Share

S3| Bab 8. Bunuh dia untukku. (Bonus)

"Cepatlah naik! Kita akan menemui kak Zha." sang ibu segera menarik lengan Lea, sementara Erwan sudah siap di depan menginjak gas.

Mobil itu melesat begitu cepat membawa Riana dan Lea menuju sebuah Mansion megah nan mewah. Tapi itu bukanlah tempat Zha bersama Elang dan anak buahnya melainkan Mansion khusus milik Zha yang sengaja disiapkan untuk ibu dan adik angkatnya itu.

Setelah memasuki pagar yang tinggi dan kekar yang terbuat dari besi baja itu, mobil Erwan berhenti dan Erwan segera membukakan pintu untuk Riana dan Lea. Lalu mempersilahkan mereka untuk keluar.

Mereka menuruni mobil, mengedarkan pandangannya dengan masih menyimpan sejuta pertanyaan. "Rumah yang megah ini milik siapa? Apa kak Zha bekerja di rumah ini?" Lea nampak melihat banyaknya penjaga yang berjaga di setiap sudut.

"Ibu juga tidak mengerti." Riana menyahut demikian.

"Nyonya. Silahkan." Erwan membukakan pintu.

Riana belum melangkahkan kaki, dia bertanya dahulu pada Erwan," Dimana anak saya?"

"Nona Zha sedang menunggu anda di dalam." Erwan tetap mempersilahkan Riana untuk memasuki Mansion itu.

Riana mencoba untuk percaya dan meraih tangan Lea. Dengan menggenggam tangan Lea , Riana melangkah mengikuti langkah kaki Erwan.

Baru saja sampai di ruangan pertama, mereka dikejutkan dengan suara Zha yang sudah berteriak memanggil mereka dari atas tangga.

"Bibi! Lea..!" 

Mereka terkejut saat mendongakkan dan melihat Zha melambaikan tangan ke arah Mereka. Lea pun berlari menghampiri Zha disusul ibunya tanpa memperdulikan Erwan lagi.

"Zha. Ini rumah siapa?" Riana yang penasaran langsung bertanya tanpa berbasa-basi dahulu.

"Rumah kalian." sahut Zha meraih kedua tangan mereka dan membawanya ke ruang tengah.

"Zha, aku sedang tidak ingin bercanda!"

"Dan aku juga tidak sedang bercanda Bi," jawab Zha.

Pertengkaran kecil mereka terpotong ketika Erwan sudah berada di depan mereka, dengan membungkukkan badan tanda memberi hormat pada  Zha, Erwan berbicara untuk memohon diri.

"Tugas saya sudah selesai, apa saya sudah diperbolehkan untuk pergi, Nona?"

"Terima kasih Erwan. Pergilah. Urus semua pekerjaanmu. Dan kamu tidak perlu khawatir. Masalahmu sudah ku bereskan, kamu bisa kembali bekerja dengan tenang." ucap Zha.

"Terima kasih Nona, sekali lagi terima kasih atas bantuanmu. Jika Nona membutuhkan saya, hubungi saja. Saya akan selalu siap kapanpun itu." ucap Erwan kembali menunduk memberi hormat lalu melangkah pergi.

Adegan itu semakin membuat Riana bingung.

"Zha.. jelaskan semua ini?"

"Bibi. Mulai detik ini, kalian tinggallah di sini. Semua sudah ku siapkan untuk kalian. Dan jika bibi mau, bibi bisa bekerja sebagai koki di rumah ini dengan gaji sepuluh kali lipat dari gajimu bekerja. Jika bibi tidak mau bekerja, cukup diam saja dan nikmati semuanya, Bibi akan tetap digaji. Bagaimana? Menyenangkan bukan?" ucap Zha sambil tersenyum dan melangkah. Zha menarik tangan Lea menuju sebuah kamar.

"Zha! Kamu mau ngerjain bibimu ya? Oh Zha.. jangan membuat ku mati penasaran!" Riana berlari kecil menyusul Zha.

Tetapi langkah Riana terhenti, dia terpana ketika Zha membuka sebuah pintu kamar.

"Ini kamar milikmu Lea, sedang kamar ibumu berada di ujung sana."

"Kak Zha!" mata manis milk Lea melotot seperti hampir lepas dari kelopaknya ketika menatap kamar luas yang penuh dengan barang mewah itu. Seumur hidup baru kali ini Lea melihat ruangan kamar semewah ini. Apalagi berpikir untuk memilikinya? Lea serasa bermimpi jadinya.

"Zha, berhentilah bercanda!" Riana sempat memukul kepala Zha yang tertawa dan menghindari pukulan kecil dari Bibinya.

Dia memilih menarik tangan Lea untuk masuk dan melompat ke atas tempat tidurnya untuk menghindari pukulan Riana.

"Zha kan sudah menjadi orang sukses. Dan ini adalah hasilnya. Apa salahnya jika aku ingin membahagiakan kalian hah?"

Riana menatap Zha yang masih melompat-lompat kecil dan tertawa riang disusul Lea yang sekarang mengajak Zha berdansa di atas kasur. 

Mata Riana berkaca-kaca, lalu tak terasa setitik kristal bening mengalir jatuh ke pipinya.

"Ibumu pasti bangga padamu Zha, jika melihat keadaanmu yang sekarang." Riana berkata lirih, tidak dapat didengar oleh mereka kecuali hanya terdengar oleh dirinya sendiri.

Dia bangga pada Zhs, dan begitu banyak bersyukur.

Zha masih tertawa renyah, tanpa Mereka ketahui jika tawa Zha itu hanya berlaku didepan Mereka saja.

Sejak hari ini, mereka resmi tinggal di Mansion itu sesuai dengan rencana yang sudah disusun matang oleh Zha. Lea juga masih bersekolah seperti biasa, tetapi dipindahkan ke sebuah sekolahan elit di kota itu, dan harus dengan pengawalan ketat dari anak buah Zha.

Sementara Riana yang keras kepala menerima tawaran Zha menjadi koki khusus di mansion itu, meskipun hanya sekedar memasak untuk dirinya sendiri dan Lea. Karena Zha pun jarang sekali pulang ke sana dan sudah banyak pelayan yang disiapkan untuk melayani keperluan Mereka di Mansion itu.

Zha yakin, mereka akan aman di sana, meskipun masih banyak pertanyaan dari sang bibi yang terus dipertanyakan pada Zha. Zha berpikir, pelan-pelan Bibi Riana dan Lea pasti akan mengetahui dengan sendirinya nanti jika Zha sudah menjadi seorang pengusaha sukses.

Hanya saja Zha akan tetap menyembunyikan siapa dia sebenarnya dan bisnis gelap yang ia jalani saat ini.

***

Malam itu Zha mendapatkan panggilan dari seseorang teman lama yang sudah lama tidak berjumpa. Zha sengaja pergi  menemuinya seorang diri tanpa Elang.

Terdengar obrolan cukup serius dari keduanya.

"Aku tahu kamu sudah berhenti dari profesimu sebagai pembunuh bayaran. Tetapi kali ini kamu harus membantuku, Nona Zha." seorang pria yang sudah mengenal dekat Zha menatap gadis itu dengan tatapan berharap. Pria ini juga termasuk pengusaha Klub malam.

"Dia lah yang menyebabkan Perusahaan keluargaku hancur sampai aku harus menjalani Bisnis gelap untuk mempertahankan Perusahan keluarga. Dan karena dia juga Pamanku harus mati tersiksa di masa tuanya." Alex melempar sebuah foto ke atas meja.

"Jangan karena aku telah menganggapmu teman, lalu kamu bisa seenaknya memerintahku, Alex! Aku tidak suka diperintah oleh siapapun! Kamu tidak lupa itu kan?" sahut Zha dengan wajah datarnya yang mengandung aura kuat.

"Aku berjanji akan memberikan apapun yang kamu inginkan jika kali ini kamu mau membantuku." ucap Alex.

"Benarkah?" Zha tampak mempertimbangkan keinginan Alex.

"Ya.!!"

Zha menyambar foto itu dan mengamatinya dengan seksama.

"Namanya Aaron Albarez, dia adalah Presdir dari Perusahaan Galaxy Group. Dia juga mendapat julukan Singa Ganas di dalam dunia bisnis sejak Ayahnya berkuasa dulu. Dia sangat sulit untuk didekati. Sebab itu aku butuh bantuanmu yang bisa membunuh tanpa harus menyentuh lawan.  Dia memiliki satu Putra bernama Halilintar, yang kemungkinan akan menjadi Penerus Perusahaannya. Bunuh pria itu untuk Pamanku! Dan setelah itu Putra mahkota mereka akan menjadi urusanku!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status