"Aaron Albarez, nama yang bagus. Tapi benarkah dia orang jahat? Ah, kenapa aku tidak menyelidikinya dahulu dan sudah berada disini?" Zha berbicara pada dirinya sendiri ."Tapi aku ingin tau, apa yang bisa Alex berikan padaku jika aku berhasil membunuhnya." Zha memantapkan pikiran.Kini Zha melangkahkan kakinya dan berhenti tepat di depan Gedung Perusahan yang bertuliskan Galaxy Group. Mata tajamnya terus menatap lurus ke depan di saat seorang pria tengah melangkah keluar dari sana dan berjalan menuju parkiran. Zha mencari tempat persembunyian yang cukup baik, kemudian dia mulai merogoh sakunya dan telah merentangkan kedua tangannya.Dalam hitungan detik yang ke satu, dua, tiga,Tiba-tiba entah dari mana, seorang wanita muncul dan berteriak memanggil pria itu sambil berlari kecil menghampiri pria itu."Aaron!" wanita itu tiba-tiba muncul dengan sedikit berlari menghampiri pria tersebut.Seketika Zha sangat terkejut melihat wanita itu dan langsung menurunkan tangannya."Astaga! Tante Em
Di dalam kamar yang luas dan bernuansa warna gold dengan ranjang yang berukuran cukup besar itu, Halilintar terus membolak-balikkan tubuhnya. Pikirannya melayangkan tak lepas dari sosok gadis aneh yang sudah merenggut kesucian bibirnya siang tadi.Halilintar merasa seperti pernah bertemu dengan gadis itu.Tapi dimana? Dia terus merenung. Tiba-tiba saja dia teringat sesuatu,"Hah! Dia, dia gadis yang ada di Club' malam itu kan? Aku baru ingat sekarang!" Halilintar langsung terduduk mengingat wajah gadis itu. Lalu dia berpikir, siapa gadis itu sebenarnya. Kenapa seorang gadis bisa membawa sebuah pistol?Itu benar-benar membuat Halilintar penasaran setengah mati."Siapa dia, kenapa aku sangat penasaran sekali? Sial!" Halilintar kembali membanting tubuhnya, dia menutup wajahnya dengan bantal, sesaat ia kembali membuka bantal tersebut.Bayangan gadis itu kembali muncul di dalam otaknya."Manis dan cantik sebenarnya. Sayangnya penampilannya sangat berantakan." tanpa disadarinya Halilintar t
"Zha Tante, Kanzha." sahut Zha menyebutkan namanya, sambil menatap Nyonya cantik penyelamat ibunya itu."Ah. Nama yang cantik secantik orangnya." puji Emily."Baiklah Kanzha, kalau begitu Tante harus mengurus pembayaran ibumu dulu, setelah itu Tante harus pergi. Lain kali kita bisa bertemu lagi ya." Emily menepuk lembut kepala Zha.Zha, terus menatap langkah wanita cantik itu, wajah Emily segera terekam sepenuhnya di otak Zha. Ia mengingatnya dan akan terus mengingat wajah itu. Zha juga akan mengingat kebaikan wanita itu. Dia berjanji didalam hatinya, jika suatu saat akan membalas kebaikan wanita itu.Itu lah, hari di mana Zha bertemu untuk pertama kalinya dengan Emily. Dia datang tepat waktu sebagai malaikat penolong Zha, menyelamatkan nyawa ibunya walau hanya untuk sementara, setidaknya Aisyah pada saat itu masih bisa bertahan untuk beberapa saat ke depan . Penyakit langka yang diderita Aisyah tidak bisa sembuh, kecuali hanya dengan pengobatan dan perawatan dan mesti dilakukan operas
Elang masih berdiri dengan perasaan yang sudah mulai kacau saat pengawal membawa bunga darinya itu masuk untuk diperiksa. Hingga beberapa saat lamanya pengawal itu kembali lagi dengan masih membawa bunga mawar tersebut. Kemudian pengawal itu menghampiri Cesillia dan berkata,"Nona. Kami sudah memeriksa dan bunga ini aman. Silahkan." pengawal itu menyerahkan bunga tersebut pada Cesilia yang langsung menerimanya. Cesilia kemudian melangkah masuk ke dalam Mansionnya setelah mengucapkan terimakasih kepada Elang. Tanpa berbasa-basi lagi Elang langsung meninggalkan kediaman Keluarga Baskara.Masih dengan pertanyaan yang melandasi pikirannya, Elang mengirim pesan singkat untuk Zha."Pesanan sudah sampai di tangan target. Apa yang harus aku lakukan sekarang?""Pulang." jawaban singkat dari Zha.Elang segera patuh dan kembali ke Apartemen mereka.Saat sampai disana,Elang menatap wajah gusar Zha yang duduk di depannya dengan bersandar di sofa. Baru kali ini Elang mendapati ekspresi ini dari k
Meskipun Halilintar dan Viktor ini tidak satu universe dulunya, tetapi karena Ken Ayah dari Viktor ini adalah sahabat sekaligus orang kepercayaan Aaron Ayah dari Halilintar, maka hubungan Halilintar dan Viktor pun sangat dekat."Bisa jadi. Meskipun racun ini tidak satu jenis. Tapi aku menduga berasal dari satu orang yang sama." jawab Victor sambil meremas rambutnya. Dia terlihat begitu pusing."Bagaimana kita bisa mengungkapnya, jika sedikitpun tidak ada bekas jejak yang tertinggal?" Halilintar pun ikut dibuat bingung."Entahlah." jawab singkat Victor, dia seperti sudah merasa putus asa.Kasus pembunuhan kali ini dengan cara yang berbeda dan dengan jenis racun yang berbeda juga, tetapi tetap racun yang bisa memecah pembuluh darah. Dan sekali lagi, kasus ini sungguh mampu membuat mereka kebingungan.Beralih ke kediaman Gadis Beracun.Bibir yang tidak seharusnya masih berwarna merah karena sering menghisap Filter rokok itu terlihat menarik senyuman tipisnya ketika mendengar Elang menyam
Meskipun Ardogama juga adalah seorang Ketua Mafia dan sudah sering berhadapan dengan orang-orang kejam dan hebat, tetapi diakuinya saat di hadapan Gadis Beracun ini, jantungnya tetap tak bisa stabil. Siapa yang tidak tahu tentang Gadis Beracun ini? Di kalangan dunia Mafia, jika dia sudah merentangkan ketapelnya, ini akan menjadi pertanda buruk."Oh baiklah. Setidaknya duduklah sebentar saja." Ardogama melirikZha yang sudah mundur beberapa langkah."Ah, baiklah. Berdiri saja kalau begitu. Begini," seperti sudah bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya jika gadis yang ada di depan itu sudah merentangkan tangannya sambil mundur beberapa langkah, Ardogama terlihat getir dan memilih untuk cepat mengatakan hal yang ingin dia sampaikan."Besok lusa, ada sebuah pesta besar yang akan diadakan salah satu ketua mafia di kota Xx. Jika kamu mau datang sebagai tamu, kemungkinan kamu akan mendapatkan sedikit petunjuk."Zha mendengus dan perlahan menurunkan tangannya. Tapi tatapan tajamnya ma
Halilintar masih berlari mengejar Zha yang telah menghilang. Matanya terus berputar mencari keberadaan gadis itu. Tetapi sebelum Halilintar melanjutkan langkahnya, tiba-tiba sebuah pukulan benda tumpul tepat mengenai punggungnya membuat dia jatuh tersungkur bertepatan dengan sebuah moncong pistol sudah terarah padanya."Menyerahlah." Halilintar masih dengan pandangan yang sedikit berkunang-kunang menoleh, terlihat olehnya seorang pria berpakaian serba hitam hendak menarik pelatuk pistol yang ia genggam. Namun sebelum itu benar-benar terjadi, sekelebat tendangan tepat milik Zha mengarah pada pistol itu hingga membuat Pistol itu jatuh melesat jauh. Tangan gadis itu segera menarik tubuh Halilintar dan membawanya berlari cepat meloncati sebuah pagar pembatas. Zha terus berlari masih dengan menarik tangan Halilintar hingga mencapai tempat parkiran."Mana mobilmu? Cepat! Atau kamu mau mati disini?" tanya Zha menoleh pada Halilintar yang masih terlihat syok itu."Itu!" spontan Halilintar men
Menjelang malam.Di kamarnya yang luas itu. Halilintar tak berhenti tersenyum menatap nomor yang baru saja ia dapatkan tadi.Halilintar merasa seperti sedang mendapatkan sesuatu yang begitu menyenangkan. Ah, perasaan macam apa ini? Tertarik pada gadis aneh itu? Atau hanya sekedar mengagumi kehebatannya?Halilintar meremas rambutnya. Kemudian tangannya mulai menekan tombol hijau di layar Ponselnya itu.Kenapa aku jadi tidak sabar begini?Halilintar merasa keheranan setelah menyadari apa yang sedang ia perbuat.Namun semua sudah terlanjur, panggilan sudah terhubung dan sialnya sudah terangkat oleh pemilik nomor yang baru saja ia tekan itu."Jika tidak ada sesuatu yang penting, jangan menghubungiku!" suara lantang Milik Zha langsung terdengar menggelegar di telinga Halilintar, tetapi anehnya malah seperti menyentuh lembut jantungnya.Halilintar menjadi gugup,"Aku. Ah, aku hanya ingin…Kamu sedang apa? Ya, apa yang sedang kamu lakukan sekarang?" jawab Halilintar sekenanya saja, dia tidak