Elang masih berdiri dengan perasaan yang sudah mulai kacau saat pengawal membawa bunga darinya itu masuk untuk diperiksa. Hingga beberapa saat lamanya pengawal itu kembali lagi dengan masih membawa bunga mawar tersebut. Kemudian pengawal itu menghampiri Cesillia dan berkata,"Nona. Kami sudah memeriksa dan bunga ini aman. Silahkan." pengawal itu menyerahkan bunga tersebut pada Cesilia yang langsung menerimanya. Cesilia kemudian melangkah masuk ke dalam Mansionnya setelah mengucapkan terimakasih kepada Elang. Tanpa berbasa-basi lagi Elang langsung meninggalkan kediaman Keluarga Baskara.Masih dengan pertanyaan yang melandasi pikirannya, Elang mengirim pesan singkat untuk Zha."Pesanan sudah sampai di tangan target. Apa yang harus aku lakukan sekarang?""Pulang." jawaban singkat dari Zha.Elang segera patuh dan kembali ke Apartemen mereka.Saat sampai disana,Elang menatap wajah gusar Zha yang duduk di depannya dengan bersandar di sofa. Baru kali ini Elang mendapati ekspresi ini dari k
Meskipun Halilintar dan Viktor ini tidak satu universe dulunya, tetapi karena Ken Ayah dari Viktor ini adalah sahabat sekaligus orang kepercayaan Aaron Ayah dari Halilintar, maka hubungan Halilintar dan Viktor pun sangat dekat."Bisa jadi. Meskipun racun ini tidak satu jenis. Tapi aku menduga berasal dari satu orang yang sama." jawab Victor sambil meremas rambutnya. Dia terlihat begitu pusing."Bagaimana kita bisa mengungkapnya, jika sedikitpun tidak ada bekas jejak yang tertinggal?" Halilintar pun ikut dibuat bingung."Entahlah." jawab singkat Victor, dia seperti sudah merasa putus asa.Kasus pembunuhan kali ini dengan cara yang berbeda dan dengan jenis racun yang berbeda juga, tetapi tetap racun yang bisa memecah pembuluh darah. Dan sekali lagi, kasus ini sungguh mampu membuat mereka kebingungan.Beralih ke kediaman Gadis Beracun.Bibir yang tidak seharusnya masih berwarna merah karena sering menghisap Filter rokok itu terlihat menarik senyuman tipisnya ketika mendengar Elang menyam
Meskipun Ardogama juga adalah seorang Ketua Mafia dan sudah sering berhadapan dengan orang-orang kejam dan hebat, tetapi diakuinya saat di hadapan Gadis Beracun ini, jantungnya tetap tak bisa stabil. Siapa yang tidak tahu tentang Gadis Beracun ini? Di kalangan dunia Mafia, jika dia sudah merentangkan ketapelnya, ini akan menjadi pertanda buruk."Oh baiklah. Setidaknya duduklah sebentar saja." Ardogama melirikZha yang sudah mundur beberapa langkah."Ah, baiklah. Berdiri saja kalau begitu. Begini," seperti sudah bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya jika gadis yang ada di depan itu sudah merentangkan tangannya sambil mundur beberapa langkah, Ardogama terlihat getir dan memilih untuk cepat mengatakan hal yang ingin dia sampaikan."Besok lusa, ada sebuah pesta besar yang akan diadakan salah satu ketua mafia di kota Xx. Jika kamu mau datang sebagai tamu, kemungkinan kamu akan mendapatkan sedikit petunjuk."Zha mendengus dan perlahan menurunkan tangannya. Tapi tatapan tajamnya ma
Halilintar masih berlari mengejar Zha yang telah menghilang. Matanya terus berputar mencari keberadaan gadis itu. Tetapi sebelum Halilintar melanjutkan langkahnya, tiba-tiba sebuah pukulan benda tumpul tepat mengenai punggungnya membuat dia jatuh tersungkur bertepatan dengan sebuah moncong pistol sudah terarah padanya."Menyerahlah." Halilintar masih dengan pandangan yang sedikit berkunang-kunang menoleh, terlihat olehnya seorang pria berpakaian serba hitam hendak menarik pelatuk pistol yang ia genggam. Namun sebelum itu benar-benar terjadi, sekelebat tendangan tepat milik Zha mengarah pada pistol itu hingga membuat Pistol itu jatuh melesat jauh. Tangan gadis itu segera menarik tubuh Halilintar dan membawanya berlari cepat meloncati sebuah pagar pembatas. Zha terus berlari masih dengan menarik tangan Halilintar hingga mencapai tempat parkiran."Mana mobilmu? Cepat! Atau kamu mau mati disini?" tanya Zha menoleh pada Halilintar yang masih terlihat syok itu."Itu!" spontan Halilintar men
Menjelang malam.Di kamarnya yang luas itu. Halilintar tak berhenti tersenyum menatap nomor yang baru saja ia dapatkan tadi.Halilintar merasa seperti sedang mendapatkan sesuatu yang begitu menyenangkan. Ah, perasaan macam apa ini? Tertarik pada gadis aneh itu? Atau hanya sekedar mengagumi kehebatannya?Halilintar meremas rambutnya. Kemudian tangannya mulai menekan tombol hijau di layar Ponselnya itu.Kenapa aku jadi tidak sabar begini?Halilintar merasa keheranan setelah menyadari apa yang sedang ia perbuat.Namun semua sudah terlanjur, panggilan sudah terhubung dan sialnya sudah terangkat oleh pemilik nomor yang baru saja ia tekan itu."Jika tidak ada sesuatu yang penting, jangan menghubungiku!" suara lantang Milik Zha langsung terdengar menggelegar di telinga Halilintar, tetapi anehnya malah seperti menyentuh lembut jantungnya.Halilintar menjadi gugup,"Aku. Ah, aku hanya ingin…Kamu sedang apa? Ya, apa yang sedang kamu lakukan sekarang?" jawab Halilintar sekenanya saja, dia tidak
"Apa kamu pikir aku akan menghilang dan tidak bisa kembali hah?" jawab Halilintar, kemudian mematikan mobilnya karena memang sudah sampai di tempat tujuan dan segera meraih chip kecil itu dari tangan Zha."Hanya berjaga-jaga, karena kamu masih berhutang padaku." sahut Zha tanpa merasa bersalah sedikitpun.Meskipun Halilintar merasa sedikit kesal, tetapi entah kenapa dia patuh pada Zha.Halilintar langsung memasang chip kecil yang merupakan alat pelacak sekaligus alat penyadap itu pada bagian atas perut sispeknya. Dan pergerakan tangannya menyibak kemejanya membuat Zha memalingkan wajahnya ketika bagian tubuh atas Halilintar terbuka begitu jelas."Kurasa kamu sudah terbiasa melihat seperti ini. Kenapa harus memalingkan muka?" ucap Halilintar yang masih sibuk mencoba memasang chip itu."Terbiasa katamu? Semua orang di sekitarku adalah laki-laki, tapi bahkan tidak ada yang berani berlaku konyol seperti kamu ini di hadapanku!" jawab Zha. Halilintar hanya terkekeh kecil.Melihat Halilinta
Zha yang sangat geram tidak bisa lagi untuk menahan sabar, akhirnya dia memilih untuk menarik pelatuknya dan satu peluru yang keluar dari desert eaglenya menembus kepala pria itu yang langsung membuat pria itu ambruk tak bernyawa.Halilintar yang menyaksikan itu hanya bisa menarik nafas panjang tanda sedikit kecewa dengan tindakan Zha yang menurutnya terkesan buru-buru."Kita belum mendapatkan informasi apapun darinya dan kamu malah sudah membunuhnya."ucap Halilintar dengan pelan."Ada yang lebih berguna daripada lidahnya." jawab Zha. Dia melemparkan ponsel pria itu yang langsung ditangkap sempurna oleh Halilintar.Halilintar terperangah, "Ternyata kamu bukan hanya seorang mafia, Kamu juga seorang Hacker?" Halilintar menggelengkan kepalanya."Ya, dan kamu harus mengingat itu selalu." jawab Zha.Halilintar hanya sedikit tersenyum dan mengangkat kedua bahunya, kemudian mengikuti pergerakan Gadis itu yang berjalan ke arah mobil Mereka.Mereka kembali memasuki mobil."Kemana lagi?" tanya
"Aku tidak peduli." sahut Hall mendekatkan wajahnya."Kamu," tiba-tiba Zha menutup mulutnya rapat-rapat ketika kedua matanya kini bertemu dengan sepasang mata Halilintar yang menatapnya cukup dalam. Sejenak, mereka saling menatap dan wajah Halilintar semakin tak berjarak dengan wajahnya.Jujur saja diakui oleh Zha. Dia gugup untuk saat ini. Bahkan hampir tidak bisa mengendalikan rasa gugup yang tiba-tiba menyerangnya tanpa alasan."Pulanglah Tuan muda Halilintar, dan anggap kita tidak pernah bertemu sebelum para musuh ku mengenalimu dan kamu akan terseret bahaya." ucap Zha segera menghindari tatapan Halilintar dengan cara menunduk."Jika aku tidak mau, bagaimana? Apa kamu akan menyeretku keluar?" suara Halilintar berisik di telinga Zha. Zha langsung mendongak."Tentu saja, aku akan menyeretmu keluar dari sini!" jawab Zha. Entah apa yang ia raih dari balik Hoodienya. Dia menyebar ke wajah Halilintar. Hanya selang beberapa detik saja, tubuh Halilintar sudah ambruk di lantai begitu saja