Meskipun Halilintar dan Viktor ini tidak satu universe dulunya, tetapi karena Ken Ayah dari Viktor ini adalah sahabat sekaligus orang kepercayaan Aaron Ayah dari Halilintar, maka hubungan Halilintar dan Viktor pun sangat dekat."Bisa jadi. Meskipun racun ini tidak satu jenis. Tapi aku menduga berasal dari satu orang yang sama." jawab Victor sambil meremas rambutnya. Dia terlihat begitu pusing."Bagaimana kita bisa mengungkapnya, jika sedikitpun tidak ada bekas jejak yang tertinggal?" Halilintar pun ikut dibuat bingung."Entahlah." jawab singkat Victor, dia seperti sudah merasa putus asa.Kasus pembunuhan kali ini dengan cara yang berbeda dan dengan jenis racun yang berbeda juga, tetapi tetap racun yang bisa memecah pembuluh darah. Dan sekali lagi, kasus ini sungguh mampu membuat mereka kebingungan.Beralih ke kediaman Gadis Beracun.Bibir yang tidak seharusnya masih berwarna merah karena sering menghisap Filter rokok itu terlihat menarik senyuman tipisnya ketika mendengar Elang menyam
Meskipun Ardogama juga adalah seorang Ketua Mafia dan sudah sering berhadapan dengan orang-orang kejam dan hebat, tetapi diakuinya saat di hadapan Gadis Beracun ini, jantungnya tetap tak bisa stabil. Siapa yang tidak tahu tentang Gadis Beracun ini? Di kalangan dunia Mafia, jika dia sudah merentangkan ketapelnya, ini akan menjadi pertanda buruk."Oh baiklah. Setidaknya duduklah sebentar saja." Ardogama melirikZha yang sudah mundur beberapa langkah."Ah, baiklah. Berdiri saja kalau begitu. Begini," seperti sudah bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya jika gadis yang ada di depan itu sudah merentangkan tangannya sambil mundur beberapa langkah, Ardogama terlihat getir dan memilih untuk cepat mengatakan hal yang ingin dia sampaikan."Besok lusa, ada sebuah pesta besar yang akan diadakan salah satu ketua mafia di kota Xx. Jika kamu mau datang sebagai tamu, kemungkinan kamu akan mendapatkan sedikit petunjuk."Zha mendengus dan perlahan menurunkan tangannya. Tapi tatapan tajamnya ma
Halilintar masih berlari mengejar Zha yang telah menghilang. Matanya terus berputar mencari keberadaan gadis itu. Tetapi sebelum Halilintar melanjutkan langkahnya, tiba-tiba sebuah pukulan benda tumpul tepat mengenai punggungnya membuat dia jatuh tersungkur bertepatan dengan sebuah moncong pistol sudah terarah padanya."Menyerahlah." Halilintar masih dengan pandangan yang sedikit berkunang-kunang menoleh, terlihat olehnya seorang pria berpakaian serba hitam hendak menarik pelatuk pistol yang ia genggam. Namun sebelum itu benar-benar terjadi, sekelebat tendangan tepat milik Zha mengarah pada pistol itu hingga membuat Pistol itu jatuh melesat jauh. Tangan gadis itu segera menarik tubuh Halilintar dan membawanya berlari cepat meloncati sebuah pagar pembatas. Zha terus berlari masih dengan menarik tangan Halilintar hingga mencapai tempat parkiran."Mana mobilmu? Cepat! Atau kamu mau mati disini?" tanya Zha menoleh pada Halilintar yang masih terlihat syok itu."Itu!" spontan Halilintar men
Menjelang malam.Di kamarnya yang luas itu. Halilintar tak berhenti tersenyum menatap nomor yang baru saja ia dapatkan tadi.Halilintar merasa seperti sedang mendapatkan sesuatu yang begitu menyenangkan. Ah, perasaan macam apa ini? Tertarik pada gadis aneh itu? Atau hanya sekedar mengagumi kehebatannya?Halilintar meremas rambutnya. Kemudian tangannya mulai menekan tombol hijau di layar Ponselnya itu.Kenapa aku jadi tidak sabar begini?Halilintar merasa keheranan setelah menyadari apa yang sedang ia perbuat.Namun semua sudah terlanjur, panggilan sudah terhubung dan sialnya sudah terangkat oleh pemilik nomor yang baru saja ia tekan itu."Jika tidak ada sesuatu yang penting, jangan menghubungiku!" suara lantang Milik Zha langsung terdengar menggelegar di telinga Halilintar, tetapi anehnya malah seperti menyentuh lembut jantungnya.Halilintar menjadi gugup,"Aku. Ah, aku hanya ingin…Kamu sedang apa? Ya, apa yang sedang kamu lakukan sekarang?" jawab Halilintar sekenanya saja, dia tidak
"Apa kamu pikir aku akan menghilang dan tidak bisa kembali hah?" jawab Halilintar, kemudian mematikan mobilnya karena memang sudah sampai di tempat tujuan dan segera meraih chip kecil itu dari tangan Zha."Hanya berjaga-jaga, karena kamu masih berhutang padaku." sahut Zha tanpa merasa bersalah sedikitpun.Meskipun Halilintar merasa sedikit kesal, tetapi entah kenapa dia patuh pada Zha.Halilintar langsung memasang chip kecil yang merupakan alat pelacak sekaligus alat penyadap itu pada bagian atas perut sispeknya. Dan pergerakan tangannya menyibak kemejanya membuat Zha memalingkan wajahnya ketika bagian tubuh atas Halilintar terbuka begitu jelas."Kurasa kamu sudah terbiasa melihat seperti ini. Kenapa harus memalingkan muka?" ucap Halilintar yang masih sibuk mencoba memasang chip itu."Terbiasa katamu? Semua orang di sekitarku adalah laki-laki, tapi bahkan tidak ada yang berani berlaku konyol seperti kamu ini di hadapanku!" jawab Zha. Halilintar hanya terkekeh kecil.Melihat Halilinta
Zha yang sangat geram tidak bisa lagi untuk menahan sabar, akhirnya dia memilih untuk menarik pelatuknya dan satu peluru yang keluar dari desert eaglenya menembus kepala pria itu yang langsung membuat pria itu ambruk tak bernyawa.Halilintar yang menyaksikan itu hanya bisa menarik nafas panjang tanda sedikit kecewa dengan tindakan Zha yang menurutnya terkesan buru-buru."Kita belum mendapatkan informasi apapun darinya dan kamu malah sudah membunuhnya."ucap Halilintar dengan pelan."Ada yang lebih berguna daripada lidahnya." jawab Zha. Dia melemparkan ponsel pria itu yang langsung ditangkap sempurna oleh Halilintar.Halilintar terperangah, "Ternyata kamu bukan hanya seorang mafia, Kamu juga seorang Hacker?" Halilintar menggelengkan kepalanya."Ya, dan kamu harus mengingat itu selalu." jawab Zha.Halilintar hanya sedikit tersenyum dan mengangkat kedua bahunya, kemudian mengikuti pergerakan Gadis itu yang berjalan ke arah mobil Mereka.Mereka kembali memasuki mobil."Kemana lagi?" tanya
"Aku tidak peduli." sahut Hall mendekatkan wajahnya."Kamu," tiba-tiba Zha menutup mulutnya rapat-rapat ketika kedua matanya kini bertemu dengan sepasang mata Halilintar yang menatapnya cukup dalam. Sejenak, mereka saling menatap dan wajah Halilintar semakin tak berjarak dengan wajahnya.Jujur saja diakui oleh Zha. Dia gugup untuk saat ini. Bahkan hampir tidak bisa mengendalikan rasa gugup yang tiba-tiba menyerangnya tanpa alasan."Pulanglah Tuan muda Halilintar, dan anggap kita tidak pernah bertemu sebelum para musuh ku mengenalimu dan kamu akan terseret bahaya." ucap Zha segera menghindari tatapan Halilintar dengan cara menunduk."Jika aku tidak mau, bagaimana? Apa kamu akan menyeretku keluar?" suara Halilintar berisik di telinga Zha. Zha langsung mendongak."Tentu saja, aku akan menyeretmu keluar dari sini!" jawab Zha. Entah apa yang ia raih dari balik Hoodienya. Dia menyebar ke wajah Halilintar. Hanya selang beberapa detik saja, tubuh Halilintar sudah ambruk di lantai begitu saja
Zha segera merogoh Ponselnya.Rahangnya seketika mengeras saat dia melihat layar ponselnya, di mana tampak jelas di sana jika Halilintar sedang mencoba bertahan melawan tujuh orang Mafia.Zha langsung berdiri dan melangkah tanpa berkata satu patah pun. Sementara Elang yang dari tadi berdiri di belakang Zha sudah mengetahui masalahnya, dia terpaksa berbisik kepada Sekretaris Erwan."Lanjutkan saja rapatnya, Nona sedang ada masalah." selesai berkata Elang langsung melangkah cepat menyusul Zha."Bawa seluruh Anak buahmu! Kita harus menyelesaikannya sekarang juga!" ucap Zha.Tanpa menjawab sedikitpun Elang berlari kecil menuju mobil diikuti oleh Zha. Elang langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan kilat menuju markas mereka.Zha terlihat Frustasi ketika melihat Halilintar melalui ponselnya sudah nampak kewalahan menghadapi tujuh mafia itu. Zah begitu menyesal telah mengabaikan panggilan Ponselnya tadi, ia tidak menyangka jika pada saat itu Halilintar mencoba menghubunginya berkali-kali
Saat Aisyah melihat genggaman tangan Putranya pada jari jemari Alexa, dia sudah dapat mengerti jika kedatangan Elang untuk menemuinya kali ini sepertinya bukan untuk urusan pekerjaan. Tapi ada hal lain.Apalagi ketika mereka menyambutnya di bawah tangga tanpa melepaskan genggaman tangan mereka, Aisyah makin yakin dengan dugaannya.Dia menatap dingin pada mereka, seolah olah meminta penjelasan dari mereka. Padahal dalam hatinya, dia cukup tersenyum senang.Pernah bahkan seringkali malah, Aisyah mengkhawatirkan Putranya itu.Memikirkan Kapan Elang akan menyusul adiknya? Mengkhawatirkan, Apakah ada yang mau menerima Elang yang pernah berada di dunia gelap?Adakah keluarga yang mau dengan tulus menerima Elang, seperti keluarga Albarez yang bisa menerima Zha dengan tulus?Begitu banyak kekhawatiran Aisyah saat merenungkan nasib percintaan Putranya kelak. Tapi ketika melihat apa yang ada di hadapannya itu, hatinya mendadak lega seketika.Alexa!Benar! Gadis itu sangat tepat untuk Putranya.
Pagi berikutnya,Elang mengajak Alexa untuk menemui Ibunya.Sebelum datang berkunjung, Elang terlebih dulu menghubungi Aisyah.Elang sedikit terkejut saat Ibunya mengatakan jika Ibunya sekarang sudah pindah dan tinggal di rumah utama. Memang benar, Aisyah sekarang tinggal bersama beberapa orang pelayan dan anak buahnya di Rumah Besar milik Tuan Glendale.Sudah ada satu bulanan dia tinggal disini. Sebenarnya dia tidak ingin lagi masuk ke rumah ini. Mengingat begitu banyak kenangan pahit yang pernah terjadi di rumah ini. Tetapi entah kenapa, pada akhirnya dia sendiri memutuskan untuk tinggal disini.Atau mungkin Aisyah hanya ingin mengingat semua kenangan masa lalu.Disinilah dia dilahirkan dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan kelembutan oleh kedua orang tuanya. Meskipun pada saat itu dia tahu jika kedua orang tuanya, Ayah dan Ibunya itu bukanlah orang tua biasa seperti orang tua teman temannya. Tapi orang tuanya adalah seorang ketua mafia. Aisyah sadar jika dirinya adalah pu
Ketika mendengar Elang mengatakan kata kencan, Alexa tidak bisa untuk tidak membulatkan kedua matanya. Tentu saja dia terkejut, "Apa yang kamu katakan Elang? Kencan? Siapa yang kencan?"Elang belum menjawab, dia malah tertawa kecil terlebih dahulu, kemudian berkata, "Yang kencan ya kita, memang kenapa? Aku mengajakmu keluar untuk kencan. Kamu keberatan?"Sumpah demi apapun, saat ini wajah Alexa memerah. Jantungnya berdegup keras. Dia langsung merasa gugup.Biasanya dia akan diajak keluar oleh Elang untuk melakukan sebuah pekerjaan. Kalau dulu saat dia masih berada di Klan Selatan, dia hanya tahu, keluar hanya untuk menyelesaikan misi. Jadi bagaimana dia tidak gugup, saat tiba tiba saja Elang mengatakan jika akan berkencan dengan dirinya?Sungguh, hati gadis ini merasa seperti terbang diatas awan."Hei, kenapa malah melamun? Kamu keberatan ku ajak pergi kencan?" Elang bertanya lagi, itu membuat Alexa tersentak dari lamunannya. Wajahnya semakin memerah."Bukan begitu. Tapi aku, aku han
Saat ini Halilintar masih bersama Zha di kamar Mereka. Mereka melepaskan rindu dan keresahan hati mereka yang sempat mereka rasakan tadi. Beberapa saat kemudian Zha menanyakan Zhilan dan Zhelin padq Halilintar."Apa Mereka rewel dan membuatmu kewalahan Hal?" Zha bertanya.Halilintar menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Tidak Zha. Apa kamu tahu, Mereka sangatlah pengertian. Mereka sama sekali tidak rewel, seperti tahu jika orang tuanya sedang ada masalah.""Sungguh kah?" Zha senang mendengarnya dan segera menghampiri Ranjang si kembar. Dia menatap dua putri kembarnya yang masih terlelap.Zha mengambil Zhilan dan menggendong bayi itu. Mata Zha berkaca-kaca. Dia bersyukur bisa kembali lagi kesini. Hampir saja dia tidak bisa melihat tumbuh kembang mereka, jika saja Victor membawanya ke kantor polisi dan dia di penjara.Kehidupan Mereka akan jauh lebih menyedihkan dibanding hidup Zha. Mereka akan mendengar jika lahir dari seorang wanita pembunuh dan kini ibunya mendekam di penjara.
Halilintar masih seperti tidak percaya dengan apa yang ia lihat. "Zha! Benarkah ini kamu? Atau aku hanya sedang bermimpi?" Halilintar merasa jika ini mungkin hanyalah mimpi karena dia terlalu memikirkan Zha seharian ini. Tapi dia tersentak dan sadar ketika Zha menyentuh pipinya dan bersuara."Hall! Ini aku. Aku telah kembali untuk kalian." Zha mengusap air mata pria itu yang masih membekas di sana.Halilintar tercengang lalu segera berteriak,"Zha.." Halilintar menarik kasar tubuh Zha dan memeluknya dengan begitu erat."Kamu kembali untuk kami? Benarkah ini?" tanya Halilintar di sela isakannya seperti tidak percaya dengan semua ini."Maafkan aku yang sudah berniat meninggalkan kalian. Aku tidak akan pergi lagi Hall. Mulai sekarang aku akan disisi kalian." jawab Zha juga ikut terisak di pelukan suaminya.Halilintar menarik tubuh Zha yang tampak lemas kedalam kamar. Lalu membawanya duduk di sofa. Berkali kali mengusap wajah istrinya dan menghujaninya dengan kecupan hangat."Ceritakan p
Tidak ada yang tidak terkejut dengan ucapan Aisyah barusan saat dia memerintah Elang untuk mengumpulkan anak buah Zha dari Poison Of Death dan dari anak buah klan Selatan milik almarhum Ardogama dulu.Semua orang terkejut, terlebih lagi Elang. Dia tidak menyangka jika Ibunya akan berkata demikian dan bahkan berpikir hingga sejauh itu.Elang masih merasa tak percaya dan langsung mengguncang bahu ibunya."Ibu, apa yang kamu bicarakan? Ibu tidak boleh melakukan itu. Kita tidak boleh membangun kembali Klan Jangkar Perak. Aku juga tidak mau mengingkari janjiku pada Ayah!" ucap Elang."Tapi keadaan ini terdesak Elang. Kita harus menyelamatkan adikmu. Apa kamu mau adik kamu Zha membusuk di penjara?" tegas Aisyah.Elang menggelengkan kepala, "Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku akan mengeluarkan Zha dari penjara Bu, percayalah. Tapi jika untuk membangun Klan Jangkar Perak kembali, aku tidak setuju. Zha juga pasti akan kecewa pada kita, jika kita melakukan itu." balas Elang. Saat ini,
Kedua pria bapak beranak itu telah melangkah meskipun dengan perasaan yang mulai tidak tenang dengan kedatangan Victor kali ini.Aaron maupun Halilintar sama sama menatap Victor yang sudah berdiri di depan pintu, dan yang membuat mereka semakin tidak tenang adalah kali ini Victor datang tidak sendiri melainkan ada tiga polisi di belakang Victor.Victor memberi salam, mengangguk hormat dan melangkah, "Selamat siang Tuan Aaron Albarez dan Halilintar. Maaf jika kami mengganggu waktu kalian." ucap Victor."Selamat siang juga detektif Victor. Silahkan masuk." sahut Aaron. Meskipun Victor adalah anak dari Kim, tetapi Aaron sangat menghormati karena pria muda yang berdiri di hadapannya itu adalah Seorang Detektif. Victor juga sangat menghormati keluarga ini, mungkin jika bukan karena tugas dan bukan karena tanggung jawabnya mungkin saat ini Victor pun tidak akan ada disini dengan membawa Sebuah kepentingan seperti ini. Sebelum datang kemari hari ini, Victor juga sempat Dilema. Tetapi ini
Setelah beberapa saat Halilintar berbicara pada Zha, Dokter meminta izin untuk memeriksa keadaan Zha kembali guna memastikan keadaan Zha.Mereka menyingkir, memberi ruang untuk dokter dan Tim. Zha diperiksa kembali, pemeriksaan yang sangat teliti. Dan Dokter tidak menemukan hal yang perlu dikhawatirkan lagi. Keadaan kondisi Zha dinyatakan telah membaik.Semua orang bernafas lega sekarang. Dokter juga bernafas lega. Dia merasa seperti telah terlepas dari rantai besi yang membelenggu lehernya. Segera memberi perintah pada tim untuk memindahkan Zha ke ruangan rawat inap.Setelah Zha sudah dipindahkan, Dokter berpamitan. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi pada keadaan Nona Zha. Jadi kalau begitu, saya akan permisi. Saya akan tetap kembali lagi secara rutin untuk memeriksa kembali perkembangan kesehatan Nona Zha dengan berkala." dokter berkata pada mereka khususnya pada Halilintar.Halilintar mengangguk, "Terima kasih Dokter, atas semua usaha kalian. Benar benar terima kasih."Dok
"Dokter..! Dokter.! Apa yang terjadi pada istri ku? Buka .!!!" Halilintar menggedor gedor pintu.Tidak ada yang mempedulikan Halilintar meskipun dia sudah berteriak kencang dan menggedor gedor pintu. Tim Dokter didalam sana sedang bekerja seoptimal mungkin untuk melakukan transfusi darah pada Zha dengan memburu waktu yang tersisa."Hall, tenanglah. Mereka sedang berusaha. Jangan mengganggu konsentrasinya tim dokter. Istrimu pasti baik baik saja. Ayo kembali." Aaron lagi lagi berusaha untuk menenangkan hati Putranya, kemudian menarik tangan Halilintar kembali ke bangku panjang."Pa, pasti terjadi sesuatu pada Zha Pa.! Mereka semua terlihat panik!" kata Halilintar."Tidak Hall, mereka sedang mengejar sisa waktu yang dimiliki Zha. Bisakah kau berpikir jernih dulu dan jangan selalu berprasangka buruk?!!" tegas Aaron, membuat Halilintar mendongak menatap wajah Ayahnya."Maafkan aku Pa, aku sungguh panik." jawab Halilintar mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.Aaron tahu jika H