Zha segera merogoh Ponselnya.Rahangnya seketika mengeras saat dia melihat layar ponselnya, di mana tampak jelas di sana jika Halilintar sedang mencoba bertahan melawan tujuh orang Mafia.Zha langsung berdiri dan melangkah tanpa berkata satu patah pun. Sementara Elang yang dari tadi berdiri di belakang Zha sudah mengetahui masalahnya, dia terpaksa berbisik kepada Sekretaris Erwan."Lanjutkan saja rapatnya, Nona sedang ada masalah." selesai berkata Elang langsung melangkah cepat menyusul Zha."Bawa seluruh Anak buahmu! Kita harus menyelesaikannya sekarang juga!" ucap Zha.Tanpa menjawab sedikitpun Elang berlari kecil menuju mobil diikuti oleh Zha. Elang langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan kilat menuju markas mereka.Zha terlihat Frustasi ketika melihat Halilintar melalui ponselnya sudah nampak kewalahan menghadapi tujuh mafia itu. Zah begitu menyesal telah mengabaikan panggilan Ponselnya tadi, ia tidak menyangka jika pada saat itu Halilintar mencoba menghubunginya berkali-kali
Sejenak mata Zha menangkap wajah Halilintar, ia bisa melihat darah yang mengalir di ujung bibir pemuda itu.Zha begitu geram dan tidak bisa menahan diri lagi. Seketika Zha menarik pelatuk pistolnya tepat ke kaki kiri Sion hingga pria itu jatuh tersungkur di susul tembakan demi tembakan dari anak buah Zha dan anak buah Sion.Zha terus berlari, berusaha untuk menjangkau tubuh Halilintar, sementara Elang menembak kaki kanan Sion yang terlihat akan menarik pelatuknya kearah Zha.Elang terus menembak tangan Sion yang masih memegang senjata dan terus berusaha melindungi Zha.Setelah Zha berhasil menggapai tubuh Halilintar, dia segera memapahnya keluar di bantu oleh Elang, sementara anak buahnya terus berusaha merobohkan lawan mereka. Saat mereka sudah mencapai luar, Zha menoleh ke arah Sion yang masih bernafas, lalu melemparkan sesuatu ke dalam ruangan itu sambil terus berlari bersama seluruh anak buahnya menuju mobil menyusul Elang yang sudah duluan membawa Halilintar.Tak lama setelah mob
Halilintar masih tertegun sejenak mendengar penjelasan dari Zha. Kemudian dia meraih kedua tangan Zha."Maaf, aku tidak tahu jika itu alasanmu." Zha mendongak dan tersenyum. Dia menarik pelan tangannya kemudian berkata, "Pergilah. Benar yang kamu katakan Tuan Muda, musuh tetaplah musuh. Pembunuh tetaplah pembunuh. Dan itu akan terjadi pada kita. Aku akan siap kapan pun dan dimanapun untuk berhadapan denganmu sebagai musuh. Apalagi aku sadar jika kamu adalah salah satu dari mereka yaitu sebagai penegak hukum dan kebenaran." ucap Zha.Halilintar tidak bisa lagi mencerna kata-kata dari Zha, ia menarik kasar tubuh Zha dan membungkam mulutnya dengan ciumannya. Sejenak pria itu menyesap lembut bibir gadis itu yang tak merespon sama sekali, hanya menahan dada Halilintar agar tidak mengenai dadanya."Apa kamu tahu jika aku selalu memikirkanmu setelah kamu mencuri ciuman pertamaku? Aku selalu berniat untuk mengambilnya kembali. Kamu sudah menodai bibir perjaka ku gadis tengik! Bahkan kamu sa
Siang ini,Panas terik matahari terasa membakar kulit seorang Nyonya Emily yang siang itu terlihat keluar dari sebuah Mall menuju parkiran dengan beberapa kantong barang yang ia genggam di tangannya.Sopir pribadi Emily dengan sigap membukakan pintu mobil. Namun baru saja Pintu mobil terbuka dan Emily baru saja melangkah, tiba-tiba Sopir itu jatuh terjerembab oleh hantaman seseorang yang muncul di belakangnya.Melihat itu Emily tentu saja terkejut, dan menoleh cepat ke arah belakang. Beberapa pria berbaju hitam, sudah berdiri disana. Salah satu dari mereka bahkan segera menodongkan pistol tepat di kepala Emily.Tidak seperti yang dipikirkan mereka, Tangan Emily begitu cepat menepis pistol itu hingga terjatuh dan kakinya menendang salah seorang dari mereka yang mencoba menyerangnya.Tapi Emily tetap hanyalah seorang wanita yang sudah tidak muda lagi, tentu saja seperti apapun dulu dia sempat ikut latihan bela diri dengan putranya Halilintar, dia tetap kewalahan menghadapi beberapa pri
"Tante, aku tidak perlu menunggu, yang terpenting saat ini Tante selamat.""Tidak bisa Kanzha, tidak bisa! Tante harus mengenalkanmu pada Putra dan suami Tante. Tunggu sebentar ya sayang? Tante akan bertanggung jawab atas dirimu jika saudaramu marah atau kamu kehilangan pekerjaanmu. Percayalah."Zha tidak bisa lagi menjawab melainkan hanya pasrah. Merebahkan kepalanya di dinding sofa dan menepuk ringan keningnya sendiri. Menyalahkan dirinya akan alasannya tadi. Jelas saja Emily bisa mengatasi masalahnya jika memang benar itu yang menjadi alasan Zha untuk tidak mau menunggu.Jantungnya berdetak setingkat lebih cepat ketika mendengar suara seorang laki-laki bersamaan dengan derap langkah setengah berlari."Emily, apa yang terjadi?" Pria yangtak lain adalah Aaron Albarez itu langsung memeluk istrinya dengan perasaan yang begitu cemas."Aaron, aku juga tidak mengerti.""Kenapa kamu membantahku Emily. Sudah kukatakan, nanti malam aku bisa mengantarmu berbelanja." ucap Aaron."Maafkan aku
"Memalukan! Kamu telah merendahkan harga diriku Halilintar!""Zha,. Aku tidak bermaksud,""Lalu apa? Kalau Ibumu melihat yang sebenarnya. Astaga! Kamu! Pergi dari hadapanku sebelum aku benar-benar tidak bisa menahan marahku!" Zha mencengkram kerah kemeja Halilintar dan mendorongnya ke samping."Ibuku tidak melihatnya, jadi aman kan? Dia malah marah padaku, mengira aku memukulmu." Halilintar masih saja mencoba menghalangi langkah Zha yang kini sudah membuka pintu sebuah mobil yang terparkir di sana."Aku pinjam mobilmu, besok Elang yang akan mengantarnya." tanpa menunggu persetujuan Halilintar, Zha sudah memasuki mobil tersebut. Menyadari itu Halilintar lebih cepat menyusul untuk memasuki mobilnya."Aku akan mengantarmu.""Tidak perlu! Keluar!""Tidak mau!""Keluar atau," Zha sudah tidak bisa mengatur emosinya."Aku tidak mau!"Brugg!Tubuh Halilintar terpental dari dalam mobil dan jatuh ke lantai akibat dorongan kuat dari Zha."Aduh!" Halilintar mengerang kesakitan memegangi pinggangn
Mendengar seruan Halilintar, Zha menoleh. Dia menatap dengan tatapan dingin pada Halilintar kemudian menghampirinya."Kami akan melakukan perburuan, bukan untuk bersenang-senang, Tuan Muda!""Aku tahu, tapi apa salahnya jika aku ikut kekasihku sendiri?" jawab Halilintar datar.Zha hanya bisa kembali mendengus, sedikit menyesal akan pertemuannya dengan pemuda yang terpaksa kini harus menjadi kekasihnya itu, hanya karena sebuah ciuman nyasarnya.Zha memang hebat dan pandai dalam segala hal, tapi untuk urusan cinta Zha sama sekali tidak mengerti, bahkan sampai detik ini Zha masih percaya kata-kata Halilintar tentang seorang pria dan wanita yang sudah berciuman tanpa menolak itu artinya sudah menjadi sepasang kekasih.Zha tidak pernah berpikir jika Halilintar hanya membodohinya agar bisa menjadikan Zha kekasihnya.Halilintar tahu itu, jika Zha adalah wanita berdarah dingin yang tidak akan mudah di sentuh hatinya dengan cinta, Halilintar sengaja memanfaatkan kepolosan hati sang Gadis berac
"Masih mau lanjut?" Zha menarik kembali tubuh Halilintar, namun kali ini Zha tidak berniat memeluk halilintar melainkan ia mendorong Pemuda itu ke samping hingga membentur dinding.Dor...Dor...!Dua manusia terkapar kembali, tepat saat peluru mereka hampir mengenai kepala Halilintar, beruntung Zha begitu cekatan mendorong tubuh Halilintar tadi hingga selamat."Maafkan kekasihmu ini, Tuan muda. Mungkin aku terlalu kasar." ucap Zha menghampiri Halilintar yang masih bersandar di dinding, pemuda itu tergelak menyaksikan aksi gila Zha yang sangat memukau.Zha meraih tangan Halilintar dan membawanya untuk mendekati sosok pria yang sudah terkapar tak bernyawa itu untuk memeriksa sesuatu."Jangkar perak?" dugaan Zha benar ketika melihat sebuah Tato bergambar jangkar perak ⚓ di lengan pria berambut silver itu.Sesuatu yang ia cari selama ini dan terabaikan karena lebih berfokus pada keluarga Albarez dan gangguan Halilintar akhir+akhir ini."Brengsek! Siapa sebenarnya yang mengirim mereka?" umpa