"Ah tidak, hanya tanya ingin mengingatkan jangan lupa makan siang nanti agar tak sakit," ucap Soraya. "Pasti, terima kasih sudah diingatkan," balas Damar. Damar mencium kening Soraya dan kedua pipinya sebelum berangkat kerja. Dia melambaikan tangan sebelum masuk ke mobil. Soraya sekalian membawa Kaveera untuk berjemur di taman depan rumahnya setelah mengantar Damar kerja. "Kaveera, kamu berjemur dulu, ya. Sebenarnya salah sih harusnya tadi sebelum mandi berjemur dulu. Mama salah, ya, Maaf ya," ucap Soraya sambil mengecup pipi Kaveera. Soraya menggendong Kaveera sambil duduk di kursi taman. Sinar mentari hangat menyinari tubuh Kaveera dan Soraya pagi ini. Sambil bernyanyi kecil untuk Kaveera Soraya menikmati indahnya pagi di taman bunga depan rumahnya. "Indah sekali ciptaan Tuhan ini, bunga tampak bermekaran ditambah hangat sinar mentari pagi membuat suasana hariku tenang," ucap Soraya. Tak lama kemudian Kaveera menangis, mungkin sudah kehausan atau bosan berdiam diri di taman
Bayi kecil itu tampak tenang di dalam dekapan ayahnya, dia seolah nyaman bersama Damar. "Sepertinya memang dia kangen sama ayahnya," ucap Soraya. "Tentu saja, aku 'kan ayahnya," jawab Damar. Soraya tersenyum kecil, memang iya Damar adalah ayahnya. Apa memang seorang bayi akan selalu merindukan ayahnya. "Aku tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua. Damar apa kamu mau memberikan kasih sayangmu pada Kaveera?" tanya Soraya. "Tentu saja aku mau," jawab Damar. "Terima kasih, aku berharap kamu sampai nanti akan menjadi ayah panutan bagi Kaveera," balas Soraya. Bagi Damar sudah menjadi tugas dan kewajibannya memberikan Kaveera kasih sayang, nafkah yang halal bagi sang buah hati. Dia juga tidak ingin Kaveera terlantar dan merasa kurang kasih sayang. "Aku akan berusaha menjadi ayah yang baik bagi anakku," ucap Damar. "Aku juga akan menjadi ibu yang penyayang, baik hati pada putra pertamamu ini," balas Soraya. "Aku yakin kita akan menjadi orang tua yang penyayang bagi a
Bukan Damar, lantas Bu Amber yang menelpon Soraya. Terdengar suara ramai dari balik telepon. "kenapa kaget begitu Ibu menelponku, seharunya kamu senang ibu memperhatikan kamu, 'kan. Bukankah itu yang kamu butuhkan saat ini?" tanya Bu Amber "Iya, aku memang membutuhkan perhatian. Tapi bukan dari ibu, kenapa juga baru sekarang ibu memperhatikan aku," jawab Soraya. "Soraya, jadi selama ini kamu tidak merasa diperhatikan oleh ibu hanya karena cemburu kepada adikmu, ya. Ya ampun Soraya kamu itu kok penuh iri dengki," balas Bu Amber. Soraya langsung menutup teleponnya dia sangat kesal karena Bu Amber yang menelponnya dan mengatakan hal yang tidak dia sukai. Menyebalkan sekali. Padahal dia sangat menginginkan Damar yang menelponnya tapi malah orang yang tidak penting. Entah apa tujuannya saat ini. "Kamu habis teleponan sama siapa, kok nomormu sibuk, sayangku?" tanya Damar saat sampai rumah. "Ah itu tadi Bu Amber yang menelpon. Tapi aku langsung menutupnya karena kesal," jawab Soraya.
Bu Amber langsung bersemangat memperkenalkan satu persatu siapa mereka. Yakni orang tua dari Pak Kwong dan Bu Amber berarti mereka adalah nenek untuk Soraya, Tante, dan sepupu."Mereka semua adalah keluarga kita," jawab Bu Amber masih bersemangat."Halo Soraya," ucap Mereka bersamaan dengan senyuman manis dan lambaian tangan penuh kehangatan. Seolah menunjukkan kalau mereka adalah saudara.Masih teringat jelas bagaimana perlakuan mereka terhadap Soraya waktu dulu. Mereka selalu membela Sabrina walaupun Sabrina salah. Mereka selalu membandingkan dan menyalahkan Soraya kalau ada apa-apa dengan Sabrina."Oh begitu, membawa rombongan sirkus ke rumahku tanpa ijin dan kabar terlebih dahulu," ucap Damar dingin.Terlihat wajah mereka tampak gugup, lalu Pak Kwong yang berbentuk cara, "Damar menantuku, mereka ini adalah keluarga kita loh kok kamu tega mengatakan kalau kamu adalah rombongan sirkus," balas Pak Kwong."Damar kami sudah mencoba menghubungi Soraya tapi nggak ada respon. Bagaimanapun
Soraya sudah berprasangka buruk dengan kedatangan mereka. Jadi mau mereka mengatakan apa, pasti sudah dia dengarkan."Kami ingin modal," ucap Tante Soraya tanpa basa basi. Sepertinya dia sudah tak sabar ingin mendapatkan cuan."Modal?" tanya Soraya sinis."Iya, kamu sudah kaya sekarang, jadi kami meminta kamu untuk membalas jasa memberikan modal untuk kita," jawab Tante Soraya.Soraya menyeringai tipis sambil memperhatikan sekitar. Mereka seolah mengangguk membenarkan apa yang Tante katakan tentang meminta modal."Membalas jasa?" ucap Soraya menyeringai tipis."Kamu pikir kakakku membesarkan mu tidak mengeluarkan uang sama sekali, tentu saja kamu harus membalas jasa," jawab Tante."Hahaha padahal Damar sudah mengatakan dengan jelas tadi. Aku sudah mengembalikan uang biaya sekolahku sampai tamat ke Pak Kwong dan istrinya sebagai gantinya adalah kami sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Kalau bukan mertua lelakiku ingin memandang kalian, mana mungkin kemarin di undang. Sekarang kalian
Mereka bersamaan saling tatap, tidak ingin dicap sebagai orang yang menelantarkan Soraya dimata Pak Darius. Pak Wong langsung menyangkalnya."Soraya, kami selalu menganggap mu anak kandung, walau kenyataannya tidak seperti itu. Maafkan Tantemu karena tidak bisa menjaga sikap," ucap Pak Kwong."Maaf?" tanya Pak Darius. "Begitu enteng tangannya menyakiti menantuku, sekarang hanya minta maaf?" imbuh pak Darius."Aku mohon maafkan aku, aku mengaku bersalah, tapi aku hanya mengingatkan Soraya agar tidak berlagak dan sombong karena Kakakku lah yang membawanya dari tempat kotor dan merawatnya menjadi barang yang indah sehingga dia bisa dinikahi oleh keluarga kaya. Aku hanya mengingatkan agar dia tidak lupa darimana dia berasal dan siapa yang menolongnya!" tegas Tante membela diri.Pak Darius semakin geram dengan ucapan Tante, dia sama sekali tidak tulus minta maaf, hanya menekankan mereka telah berjasa merawat Soraya sehingga layak menjadi barang jual yang mahal."Sampai detik ini kalian mas
"I-tu," ucap Pak Kwong terbata. Waktu itu memang beliau dan Bu Amber mengatakan hal itu. Setelah menikah Soraya tidak akan lagi mendapatkan bantuan finansial dari keluarga Kwong. Tapi saat ini mereka menyadari bahwa saat Soraya meninggalkan Keluarga Kwong, bisnis keluarga Kwong sudah tidak stabil lagi seperti saat Soraya yang menghandle. Sabrina yang tumbuh dengan sikap manja itu tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa marah dan membuat pelanggan kecewa. "Apa betul kalian mengatakan hal seperti itu?" tanya Pak Darius."Kami menyesal mengatakan itu," ucap Pak Kwong."Maksud kami saat itu adalah, tidak lagi memberikan bantuan uang jika dia memilih menikah dengan seorang pelayan. Waktu itu Damar menyamar sebagai pelayan di pesta pernikahan putri kami, Sabrina. Kami tidak tahu kalau ternyata Damar adalah pewaris sah keluarga Huang, maafkan kami Soraya," jelas Bu Amber panjang lebar.Keluarga yang lain juga mengiyakan ucapan Bu Amber. Pasalnya Soraya menikah dengan seorang pelayan, lag
Pak Darius tersenyum tipis, lalu dengan sigap mengatakan, "Kalian harus tunduk dengan aturanku," "Kami akan tunduk dengan semua aturan Pak Darius," balas Pak Kwong. Pak Darius tersenyum licik, "Kalau begitu, kalian harus menandantangani perjanjian di atas kertas, jika kalian sejengkalpun kalian menyakiti menantuku, maka kalian harus mengganti sepuluh kali lipat dari modal yang kalian terima. Satu lagi, aku bebas menghukum apa saja siapa pun keluarga Kwong yang menyakiti menantuku," Semua langsung berdetak kencang jantungnya. Perjanjian ini terlalu berbahaya tapi kalau tidak diterima mereka sedang membutuhkan bantuan keuangan. Pak Kwong melirik Bu Amber yang sepetinya juga kebingungan termasuk para nenek yang tidak ingin mengambil resiko sepeti ini. Mereka tidak akan bisa menindas Soraya lagi kalau menandatangani perjanjian itu. Mereka lebih khawatir ke Sabrina yang selalu tidak bisa menahan emosinya melihat keberuntungan Soraya."A-pa tidak bisa perjanjiannya di ubah sedikit?"