Ketika Emily hendak melepaskan pelukannya, Aaron langsung mengedipkan matanya kepada Kim, mengangkat alisnya beberapa kali dan memiringkan kepalanya. Ini adalah kode untuk Kim, tetapi kali ini Kim rupanya kurang peka dan tidak paham. Dia malah mengangkat kedua bahunya tanda tak mengerti.Aaron berdehem, bahkan beberapa kali juga sambil melirik ke belakang."Tuan bilang apa?" Kim malah bertanya kepada Dua orang dibelakangnya. Mereka juga mengangkat kedua bahu seperti dirinya tadi.Astaga! Bodoh Kim ini!Aaron memaki Kim dalam hati.Melihat ekspresi wajah Aaron, Emily bertanya, "Aaron. Kamu kenapa? Kepalamu kenapa? Sakit ya?""Ah, tidak. Aku hanya pegal! Iya kan Kim, aku pegal? Sedari tadi aku tertawa." Dia menoleh ke arah Kim, sambil kembali mengangkat Alisnya, sekarang tangannya mengisyaratkan Kim.Melihat tangan Aaron bergerak gerak di belakang punggung tanda agar mereka segera menyeret Jonathan keluar dari sana, baru Kim dan dua orangnya paham sekarang.Oohhhh.. Itu Maksudnya!"Aar
Emily terkejut, melirik sendok yang sudah tergeletak di lantai. Seketika Emily langsung mengencangkan Urat lehernya."Aaron! Masakan ini adalah resep dari Ibu mertuamu! Dia memintaku belajar memasak agar aku bisa seperti dirinya! Yang pintar memasak untuk suami dan anaknya. Ibumu saja meminta Ibuku untuk mengajarinya! Kalau kamu tidak suka masakan ini, artinya sama saja kamu tidak suka dengan Ibuku! Ini Adalah resep rahasia keluarga Knight.. Hiks…" Emily kemudian terisak sambil memegangi dadanya.Padahal Emily hanya berbohong dan sedang berakting sedih saja.Namun melihat istrinya seperti itu, Aaron langsung panik. Jantungnya seperti tertusuk sembilu mendengar isakan Emily."Sayang…bukan begitu maksudku. Aku tidak suka kamu memasak, bukan tidak suka masakan ini. Aku takut kamu kelelahan.""Sama saja! Kamu melarang aku memaksa, artinya secara tidak langsung kamu tidak menyukai masakanku, yang artinya juga tidak menyukai resep masakan Keluarga Knight!"Aaron menelan ludah. Istrinya suda
Emily sedikit memberontak, tetapi Aaron memaksa."Aaron, jangan seperti ini. Ini tengah hari." Emily hendak mendorong tubuh Aaron."Memangnya kenapa? Tengah hari, tengah malam atau kapanpun, itu tidak masalah. Ini di kamar. Aku milikmu dan kamu milikku, tidak ada larangan." Aaron melanjutkan ciumannya."Tapi jika ada pelayan bagaimana? Sebentar lagi mereka keatas untuk mengantar makan siang."Aaron menoleh ke arah pintu, terburu turun untuk mengunci pintu."Sudah aku kunci. Tidak ada yang akan berani datang." Aaron kembali ke atas ranjang."Sayangku, hari ini aku sangat merindukanmu.""Sepertinya itu terus yang kamu katakan." Emily mulai kesal."Ya. Karena aku memang terus merindukanmu Emily. Setiap saat." Aaron mulai mengendurkan dasinya, menarik dan melemparnya sembarangan. Kemudian membuka satu persatu Kancing kemejanya.Emily sudah mengerti apa yang diinginkan Suaminya, dia ingin menolak kali ini. Bukannya apa, mereka baru pulang, belum sempat membersihkan diri dan perut juga tera
Gedung perkantoran Perusahaan Galaxy Group!Sepagi ini, semua aturan dan tatanan mendadak berubah drastis hari ini juga. Tidak boleh ada bau atau Aroma apapun selain Aroma jeruk. Begitu kabar yang beredar.Semua staf Pria maupun wanita dan seluruh ruangan harus menggunakan Parfum beraroma jeruk seperti perintah Tuan Aaron Albarez. Tentu saja semua akan patuh.Gedung perkantoran ini tak ubahnya seperti Toko Buah yang hanya khusus menjual buah jeruk saja.Ini sungguh merepotkan hari Kim. Dia harus menghubungi satu persatu Tamu yang hendak hadir di pertemuan pagi ini. Sialnya, dia harus mengatakan agar Mereka memakai Parfum beraroma jeruk, jika tidak maka pertemuan tidak akan dilaksanakan.Mendengar pemberitahuan dari Kim, Mereka tercengang. Ada yang langsung bisa menebak, ada juga yang masih kebingungan dan bertanya-tanya. Akan tetapi tetap saja, mereka belum mendapatkan jawaban yang pasti.'Ini ada apa?' batin seluruh karyawan bermonolog."Tuan Aaron kenapa?" Ada juga satu dari mereka
Pada saat semua para Tim Dokter sedang dilanda kebingungan karena belum menemukan titik permasalahan pada kasus tentang Aaron Albarez yang mendadak muntah dan pingsan, hanya ada satu Dokter wanita yang tersenyum di tengah tengah kepanikan mereka. Itu membuat para Tim Dokter menatap heran kearah Dokter Wanita yang bernama Zea itu. Dia adalah Dokter spesialis kandungan."Dokter Zea! Kenapa kamu malah tersenyum? Apa kamu cari mati?!" Bentak salah satu dokter.Dokter Zea memiringkan wajahnya sambil kembali tersenyum kemudian dengan tenang dia berbicara,"Kalian jangan terlalu panik. Itu hanya akan membuat pikiran kita lemot dan buntu. Perhatikan baik-baik. Tuan Aaron itu sedang baik-baik saja. Tidak terjadi keracunan dan gangguan kesehatan lainnya."Mereka saling menatap satu sama lain. Seolah ingin membenarkan ucapan Dokter Zea, jika kepanikan mereka hanya akan membuat otak mereka Buntu.Tetapi atas alasan apa Dokter Zea berani mengambil kesimpulan seperti itu? Mengatakan jika Tuan Aaro
Emily masih dalam keadaan kebingungan, "Kenapa aku harus diperiksa? Apa ada hubungannya sakit Suamiku dengan diriku?" "Emily, ikutlah dengan dokter, agar kamu diperiksa." Sekarang Aaron yang meminta."Aku tidak sedang sakit Aaron. Kenapa mesti diperiksa? Kamu yang butuh perawatan dan pemeriksaan secara benar!" Emily kembali membantah."Nona Emily. Silahkan ikut dulu." Dokter Zea kini yang mempersilahkan Emily untuk mengikutinya ke ruangan sebelah.Emily kebingungan, menatap Aaron kemudian menatap Erina dan Fic secara bergantian. Kedua orang tua Aaron juga nampak bingung dengan permintaan Dokter.Kemudian Erina maju dan menuding Dokter Zea dengan kasar."Kalian buta ya? Menantuku itu sehat-sehat saja. Aku telah menjaganya dengan sangat baik, bahkan segenap jiwa dan ragaku ketika Putraku tidak ada dirumah. Dan kalian mengira dia sakit?" Erina sangat kesal karena mengira jika Para Tim Dokter telah menuduh Emily kurang sehat.Kemudian dia menoleh pada suaminya,"Fic! Beri hukuman pada m
Mereka kini telah pulang semua dari rumah sakit. Aaron langsung dibawa Emily masuk ke kamarnya.Aaron layaknya seperti bayi besar yang menggelendot manja di pinggang Emily.Sebenarnya Emily sangat kesal, bukannya dia yang sedang hamil dan yang seharusnya bermanja, tetapi ini malah Bapaknya calon bayi yang manja.Sementara Erina sedang sibuk dengan keluarga besarnya untuk membahas persiapan perayaan mengandungnya sang menantu kesayangan.Lalu saat ini Kim, harus cepat menyelamatkan dua orang tersangka kasus percobaan pembunuhan Tuan Aaron Albarez yang keliru dan salah kaprah, sebelum dua Manusia tak berdosa itu dihabisi oleh para anak buah sadisnya."Dimana mereka berdua? Apa kalian sudah memukul mereka?" Tanya Kim kepada Orang orangnya."Kami menunggu perintah Tuan. Baik! Kami akan segera memukul mereka." Jawab mereka.Dua orang didalam sana yang sedang diikat kedua tangan dan kakinya semakin pucat pasi. Mulut mereka terlihat komat kamit membaca doa-doa."Selamatkan aku Tuhan. Sungguh
Hari hari berlalu terasa cukup berat bagi semua orang yang berada di sekitar Aaron saat ini.Masa ngidam Aaron bukan hanya menyusahkan diri Aaron saja, tapi menyusahkan hampir semua orang.Meskipun sudah mulai berkurang, tetapi Aaron masih harus merasakan mual hampir setiap pagi hari. Selera makannya pun menurun drastis dan hanya mau memakan Roti serta buah buahan segar saja.Tidak ada yang enak ataupun nyaman bagi Aaron kecuali hanya saat didekat Emily saja. Hanya Emily penawar semua keluh kesahnya.Hanya tubuh Emily, senyuman Emily, usapan lembut Emily yang mampu menenangkan Aaron.Aaron juga tidak bisa pergi ke kantor karena lemas dan selalu merasa pusing di kepala.Alhasil Kim kewalahan dalam mengurus Perusahaan sehingga mengusulkan untuk mencari seorang Sekretaris sementara untuk dirinya."Atur saja sesukamu Kim! Aku mempercayakan segala urusan padamu.""Baiklah Tuan. Tapi aku perlu melakukan audisi dan menyeleksi secara ketat terlebih dahulu.""Hem. Sudah sudah. Pergilah! Aku sa
Saat Aisyah melihat genggaman tangan Putranya pada jari jemari Alexa, dia sudah dapat mengerti jika kedatangan Elang untuk menemuinya kali ini sepertinya bukan untuk urusan pekerjaan. Tapi ada hal lain.Apalagi ketika mereka menyambutnya di bawah tangga tanpa melepaskan genggaman tangan mereka, Aisyah makin yakin dengan dugaannya.Dia menatap dingin pada mereka, seolah olah meminta penjelasan dari mereka. Padahal dalam hatinya, dia cukup tersenyum senang.Pernah bahkan seringkali malah, Aisyah mengkhawatirkan Putranya itu.Memikirkan Kapan Elang akan menyusul adiknya? Mengkhawatirkan, Apakah ada yang mau menerima Elang yang pernah berada di dunia gelap?Adakah keluarga yang mau dengan tulus menerima Elang, seperti keluarga Albarez yang bisa menerima Zha dengan tulus?Begitu banyak kekhawatiran Aisyah saat merenungkan nasib percintaan Putranya kelak. Tapi ketika melihat apa yang ada di hadapannya itu, hatinya mendadak lega seketika.Alexa!Benar! Gadis itu sangat tepat untuk Putranya.
Pagi berikutnya,Elang mengajak Alexa untuk menemui Ibunya.Sebelum datang berkunjung, Elang terlebih dulu menghubungi Aisyah.Elang sedikit terkejut saat Ibunya mengatakan jika Ibunya sekarang sudah pindah dan tinggal di rumah utama. Memang benar, Aisyah sekarang tinggal bersama beberapa orang pelayan dan anak buahnya di Rumah Besar milik Tuan Glendale.Sudah ada satu bulanan dia tinggal disini. Sebenarnya dia tidak ingin lagi masuk ke rumah ini. Mengingat begitu banyak kenangan pahit yang pernah terjadi di rumah ini. Tetapi entah kenapa, pada akhirnya dia sendiri memutuskan untuk tinggal disini.Atau mungkin Aisyah hanya ingin mengingat semua kenangan masa lalu.Disinilah dia dilahirkan dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan kelembutan oleh kedua orang tuanya. Meskipun pada saat itu dia tahu jika kedua orang tuanya, Ayah dan Ibunya itu bukanlah orang tua biasa seperti orang tua teman temannya. Tapi orang tuanya adalah seorang ketua mafia. Aisyah sadar jika dirinya adalah pu
Ketika mendengar Elang mengatakan kata kencan, Alexa tidak bisa untuk tidak membulatkan kedua matanya. Tentu saja dia terkejut, "Apa yang kamu katakan Elang? Kencan? Siapa yang kencan?"Elang belum menjawab, dia malah tertawa kecil terlebih dahulu, kemudian berkata, "Yang kencan ya kita, memang kenapa? Aku mengajakmu keluar untuk kencan. Kamu keberatan?"Sumpah demi apapun, saat ini wajah Alexa memerah. Jantungnya berdegup keras. Dia langsung merasa gugup.Biasanya dia akan diajak keluar oleh Elang untuk melakukan sebuah pekerjaan. Kalau dulu saat dia masih berada di Klan Selatan, dia hanya tahu, keluar hanya untuk menyelesaikan misi. Jadi bagaimana dia tidak gugup, saat tiba tiba saja Elang mengatakan jika akan berkencan dengan dirinya?Sungguh, hati gadis ini merasa seperti terbang diatas awan."Hei, kenapa malah melamun? Kamu keberatan ku ajak pergi kencan?" Elang bertanya lagi, itu membuat Alexa tersentak dari lamunannya. Wajahnya semakin memerah."Bukan begitu. Tapi aku, aku han
Saat ini Halilintar masih bersama Zha di kamar Mereka. Mereka melepaskan rindu dan keresahan hati mereka yang sempat mereka rasakan tadi. Beberapa saat kemudian Zha menanyakan Zhilan dan Zhelin padq Halilintar."Apa Mereka rewel dan membuatmu kewalahan Hal?" Zha bertanya.Halilintar menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Tidak Zha. Apa kamu tahu, Mereka sangatlah pengertian. Mereka sama sekali tidak rewel, seperti tahu jika orang tuanya sedang ada masalah.""Sungguh kah?" Zha senang mendengarnya dan segera menghampiri Ranjang si kembar. Dia menatap dua putri kembarnya yang masih terlelap.Zha mengambil Zhilan dan menggendong bayi itu. Mata Zha berkaca-kaca. Dia bersyukur bisa kembali lagi kesini. Hampir saja dia tidak bisa melihat tumbuh kembang mereka, jika saja Victor membawanya ke kantor polisi dan dia di penjara.Kehidupan Mereka akan jauh lebih menyedihkan dibanding hidup Zha. Mereka akan mendengar jika lahir dari seorang wanita pembunuh dan kini ibunya mendekam di penjara.
Halilintar masih seperti tidak percaya dengan apa yang ia lihat. "Zha! Benarkah ini kamu? Atau aku hanya sedang bermimpi?" Halilintar merasa jika ini mungkin hanyalah mimpi karena dia terlalu memikirkan Zha seharian ini. Tapi dia tersentak dan sadar ketika Zha menyentuh pipinya dan bersuara."Hall! Ini aku. Aku telah kembali untuk kalian." Zha mengusap air mata pria itu yang masih membekas di sana.Halilintar tercengang lalu segera berteriak,"Zha.." Halilintar menarik kasar tubuh Zha dan memeluknya dengan begitu erat."Kamu kembali untuk kami? Benarkah ini?" tanya Halilintar di sela isakannya seperti tidak percaya dengan semua ini."Maafkan aku yang sudah berniat meninggalkan kalian. Aku tidak akan pergi lagi Hall. Mulai sekarang aku akan disisi kalian." jawab Zha juga ikut terisak di pelukan suaminya.Halilintar menarik tubuh Zha yang tampak lemas kedalam kamar. Lalu membawanya duduk di sofa. Berkali kali mengusap wajah istrinya dan menghujaninya dengan kecupan hangat."Ceritakan p
Tidak ada yang tidak terkejut dengan ucapan Aisyah barusan saat dia memerintah Elang untuk mengumpulkan anak buah Zha dari Poison Of Death dan dari anak buah klan Selatan milik almarhum Ardogama dulu.Semua orang terkejut, terlebih lagi Elang. Dia tidak menyangka jika Ibunya akan berkata demikian dan bahkan berpikir hingga sejauh itu.Elang masih merasa tak percaya dan langsung mengguncang bahu ibunya."Ibu, apa yang kamu bicarakan? Ibu tidak boleh melakukan itu. Kita tidak boleh membangun kembali Klan Jangkar Perak. Aku juga tidak mau mengingkari janjiku pada Ayah!" ucap Elang."Tapi keadaan ini terdesak Elang. Kita harus menyelamatkan adikmu. Apa kamu mau adik kamu Zha membusuk di penjara?" tegas Aisyah.Elang menggelengkan kepala, "Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku akan mengeluarkan Zha dari penjara Bu, percayalah. Tapi jika untuk membangun Klan Jangkar Perak kembali, aku tidak setuju. Zha juga pasti akan kecewa pada kita, jika kita melakukan itu." balas Elang. Saat ini,
Kedua pria bapak beranak itu telah melangkah meskipun dengan perasaan yang mulai tidak tenang dengan kedatangan Victor kali ini.Aaron maupun Halilintar sama sama menatap Victor yang sudah berdiri di depan pintu, dan yang membuat mereka semakin tidak tenang adalah kali ini Victor datang tidak sendiri melainkan ada tiga polisi di belakang Victor.Victor memberi salam, mengangguk hormat dan melangkah, "Selamat siang Tuan Aaron Albarez dan Halilintar. Maaf jika kami mengganggu waktu kalian." ucap Victor."Selamat siang juga detektif Victor. Silahkan masuk." sahut Aaron. Meskipun Victor adalah anak dari Kim, tetapi Aaron sangat menghormati karena pria muda yang berdiri di hadapannya itu adalah Seorang Detektif. Victor juga sangat menghormati keluarga ini, mungkin jika bukan karena tugas dan bukan karena tanggung jawabnya mungkin saat ini Victor pun tidak akan ada disini dengan membawa Sebuah kepentingan seperti ini. Sebelum datang kemari hari ini, Victor juga sempat Dilema. Tetapi ini
Setelah beberapa saat Halilintar berbicara pada Zha, Dokter meminta izin untuk memeriksa keadaan Zha kembali guna memastikan keadaan Zha.Mereka menyingkir, memberi ruang untuk dokter dan Tim. Zha diperiksa kembali, pemeriksaan yang sangat teliti. Dan Dokter tidak menemukan hal yang perlu dikhawatirkan lagi. Keadaan kondisi Zha dinyatakan telah membaik.Semua orang bernafas lega sekarang. Dokter juga bernafas lega. Dia merasa seperti telah terlepas dari rantai besi yang membelenggu lehernya. Segera memberi perintah pada tim untuk memindahkan Zha ke ruangan rawat inap.Setelah Zha sudah dipindahkan, Dokter berpamitan. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi pada keadaan Nona Zha. Jadi kalau begitu, saya akan permisi. Saya akan tetap kembali lagi secara rutin untuk memeriksa kembali perkembangan kesehatan Nona Zha dengan berkala." dokter berkata pada mereka khususnya pada Halilintar.Halilintar mengangguk, "Terima kasih Dokter, atas semua usaha kalian. Benar benar terima kasih."Dok
"Dokter..! Dokter.! Apa yang terjadi pada istri ku? Buka .!!!" Halilintar menggedor gedor pintu.Tidak ada yang mempedulikan Halilintar meskipun dia sudah berteriak kencang dan menggedor gedor pintu. Tim Dokter didalam sana sedang bekerja seoptimal mungkin untuk melakukan transfusi darah pada Zha dengan memburu waktu yang tersisa."Hall, tenanglah. Mereka sedang berusaha. Jangan mengganggu konsentrasinya tim dokter. Istrimu pasti baik baik saja. Ayo kembali." Aaron lagi lagi berusaha untuk menenangkan hati Putranya, kemudian menarik tangan Halilintar kembali ke bangku panjang."Pa, pasti terjadi sesuatu pada Zha Pa.! Mereka semua terlihat panik!" kata Halilintar."Tidak Hall, mereka sedang mengejar sisa waktu yang dimiliki Zha. Bisakah kau berpikir jernih dulu dan jangan selalu berprasangka buruk?!!" tegas Aaron, membuat Halilintar mendongak menatap wajah Ayahnya."Maafkan aku Pa, aku sungguh panik." jawab Halilintar mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.Aaron tahu jika H