita, Mama. Apa boleh?" tanya Tuan Akehito kepada istrinya di dalam kabin pesawat Japan Airlines yang telah mengudara baru saja."Papa serius? Boleh, nanti Mama yang bilang ke mereka. Nama kedua bayi perempuan itu Luna dan Alba. Rencananya kita mau kasih kado apa nih?" tanya Nyonya Barbara. Suaminya itu konglomerat pengusaha bisnis jaringan supermarket dan minimarket di Jepang. Selain itu ada tiga hotel yang menjadi milik keluarga Koganei masing-masing di Tokyo, Nagoya, dan Osaka. Sejenak pria asal Jepang itu berpikir lalu tercetuslah ide, dia berkata, "Papa akan hadiahkan sebuah taman yang berlokasi di Jakarta dengan nama mereka. Pasti akan menjadi hadiah kelahiran yang berkesan dan dikenang sepanjang masa!""Wow, ide Papa spektakuler se
Handphone di tas kerja Cakra berdering terus selama beberapa menit. Akhirnya, Joko yang mendengarnya pun menghampiri bosnya dan berkata, "Mas Bos, hape sampeyan muni terus niku!" (Mas Bos, handphone kamu berbunyi terus itu!)Dengan perasaan tak enak Cakra pun berlari-lari ke teras belakang rumah di mana dia menaruh tas bersama barang-barang milik karyawannya. Ketika melihat si penelepon adalah istrinya dengan catatan lima kali missed call, Cakra segera menjawab panggilan tersebut, "Halo, Dek Al. Ada apa? Tumben kok telepon nggak henti dari tadi?" "Halo, Mas—aku sudah di IGD Rumah Sakit Mitra Keluarga. Tadi Pak Yono yang jemput aku di gerai kue di mall. Aku sudah pecah ketuban, Mas!" ujar Alicia dengan kepanikan tersirat dari suaranya."Oke, Mas nyusul kamu ke sana sekarang. Apa ada yang nemenin di IGD, Dek?" tanya Cakra yang ikut panik."Kak Isya nungguin aku di sini, Mas. Hahaha. Jadi wanita hamil nungguin wanita mau melahirkan nih!" Alicia masih sempat-sempatnya bercanda. Sementara
Blitz kamera wartawan menyerbu sosok wanita berperut buncit yang memberikan press conference di atrium Mall Fritzgerald. Isyana berbicara mewakili First Sunshine Apparel Company cabang Indonesia di podium. Bob Oliver yang duduk menemani big bossnya di deretan kursi tamu VVIP tersenyum dengan tatapan kagum. Dia berkomentar, "Luar biasa, saya turut bangga dengan prestasi Nyonya Isyana, Tuan Muda!""Dia wanita yang sepadan sebagai pendamping hidupku, Bob. Bahkan, kehamilan tidak menghalangi segala aktivitasnya yang sibuk. Isabella juga memuji istriku!" jawab Harvey dengan senyuman menghiasi wajah tampannya. "Oya, bakery Nyonya Alicia ramai diserbu pengunjung mall ini, Tuan Muda Harvey!" lapor Bob Oliver yang tempo hari membantu mengurus soft opening gerai bakery dan pastry milik Alicia.Alis Harvey terangkat sebelah melirik ke asisten pribadinya itu. "Baguslah, awasi terus bisnis Alicia. Aku ingin tahu apakah dia sehebat kakak tirinya dalam berusaha!" titahnya."Tentu saja, akan saya p
"Halo, apa benar ini Ibu Isyana Prameswari?" "Halo, iya. Saya Isyana Prameswari, dengan siapa saya berbicara?" jawab wanita itu di telepon dari nomor baru tak dikenal.Suara wanita yang terdengar profesional menjawab Isyana, "Perkenalkan, saya Nikita Alexandra. Di sini saya menghubungi Anda mewakili First Sunshine Apparel Company yang berpusat di Houston. Kami ingin menawarkan kerja sama bisnis dengan Bu Isyana. Desain outfit Anda khususnya busana anak-anak menarik perhatian CEO perusahaan induk di Amerika. Mrs. Isabella MacConnor-Benneton ingin merekrut Anda sebagai desainer perwakilan kami untuk wilayah Asia. Bagaimana tanggapan Anda, Bu Isyana? Kami berharap akan ada respon positif."Isyana nyaris tak dapat berkata-kata, dia telah lama mengidolakan Isabella MacConnor yang desainnya sungguh spektakuler dan unik. Tak ada angin maupun hujan, dirinya direkrut menjadi tim desainer malahan menjadi Ambassador Designer untuk wilayah Asia. "T—tentu saya mau bergabung, Bu Nikita. Apakah ki
"Nyonya Zemi, maaf ... renovasi taman samping rumah harus dihentikan dulu untuk siang jelang sore ini. Hujan turun begitu deras, kurang baik untuk menanam tumbuhan. Besok saya dan rekan-rekan akan kembali menata taman sesuai keinginan Anda!" tutur Cakra dengan kaos yang basah oleh air hujan kepada kliennya."Ohh ... nggak perlu sungkan, Mas Cakra. Saya paham kok memang hujan begini, jangan dipaksa. Saya harap kelak taman samping rumah ini akan nampak sedap dipandang, terutama ketika family gathering atau ada acara kumpul bersama teman-teman. Ya sudah, diminum dulu kopinya. Nanti silakan pulang saja kalau agak reda hujannya!" jawab Nyonya Zemi Rania ramah sembari mempersilakan para tukang kebun menikmati kopi panas dan kudapan buatan koki rumahnya.Customer baru perusahaan penata landscape luar rumah dan pertamanan milik Cakra itu diperoleh dari pujian mulut ke mulut klien yang puas. Nyonya Zemi Rania berteman baik dengan Nyonya Zuri Agnesa yang taman kediaman Kenneth sudah divermak me
"Bersulang!" seru Harvey mengangkat gelas araknya bersama Pedro dan seisi ruangan VIP Kaiseki Kikunoi Restaurant yang telah dia reservasi. Keluarga Koganei ternyata menyusul ke restoran tradisional Jepang yang ternama itu dan menambah meriah suasana makan malam. Tuan Akehito bersama istri dan keempat putranya yang telah dewasa menenggak arak mahal di gelas keramik masing-masing."Wah, bagaimana pengalaman kalian selama berada di negeri kami? Semoga berkesan dan ingin berkunjung lagi di lain waktu!" ujar Tuan Akehito Koganei."Jepang di musim semi sungguh indah, Paman. Sayangnya kami lusa harus kembali ke Jakarta. Mungkin beberapa bulan lagi aku akan berkunjung lagi untuk perjalanan bisnis!" jawab Harvey sopan. Memang sebagian besar kliennya berasal dari Negeri Sakura, konglomerat di sana menyukai berinvestasi dengan perusahaan yang memiliki prospek bagus di Indonesia.Pedro pun ikut unjuk gigi, dia menjawab, "Aku juga, Paman. Musim gugur nanti ada proyek baru dengan Mister Takagi Has
"ISYA!" panggil Harvey sembari melambaikan tangannya berlari menghampiri sang istri. Dia baru saja menyelesaikan meeting bersama investor asal Jepang dan buru-buru menyusul rombongan dari Jakarta yang menikmati pemandangan bunga Sakura mekar di Tokyo Public Park.Warna pink yang dominan di ranting-ranting subur pohon Sakura membuat suasana sore itu menjadi lebih romantis. Terutama bagi pasangan kekasih atau suami istri yang sengaja berjalan-jalan di taman kota."Udah kelar ya acara Mas Harvey?" tanya Isyana yang dipeluk dan dikecup mesra keningnya oleh sang suami. Penampilan Harvey masih standar seorang CEO, setelan jas biru navy dengan kemeja putih yang berdasi juga. Dia belum sempat pulang ke hotel untuk bertukar pakaian. Takutnya terlalu sore menyusul rombongan anak-istri, Oma Widya, dan yang lainnya. "Hu-um, aku pengin nemenin kamu menikmati indahnya bunga Sakura di musim semi. Nggak tiap hari bisa lihat pemandangan seperti ini 'kan?" ujar Harvey seraya merangkul bahu istrinya.