Home / Romansa / Suami Dadakanku Ternyata Cucu Konglomerat / Bab 6 Cepatlah Pergi ke Rumah Suamimu

Share

Bab 6 Cepatlah Pergi ke Rumah Suamimu

Author: Handira Rezza
last update Last Updated: 2024-03-15 15:35:31

"Aku setuju.” Damar tersenyum, lalu mengangguk pelan.

Mereka berdua lalu berjabat tangan, tanda telah menyetujui perjanjian pernikahan. Meski tidak ada perjanjian secara tertulis—belum, tetapi Soraya yakin, Damar adalah pria yang bisa dipercaya.

Tidak hanya itu, Damar bahkan pria yang begitu perhatian. Sebab, sebelum mereka kembali masuk ke Gedung pernikahan Sabrina dan Cakra, pria itu meminta Soraya untuk mengganti bajunya dengan baju yang telah disiapkan oleh pria itu.

“Kapan kamu menyiapkannya?” Soraya bertanya saat seorang perempuan yang tebakannya adalah orang suruhan Damar, membawakannya sebuah gaun pernikahan. “Melihatmu menyiapkan semuanya, aku curiga kalau kamu bukan pelayan biasa.”

Kerutan di dahi Soraya tidak hilang-hilang ketika bertanya. Banyak kejanggalan yang ia temukan pada Damar, sikapnya dan juga kesiapannya pada pernikahan dadakan mereka.

Namun demikian, pria itu hanya tersenyum. “Meski pernikahan ini dadakan, aku ingin istriku memakai gaun semestinya.” Damar menunjuk kotak hitam yang berisikan baju pernikahan. “Meskipun itu hanya sebuah gaun sewaan.”

Soraya menatap kotak yang dipegangnya dan Damar secara bergantian. Gaun sewaan? Pikirnya lagi-lagi curiga.

Di kotak itu tertulis sebuah merk gaun ternama, yang mana ia yakin betul merk itu tidak menerima sewa, apalagi untuk gaun pernikahan. Tetapi, karena tidak memiliki waktu lagi karena pernikahan mereka akan segera dilaksanakan … Soraya pun akhirnya memilih untuk percaya.

Tepat setelah pernikahan Sabrina dan Cakra selesai digelar, ketika tamu sudah mulai meninggalkan gedung … pernikahan Soraya dan Damar dilaksanakan.

Meski diadakan dengan dekorasi sisa pernikahan adiknya, mendapati dirinya tetap menjadi pengantin wanita di hari ini nyatanya membuat Soraya gugup.

Tidak ada penyambutan kala dirinya jalan ke altar seperti pengantin lainnya, tapi Soraya tetap senang. Senyumnya tidak luntur kala ia melangkah menuju altar. Terlebih, saat melihat Sabrina terkejut sebab ia memakai gaun pernikahan juga.

Damar dan Soraya mengikat janji. Keduanya kini telah resmi menjadi sepasang suami istri.

Tepat setelah itu, Bu Amber menghampirinya. Bukan untuk mengucapkan selamat, melainkan datang dengan ucapan sinisnya.

"Setelah ini, kamu bisa mengemasi barangmu dan mengikuti suamimu. Kami tidak punya lagi kewajiban memberikan nafkah padamu."

"Tenang saja, Bu. Soraya sudah jadi tanggung jawab saya. Perihal nafkah, Anda tidak perlu khawatir."

Melihat kepercayaan diri tumbuh begitu besar di wajah kakak iparnya, Sabrina lantas berdecih. “Percuma punya wajah tampan, kalau kamu tidak kaya, Kakak Ipar.”

"Biarlah, Sayang. Dia dan Soraya memang pasangan yang cocok. Sama-sama berstatus rendah," ledek Cakra.

Soraya ingin membalas ucapan Cakra. Tapi Damar mencegahnya agar tidak menimbulkan keributan untuk kedua kalinya. “Terima kasih telah memberiku kesempatan menikahinya, Cakra.”

Di hadapannya, Cakra terlihat geram kala namanya disebut. Pria itu mengepalkan kedua tangan. “Meski kamu kakak iparku, bukankah seharusnya kamu tau sopan santun?”

“Sudahlah, Sayang. Mereka memang tidak punya otak! Jangankan otak, uang saja mereka mungkin tidak ada.” Sabrina mencoba menenangkan suaminya yang mulai kepanasan. “Lihat saja bajunya, meski itu sangat mirip dengan merk ternama, aku yakin itu hanyalah gaun imitasi. Mana mungkin, seorang pelayan dan anak angkat yang hanya desainer tidak berbakat mampu membeli gaun seperti itu, kan?”

Kini, Soraya tidak bisa diam lagi. Kekesalannya sudah mencapai puncak, sebab hinaan dari Sabrina bukan lagi mencecarnya, tetapi juga sang suami.

“Dengar, ya, Sabrina! Meski gaunku hanya gaun sewaan, aku senang karena gaun ini diberikan suamiku untukku!” Soraya memandang gaun yang dikenakan Sabrina dengan decihan, lalu bergantian menatap Cakra dengan pandangan murka. “Bukan seperti suamimu, memberikan gaun yang seharusnya untuk orang lain. Iya kan, Cakra?”

Seketika Cakra membulatkan matanya, ternyata Soraya menyadari kalau resepsi pernikahannya menggunakan semua ide yang dicetuskan oleh Soraya kala masih pacaran. Tapi Cakra berhasil menutupi kegugupannya itu dengan merangkul Sabrina yang kini resmi menjadi istri sah.

“Kamu ini bicara apa sih, jangan mengada-mengada deh,” ucap Cakra.

“Aku punya buktinya, Cakra. Apa kamu mau aku permalukan lagi,” balas Soraya dengan sorot mata yang tajam.

“Cukup Soraya. Jangan bertingkah konyol lagi di depan umum seperti ini,” tegas Pak Kwong.

Pak Kwong memberikan tiket pesawat untuk bulan madu, Cakra dan Sabrina. Lengkap dengan hotel dan fasilitas lainnya. Hati Soraya menjadi sesak, karena melihat hal itu. Beruntung sekali Sabrina mempunyai orang tua yang menyayanginya. Seandainya itu adalah Soraya, saat ini mungkin dia sudah menjadi orang yang paling bahagia.

“Cepatlah pergi bulan madu, anakku. Kalian harus menikmati masa indah pernikahan yang telah disiapkan oleh ayahmu,” ucap Bu Amber sembari melirik Soraya dengan senyuman menghina. Mungkin dia sadar mimik wajah Soraya yang menunjukkan kesedihan.

“Soraya, kamu tidak boleh iri denganku karena mendapatkan semua ini dari ayah dan ibu,” ledek Sabrina.

“Aku tidak akan pernah iri denganmu, karena suamiku akan mengajakku bulan madu setelah ini,” balas Soraya sambil menggandeng erat tangan Damar. “Iya, ‘kan, sayang?”

Damar hanya mengangguk tanda ia menyetujui pernyataan istrinya. Sedangkan Sabrina mendecih kesal, bisa-bisanya Soraya masih bisa menyombongkan diri menikah dengan seorang pelayan. Memangnya seorang pelayan bisa membawanya bulan madu kemana.

“Sabrina, jangan buang waktumu untuk hal yang tidak penting,” ucap Bu Amber. “Cepatlah pergi bersiap-siap untuk bulan madu,” imbuh Bu Amber. Sabrina mengangguk, lalu menggandeng Cakra dengan bahagia meninggalkan tempat itu.

Bu Amber menatap Soraya yang membuatnya kesal sekaligus malu di hari pernikahan sang putri hari ini.

“Kamu juga cepatlah pergi. Bukannya tadi kamu sudah bilang bisa menafkahi Soraya,” ucap Bu Amber sambil melipat kedua tangannya.  

Damar menggenggam jemari tangan Soraya seraya membisikkan kalimat, “Pamitlah ke orang tuamu, kita akan pulang sekarang,”

“Kita langsung ke rumahmu sekarang?”

Damar hanya mengangguk pertanda mengiyakan. Soraya menatap kedua orang tua angkat yang ada di depannya itu, “Ayah, Ibu, saya pamit,” ucapnya kemudian. Bagaimanapun juga Pak Kwong dan Bu Amber sudah mengasuhnya, jadi ini adalah penghormatan terakhir untuknya. Pak Kwong mengangguk, sedangkan Bu Amber mengibaskan tangannya tanda menyuruh Soraya segera pergi dari hadapannya.

Soraya pergi, mengikuti langkah kaki Damar yang menggandeng tangannya. Hatinya sesak mengingat semau impian pernikahnnya dipakai orang lain. Tapi dia lega juga karena sudah tidak lagi menjadi beban di keluarga Kwong.

Sepanjang perjalanan menuju rumah Damar, Soraya hanya melamun, larut dalam pikirannya sendiri. Hingga tidak terasa mereka berdua sudah sampai di depan rumah mewah.

“Ayo turun, kita sudah sampai,” ajak Damar.

“Damar, kamu mau ajak aku tinggal di rumah majikanmu?” tanya Soraya yang kebingungan karena yang dia lihat adalah sebuah rumah mewah.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Nah . Damar horang kaya. ...terus aja menghina Soraya Sabrina ntar kamu kaget kalo tau damar tajir melintir hihi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suami Dadakanku Ternyata Cucu Konglomerat   bab 7 Selamat Datang di Keluarga Huang

    “Rumah majikan?” ucap Damar sambil mengerutkan keningnya, tetapi tidak lama pria itu kembali bersuara. “Ya, ini rumah majikanku,” ucapnya sambil tertawa.Sontak, Soraya dirundung kepanikan. Ia meraih lengan Damar, menahan pria itu untuk melangkah.“Kamu gila?!” makinya dengan berbisik. “Kenapa tidak bicara dari awal? Kalau gitu, ayo kita cari kontrakan saja. Uangku kayaknya masih cukup untuk cari kontrakan petak beberapa bulan.”Di hadapannya Damar menatap Soraya dengan tatapan lembut, “Tidak usah khawatir, percaya saja padaku.”Meski masih ragu, Soraya akhirnya mengangguk. Sebab, pria itu terlihat begitu yakin, terlebih kala tangan pria itu menggenggam tangannya dan mereka melangkah memasuki rumah mewah itu bersama.“Damar!”Seorang wanita separuh baya yang terlihat masih cantik menyambut mereka dengan tatapan membola. Soraya tebak, wanita itu adalah majikan Damar yang marah karena anak buahnya tidak bekerja dengan baik.Soraya jadi takut kalau Damar akan dipecat dari pekerjaannya. “P

    Last Updated : 2024-03-16
  • Suami Dadakanku Ternyata Cucu Konglomerat   BAB 8 Belum ingin meninggalkan Maldives

    Saat Soraya dan Damar menunggu pukul enam sore untuk bisa makan malam di restoran bawah laut ... Lagi-lagi mereka bertemu dengan dua orang yang paling dibenci.“Mau apa kalian di sini? Numpang foto doang!” ledek Sabrina.“Untuk bisa masuk ke sini harus reservasi dahulu dan hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk,” imbuh Cakra.“Kalau belum reservasi untuk apa kami menunggu di sini,” balas Soraya sambil memutar bola mata.Cakra dan Sabrina saling bertatap muka kemudian menertawakan Soraya. “Jangan mimpi kamu Soraya bisa makan di restoran bawah laut ini,” ledek Sabrina. “Kamu tahu, harganya bahkan bisa menghabiskan gajimu setahun.”“Jangan-jangan suamimu yang pelayan itu ingin melamar kerja di sini,” ucap Cakra yang menunjukkan senyuman mengejek. “Sudahlah Soraya kamu tidak akan pernah bisa bersaing dengan kami,” cela Sabrina.Damar kelewat cuek, dia sama sekali tidak menyahut kedua orang yang bermulut lemes itu. Tepat pukul enam sore waktu setempat, seorang executive chef menghamp

    Last Updated : 2024-03-20
  • Suami Dadakanku Ternyata Cucu Konglomerat   BAB 9 Berapa yang harus aku bayar

    Soraya segera memasukkan ponselnya ke tas karena mobil jembutan sudah datang. Sampai di rumah, Soraya mandi dengan air hangat, lalu tidur sampai pagi. Ketika bangun tidur dipagi hari, Soraya tidak melihat Damar berada di sisinya. “Aku sudah lama tidak tidur senyenyak ini,” gumam Soraya seraya melihat ke seluruh ruangan berharap menemukan Damar di ruangan itu. Sepucuk kertas dengan catatan dia temukan di nakas samping tempat tidurnya. “Apa ini?” ucap Soraya penasaran lalu membacanya. “Aku berangkat kerja duluan, tidurmu terlalu nyenyak jadi aku tidak tega membangunkanmu. Sampai jumpa sore nanti,” Soraya senyum-senyum sendiri membaca catatan itu. Ternyata Damar mempunyai sisi tidak tegaan dibalik sikapnya yang dingin. Ponsel Soraya bergetar tanda sebuah pesan masuk dia segera mengeceknya. [“Cepat datang ke butik, apa kamu tidak butuh uang lagi!”] Soraya melempar ponselnya ke kasur, masih teringat jelas bagaimana Pak Kwong dan Bu Amber secara tidak langsung mengusirnya setelah res

    Last Updated : 2024-03-21
  • Suami Dadakanku Ternyata Cucu Konglomerat   BAB 10 Soraya belum Diakui

    Sabrina masih mematung melihat kepergian Damar dan Soraya. Dia bahkan mencubit pipinya untuk membuktikan kalau dia tidak bermimpi.“Ti-dak mungkin, ini tidak mungkin terjadi,” keluh Sabrina.“Soraya bisa mendapatkan Damar Huang, seorang cucu konglomerat di kota ini,” imbuhnya.Sebagian orang mungkin mengetahui nama orang besar saja, tapi jarang mengetahui bagaimana wajah asli orang tersebut.Saat Sabrina tengah frustasi mengetahui fakta bahwa Soraya bisa menikah dengan orang terkaya di kota ini. Soraya justru tengah merasakan kebahagian karena dicintai dengan tulus oleh Damar. Dia bisa merasakan bagaimana rasanya dikhawatirkan seperti ini.“Berikan ponselmu,” pinta Damar sembari mengulurkan tangannya.“Ini, tapi buat apa?” tanya Soraya sambil menyerahkan ponselnya.Damar segera meraih ponsel itu tanpa menjawab pertanyaan Soraya. Pria tampan itu langsung mengetik nomor telponnya dan menyimpan dengan nama “suamiku,” lalu dia menyerahkan ponsel Soraya kembali.“Lain kali kamu mau apapun

    Last Updated : 2024-03-22
  • Suami Dadakanku Ternyata Cucu Konglomerat   BAB 11 Kamu Pelayan di rumah ini

    Soraya terus melangkahkan kakinya, dia tidak peduli Sabrina terus mengoloknya. Percuma bersuara sekarang, Soraya ingin Sabrina akan diam dan malu pada saat yang tepat.“Huft, menyebalkan sekali,” ucap Soraya sambil menyandarkan punggung pada tembok di sudut tempat janjian dia bertemu Damar.“Sepertinya kamu sangat lelah,” ucap Damar yang tiba-tiba berada di samping Soraya.Soraya langsung memeluk Damar, dia lelah dengan perilaku Soraya hari ini. Walau sudah terbiasa hingga kebal menghadapi penindasan dari Sabrina, tapi hari ini Sabrina ingin seseorang menguatkannya.“Kamu boleh menangis kalau itu bisa membuatmu tenang,” ucap Damar sembari mengusap lembut rambut Soraya. Dilihat dari gelagat Soraya sepertinya dia sangat tertekan.Detik itu juga, Soraya menitikkan air mata dan menangis sesenggukan di pelukan Damar. Kalau biasanya dia menangis sendirian di pojok ranjang usangnya. Kali ini Soraya menangis dipelukan orang yang membuatnya nyaman.“Aku kira, aku kuat, ternyata aku seorang wan

    Last Updated : 2024-03-23
  • Suami Dadakanku Ternyata Cucu Konglomerat   BAB 12 Dia Mengaku Sebagai Istri Pak Damar

    “Bu Maneger,” ucap Soraya lembut. Sebenarnya dia kaget kenapa sepagi ini Bu Manager bisa berada di rumahnya.“Aku tanya padamu sekali lagi. Apa kamu adalah seorang pelayan di rumah ini?” tanya Bu Manager dengan galak.Soraya masih mematung di tempatnya. Dia masih berpikir, kalau dia mengungkapkan identitasnya apakah Bu Maneger itu akan percaya dengan ucapannya.“Kenapa diam saja, cepat kamu beritahu Pak Damar kalau aku sudah datang,” ucap Bu Manager dengan angkuh.“Ada urusan apa sepagi ini ingin menemui Pak Damar?” tanya Soraya.Bu Manager itu menertawakan Soraya, memandangnya sinis karena bertanya seolah dia adalah nyonya rumah. Pasalnya selama bekerja di mall milik keluarga Huang, manager itu belum pernah melihat Soraya sebelumnya.“Itu bukan urusanmu, aku sudah sering ke rumah ini membicarakan soal penjualan di gerai,” jawab Bu Manager dengan angkuh, dia melipat kedua tangannya ke depan seolah menantang Soraya.“Oh, seperti itu. Pak Damar sudah berangkat bekerja, kamu terlambat da

    Last Updated : 2024-03-24
  • Suami Dadakanku Ternyata Cucu Konglomerat   Bab 13 Kenapa Kakek Menindas istriku

    Soraya perlahan mendekat ke arah pria tua, berpenampilan necis, serta tongkat di tangan itu. Walau wajahnya sudah dipenuhi kerutan masih memancarkan ketampanan.“Siapa Anda sebenarnya?” tanya Soraya.“Dasar pelayan tidak tahu diri. Mengaku sebagai istri Pak Damar tapi tidak tahu siapa orang yang berdiri di depannya ini,” cerocos Manager.Plak, Kakek tua itu menampar Manager yang tidak tahu sopan santun itu, “Diam!” seru Kakek tua itu.“Namaku, Elio Huang, kakeknya Damar,” ucap Pak Elio dengan lembut, tak lupa pak tua itu mengarahkan tangannya untuk berjabat tangan.Soraya menjadi kikuk saat tahu siapa yang berdiri di depannya itu, dia menjabat tangan kakak itu lalu berkata,” Silahkan duduk,”Pak Elio duduk di sofa ruang tamu, Soraya segera membuatkan teh untuk pria tua itu lalu duduk di sofa seberangnya. Soraya sudah siap kalau mendapatkan kata makian atau hinaan dari Pak Elio saat ini. Soraya meremas kedua tangannya menghadapi Pak Elio.“Tidak usah gugup seperti itu, aku hanya datang

    Last Updated : 2024-03-25
  • Suami Dadakanku Ternyata Cucu Konglomerat   BAB 14 Seandainya Ibu Tidak memungutmu dari Panti

    Soraya mengelap air matanya, dia menangis karena terharu bukan karena ditindas. Untuk apa Damar sampai semarah itu. “Ini tidak seperti yang kamu bayangkan. Aku hanya menangis bahagia karena keluargamu menerimaku,” ucap Soraya. Wajah Damar menciut, ekspresinya berubah saat Soraya mengatakan itu. Tapi seorang Damar tidak pernah mengakui kalau dia salah di depan sang Kakek. “Kamu membuatku khawatir saja,” ucap Damar sambil melirik sang Kakek. “Kakek akui kamu tidak salah memilih,” puji Pak Elio sambil mengangkat kedua jempol jarinya. “Aku memang tidak pernah salah menilai,” balas Damar sambil tersenyum bangga. Damar melihat seisi ruangan itu, tentu saja yang dia cari adalah bawahan yang berani menindas Soraya kemarin. Dia ingin memberinya peringatan kalau menyakiti Soraya berarti telah menentangnya. “Bu Manger sudah kembali bekerja. Aku sendiri yang memberinya satu kesempatan untuk berubah,” ucp Soraya. “Kenapa kamu begitu bermurah hati seperti itu. Tapi apapun keputusanmu, aku ak

    Last Updated : 2024-03-26

Latest chapter

  • Suami Dadakanku Ternyata Cucu Konglomerat   Bab 117 Hidup Bahagia bersama Damar. (Tamat)

    Orang yang mengetuk kaca mobil Damar adalah Kanaya adik dari Pak Kwong. Damar membuka kaca mobilnya dengan rasa malas meladeni perempuan itu. Tapi dia penasaran juga mau bertingkah apa lagi wanita ini "Ada apa?" tanya Damar. "Boleh kita bicara sebentar?" ucap Kanaya dengan lembut "Tidak usah berbasa basi, aku suka pembicaraan yang langsung ke intinya," tegas Damar. Kanaya menyelipkan rambut ke telinga. Dia tersenyum ke arah Damar mencoba untuk menggodanya. "Apa kita bisa bicara sebentar?" tanya Kanya. "Tidak," jawab Damar tegas, dia sudah terbiasa menghadapi wanita murahan seperti ini. "Aku sangat terhina ditolak mentah-mentah olehmu. Padahal aku sangat ingin membicarakan hal yang serius mengenai orang tua kandung Soraya," ucap Kanya. Merasa hal itu sangat penting baginya, Damar turun dari mobilnya. Dia menatap tajam Kanaya yang tampak sumringah karena bisa memancing Damqr keluar dari mobilnya untuk berbicara dengannya. "Jangan membohongiku. Karena aku tak akan segan-

  • Suami Dadakanku Ternyata Cucu Konglomerat   Bab 116 Aku bersumpah tidak akan ada wanita lain.

    Pak Kwong yang menghampiri Damar. Dia terlihat pucat karena takut Damar akan melepaskan kekesalannya karena sikap Mama dan adiknya yang kurang ajar. "Ada Apa?" tanya Damar. "Mereka tidak ada hubungannya denganku, bahkan aku susah melarang mereka melakukan itu. Perilaku mereka diluar tanggung jawabku," jawab Pak Kwong tegas. Pernyataan dari Pak Kwong membuat mereka berdua menganga karena tidak percaya dengan ucapan yang keluar dari mulut Pak Kwong. "Ini tidak mungkin, bagaimana bisa kakak tega pada kami," ucap Adik Pak Kwong lirih. "Aku sudah memperingatkan kamu sebelumnya," balas Pak Kwong. Bu Liliana menunjukkan aksinya. Dia langsung menangis sesenggukan di depan banyak orang. Biasanya kalau sepeti ini Pak Kwong langsung menghiburnya dan menenangkannya bahkan Pak Kwong langsung menuruti apa yang Bu LiLiana inginkan. "Terserah kamu mau apakan mereka," ucap Pak Kwong lalu pergi, meninggalkan Mama dan Adiknya yang melakukan drama. Sudah lelah sepertinya Pak Kwong meladen

  • Suami Dadakanku Ternyata Cucu Konglomerat   Bab 115 Balas Dendam

    Adik dan mama Pak Kwong saling pandang lalu mereka tampak terbata menjawab pertanyaan Pak Kwong. "Bukan urusanmu," ucap Mama Pak Kwong ketus. "Aku akan memutus semua uang bulanan untuk kalian kalau tidak mau menjawab," ucap Pak Kwong. "Jangan jadi anak durhaka!" seru Mama Pak Kwong. Mereka menggertakkan giginya kesal karena ancaman Pak Kwong bisa-bisanya dia seperti itu kepada ibu dan adiknya sendiri. Kenapa harus mengancam tidak memberi uang bulanan. "Aku akan menjadi anak durhaka kalau kalian menggagalkan rencanaku," balas Pak Kwong. "Rencana apa yang kami gagalkan, Kak?" tanya Adik dari Pak Kwong. "Aku tahu kalian itu sedang berencana untuk menyerang Soraya dengan meminta bantuan seseorang yang berpengaruh di kalangan atas. Aku tak akan membiarkan itu!" gertak Pak Kwong. "Memangnya kenapa? Dia pantas mendapatkan rumor jelek, anak tidak tahu berterima kasih, kamu menghalangi mama tak akan gentar," ucap Mama Pak Kwong. "Kalau begitu, aku betulan akan menyetop kebutu

  • Suami Dadakanku Ternyata Cucu Konglomerat   Bab 115 Tidak bisa melawan keluarga Huang

    Tentu saja semua itu sudah atas kehendak Tuhan yang maha esa. Manusia hanya bisa berencana dan Tuhan yang akan memberikan keputusan apapun yang kita rencanakan. "Jangan tanya kenapa. Mungkin semua itu adalah ketentuan yang sudah ditetapkan. Seharunya kamu banyak instrospeksi diri kenapa Soraya lebih unggul daripada kamu," jawab Bu Amber. "Jadi ibu membela anak itu?" tanya Sabrina. "Tidak juga, ibu tetap berada dipihakmu apapun yang terjadi. Tapi saat ini ibu mohon kepadamu, bersabarlah. Kita mengalah saja sedikit saja agar bisa satu langkah di depan atau minimal setara dengan Soraya," jawab Bu Amber. Cakra menghembuskan nafasnya. Mempunyai istri yang manja sepeti ini membuatnya kesal juga Lama-lama. Tidak bisa menahan diri karena melihat orang lain lebih unggul. "Sabrina, aku mohon kepadamu turuti saja perintah Ibu. Aku yakin kita bisa melewati semua ini. Tapi untuk saat ini kita hanya bisa bergantung kepada Soraya. Jangan gegabah menuruti nafsu untuk melawan orang yang tidak

  • Suami Dadakanku Ternyata Cucu Konglomerat   Bab 114 Kenapa dia beruntung

    Tante merenung sebentar lalu berkata, "Kita mulai dari rumor yang mengatakan bahwa Soraya melupakan keluarga yang sudah mengasuh dan membiayai hidupnya dari kecil," Nenek Sabrina mengangguk pelan, sepertinya rumor seperti ini akan cepat menyebar luas kalau di ucapkan oleh orang yang tepat. "Kita harus mencari sumber gosip yang dipercaya," ucap Nenek Sabrina."Maksud mama orang besar yang selalu di percaya kalau menyebarkan rumor?" tanya Tante."Ya, begitulah. Siapa ya Kira-kira orang yang tepat untuk menyebarkan rumor tentang Soraya yang tidak mempedulikan orang tua yang sudah susah payah mendidiknya, mengeluarkan biaya untuk sekolahnya," jawab Nenek Sabrina."Aku tahu siapa dia. Serahkan saja masalah ini padaku. Aku akan segera menemui beliau," balas Tante.Mereka lalu pergi meninggalkan kediaman Pak Kwong sambil tertawa dan merasa akan menang melawan Soraya yang sudah berada di atas angin itu. Sedangkan di kediaman Pak Kwong sendiri. Cakra mengingatkan agar mengawasi Tante dan Ne

  • Suami Dadakanku Ternyata Cucu Konglomerat   bab 113 Jangan bawa-bawa istriku

    Keluarga Huang susah di hadapi, Bu Amber menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju dengan permintaan sang mertua "Kita pikirkan hal lain," ucap Bu Amber."Apa kalian takut? Kita tinggal sebarkan rumor yang tak sedap kepada masyarakat mengenai hal itu," ujar Mertua Bu Amber.Bu Amber lagi-lagi menggelengkan kepalanya lalu sesekali memijit kepalanya yang sakit."Ibu tidak tahu betapa mengerikannya keluarga Huang kalau kita mengingkari janji yang kita sepakati," ucap Bu Amber."Kalau kamu tidak berani, biar ibu saja," balas Mertua Bu Amber.Brak! Pak Kwong menggebrak meja. "Kalau tidak tahu seperti apa kejamnya kelurga Huang lebih baik Ibu diam saja," ucap Pak Kwong yang terlihat jelas wajahnya sangat marah."Kenapa Kalian tidak berani menghadapi wanita tidak tahu diri itu, padahal dia tidak punya orang tua!" seru Ibu Pak Kwong."Dia memang tidak punya orang tua atau keluarga, tapi sekarang dia menjadi bagian dari keluarga Huang. Masih mending keluarga Huang mau memberikan bantuan mo

  • Suami Dadakanku Ternyata Cucu Konglomerat   Bab 112 Jebak Soraya.

    Pak Darius tersenyum tipis, lalu dengan sigap mengatakan, "Kalian harus tunduk dengan aturanku," "Kami akan tunduk dengan semua aturan Pak Darius," balas Pak Kwong. Pak Darius tersenyum licik, "Kalau begitu, kalian harus menandantangani perjanjian di atas kertas, jika kalian sejengkalpun kalian menyakiti menantuku, maka kalian harus mengganti sepuluh kali lipat dari modal yang kalian terima. Satu lagi, aku bebas menghukum apa saja siapa pun keluarga Kwong yang menyakiti menantuku," Semua langsung berdetak kencang jantungnya. Perjanjian ini terlalu berbahaya tapi kalau tidak diterima mereka sedang membutuhkan bantuan keuangan. Pak Kwong melirik Bu Amber yang sepetinya juga kebingungan termasuk para nenek yang tidak ingin mengambil resiko sepeti ini. Mereka tidak akan bisa menindas Soraya lagi kalau menandatangani perjanjian itu. Mereka lebih khawatir ke Sabrina yang selalu tidak bisa menahan emosinya melihat keberuntungan Soraya."A-pa tidak bisa perjanjiannya di ubah sedikit?"

  • Suami Dadakanku Ternyata Cucu Konglomerat   Bab 111 Mari kita berdamai, Soraya.

    "I-tu," ucap Pak Kwong terbata. Waktu itu memang beliau dan Bu Amber mengatakan hal itu. Setelah menikah Soraya tidak akan lagi mendapatkan bantuan finansial dari keluarga Kwong. Tapi saat ini mereka menyadari bahwa saat Soraya meninggalkan Keluarga Kwong, bisnis keluarga Kwong sudah tidak stabil lagi seperti saat Soraya yang menghandle. Sabrina yang tumbuh dengan sikap manja itu tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa marah dan membuat pelanggan kecewa. "Apa betul kalian mengatakan hal seperti itu?" tanya Pak Darius."Kami menyesal mengatakan itu," ucap Pak Kwong."Maksud kami saat itu adalah, tidak lagi memberikan bantuan uang jika dia memilih menikah dengan seorang pelayan. Waktu itu Damar menyamar sebagai pelayan di pesta pernikahan putri kami, Sabrina. Kami tidak tahu kalau ternyata Damar adalah pewaris sah keluarga Huang, maafkan kami Soraya," jelas Bu Amber panjang lebar.Keluarga yang lain juga mengiyakan ucapan Bu Amber. Pasalnya Soraya menikah dengan seorang pelayan, lag

  • Suami Dadakanku Ternyata Cucu Konglomerat   Bab 110 Kita Bukan Keluarga

    Mereka bersamaan saling tatap, tidak ingin dicap sebagai orang yang menelantarkan Soraya dimata Pak Darius. Pak Wong langsung menyangkalnya."Soraya, kami selalu menganggap mu anak kandung, walau kenyataannya tidak seperti itu. Maafkan Tantemu karena tidak bisa menjaga sikap," ucap Pak Kwong."Maaf?" tanya Pak Darius. "Begitu enteng tangannya menyakiti menantuku, sekarang hanya minta maaf?" imbuh pak Darius."Aku mohon maafkan aku, aku mengaku bersalah, tapi aku hanya mengingatkan Soraya agar tidak berlagak dan sombong karena Kakakku lah yang membawanya dari tempat kotor dan merawatnya menjadi barang yang indah sehingga dia bisa dinikahi oleh keluarga kaya. Aku hanya mengingatkan agar dia tidak lupa darimana dia berasal dan siapa yang menolongnya!" tegas Tante membela diri.Pak Darius semakin geram dengan ucapan Tante, dia sama sekali tidak tulus minta maaf, hanya menekankan mereka telah berjasa merawat Soraya sehingga layak menjadi barang jual yang mahal."Sampai detik ini kalian mas

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status