Saat ini hati Kim sebenarnya gelisah memikirkan permintaan dari Aaron Albarez yang menguntungkan bayinya terlahir sebagai bayi laki-laki. Tetapi sebagai orang kepercayaan Aaron, Kim tidak ingin mengecewakannya. Entah mau berhasil atau tidak, yang terpenting Kim harus berusaha dulu. Masalah hasil bisa dipikirkan nanti, yang jelas adalah bukti kesetiaannya.Kim sudah melangkah keluar dari ruangan untuk pergi ke rumah sakit menemui Dokter Zea.Dokter Zea adalah satu satunya dokter wanita yang tempo lalu memeriksa Aaron. Dan dokter Zea juga yang sudah menjadi Dokter spesialis kandungan untuk Emily dan Aaron untuk yang saat ini tengah mengalami Morning Sickness.Mungkin karena Kim berjalan terburu-buru dan tidak melihat kanan kiri, dia menabrak seorang OB yang sedang berjalan di depannya ke arah yang sama.Hingga Sang OB yang sedang membawa minuman di nampan itu oleng ke samping dan minumannya mengenai seorang gadis yang sedang berjalan ke arah berlawanan."Ya Ampun…!" Wanita itu berteriak
"Ya. Ada Masalah yang cukup serius." Jawab Kim."Kamu tenang saja. Seserius apapun masalah itu akan bisa ditangani. Rumah sakit ini sudah memiliki alat alat kesehatan canggih yang cukup tinggi. Apapun permasalahan kandungan akan mendapatkan solusi terbaik." Dokter Jimmy berkata penuh keyakinan.Mata Kim berbinar. "Benarkah?" Dia merasa begitu lega mendengarnya."Syukurlah kalau begitu. Terimakasih Dokter Jimmy. Kamu benar-benar malaikat Penyelamatku. Jika tidak ada kamu, entahlah, akan jadi apa hidupku kedepannya. Aku akan dianggap tidak becus dalam bekerja." Ucap Kim."Ya ya ya. Katakan saja apa keluhan Nona Emily." Dokter Jimmy bertanya sambil merogoh Ponselnya, berniat untuk menghubungi Asistennya."Masalahnya bukan di Nona Emily. Tapi di Tuan Aaron.""Oh.. kalau masalah Kehamilan simpatik itu tidak akan berlaku lama. Mungkin paling lambat hanya sampai kandungan berusia tiga bulanan saja. Setelah itu Tuan Aaron akan kembali seperti biasa. Biasanya juga, masa ngidam jika masih akan
Kim sekarang berpikir, apakah karena Zenith anak perempuan satu satunya? Apa karena dulu teramat dekat dengan Empat kakak laki-lakinya?Ketika Zenith kecil, mereka berempat berebut untuk mendekati Zenith. Mereka sangat senang mendapatkan adik perempuan. Seperti anugrah ketika adik si bungsu terlahir sebagai Perempuan. Apapun yang lakukan mereka, Zenith harus ikut serta. Jadi, Zenith terbentuk menjadi seorang gadis dengan kepribadian Seorang Pria. Kuat dan tangguh.Kim terduduk, membayangkan jika Nona Emily melahirkan bayi perempuan. Wajah yang cantik dan semanis Nona Emily tapi bersifat seperti singa dari keturunan keluarga sang Ayah.Tiba- tiba Kim tersenyum membayangkan itu. "Sungguh akan sangat bagus! Akan menjadi hal menarik!"Kim terus membayangkan. Wajah manis dengan tatapan mata yang teduh, namun sekali berucap orang akan gemetaran. Sekali tangannya bergerak, orang akan ketakutan."Putri Singa!"Ah… itu pasti sangat lucu."Benar, benar! Itu sangat lucu."Kini Kim sudah memikir
Malam ini, Tania langsung memberi kabar kepada Melda dan menyampaikan kabar gembira jika Putrinya juga telah menyetujui Perjodohan mereka.Malam itu juga, orang tua Kim datang ke kediaman rumah orang tua Sunna untuk melamar secara resmi.Mereka bahkan nekad berangkat berdua saja tanpa Kim. Begitu sampai, Mereka langsung disambut dengan hangat oleh kedua orang tua Sunna yang juga merupakan sahabat mereka.Kini mereka berempat telah duduk di ruangan tamu.Tania sempat mengedarkan pandangannya, kemudian beralih pada pasangan suami istri yang saat ini telah duduk dengan baik di hadapannya itu."Ini adalah acara lamaran. Melamar, tapi bagaimana ceritanya? Yang melamar tidak ikut hadir, yang dilamar juga tidak ada." Ucap Tania, dia berkata sesuai dengan kenyataan yang ada.Yang dikatakan Tania benar. Lamaran macam apa ini! Kim, Pria yang melamar tidak ikut hadir. Mungkin tanpa kejadian Kim, Ini masih tidak menjadi masalah, karena sudah ada perwakilan dari Kim yaitu kedua orangtuanya. Tetap
Aaron mengira jika saat ini Emily sedang marah padanya karena sempat tidak menyukai kehadiran bayi dalam perutnya itu. Tiba-tiba dia merasa takut jika Emily akan meninggalkannya karena sikapnya yang keterlaluan."Emily sayang… Aku sudah menyukainya sekarang. Aku juga sangat senang dengan kehadirannya. Aku bahkan merasa tidak sabaran menunggu dia lahir ke dunia ini." Ucap Aaron, dia membuatnya begitu natural agar Emily percaya pada ucapannya.Emily sedikit tercengang, "Benarkah Aaron? Kamu sudah menyukainya?" Emily bertanya dengan perasaan yang sangat senang."Tentu saja." Aaron sekarang menaruh telapak tangannya di perut Emily. Kemudian mengelus dengan lembut, lalu menunduk untuk mencium perut itu."Dia adalah putraku, buah cinta Kita Emily. Jagoan Ayah yang akan lahir dengan wajah yang sangat tampan seperti Aaron Albarez dan mata indah seperti Emily."Baru saja Emily bernafas lega, dia harus menarik senyumannya kembali karena Aaron lagi-lagi menyebut calon Bayi Mereka sebagai Putra.
Saat ini Dokter Jimmy telah meluncur ke kediaman Aaron Albarez.Sepanjang perjalanan, jujur saja perasaan Dokter Jimmy tidak bisa tenang. Apakah Aaron akan menyuruhnya untuk mengubah jenis kelamin bayinya jika benar nantinya akan terbukti berjenis kelamin perempuan?"Bukankah itu permintaan gila?"Hingga mobilnya berhenti didepan Rumah besar Aaron, Dokter Jimmy melangkah dengan pikiran sedikit linglung.Seorang pelayan berlari menyambutnya dan segera membawa Dokter Jimmy untuk menemui Aaron."Mati silahkan Masuk Dokter Jimmy. Sebentar lagi Tuan Muda Aaron akan turun." Pelayan membukakan Pintu.Dokter Jimmy menarik nafas sesak, kemudian masuk dan duduk dengan resah di Ruangan kerja milik Aaron.Tidak berapa lama terdengar langkah kaki. Dokter Jimmy Menoleh. Aaron telah datang dengan senyuman yang berkembang bersama Emily.Meskipun wajah Aaron terlihat lebih pucat, tetapi bagi Dokter Jimmy tetap saja, Aura dingin dari Aaron masih saja kental dan hampir membuatnya gemetar."Jimmy.. Aku s
Dokter Jimmy keluar dari Kediaman Keluarga Albarez dengan tarikan nafas lega. Langkahnya terasa ringan, rasanya dia telah terlepas dari beban yang tadinya mencengkram pundaknya dengan sangat kuat."Tidak ada lagi masalah. Tuan muda Aaron tidak menuntut bayi berjenis kelamin laki-laki lagi. Haha.. tidak kusangka ternyata sangat mudah menghadapi singa itu." Dia berkata sendiri sambil melangkah menuju Mobilnya yang terparkir."Huh…" Beberapa kali Dokter Jimmy terlihat menghela nafas panjang kemudian meninggalkan halaman besar milik kediaman Keluarga Albarez.Jika saat ini Dokter Jimmy bisa bernafas dengan lega, lain hal yang dirasakan oleh Emily. Setelah kepergian Dokter Jimmy, entah kenapa Ekspresi wajah Aaron kembali berubah. Aaron terlihat cemberut lagi.Melihat perubahan ekspresi wajah suaminya, Emily mendekati Aaron yang duduk di pinggir Ranjang."Aaron.. apa kamu kecewa?" Tanya Emily dengan hati-hati.Aaron hanya melirik sedikit kepada Emily lalu menggelengkan kepalanya. Kemudian m
Sunna menelan ludah. Tenggorokannya terasa kering dan seperti tercekik kali ini.'Tidak kan? Bukan dia kan Wakil Ketua Dewan?' Sunna bermonolog didalam hati sendiri.Tiba-tiba Sunna merasa tubuhnya gemetaran. Dia mulai khawatir jika Pria yang sudah diperlakukan kasar oleh-nya tadi ternyata adalah Wakil ketua Dewan atau Sekretaris Perusahaan ini. 'Aa.. Apa yang harus aku lakukan?' Hati dan pikiran Sunna mendadak panik.Kim belum mengatakan apapun, dia juga belum bergerak sama sekali hanya terlihat elirik padanya.Kemudian terdengar suara Kim bertanya dengan nada datar, "Ada keperluan apa Nona Sunna mencariku?"'Dia mengenal namaku?' Sunna kembali menelan ludah. Pikirannya mulai linglung.'Kalau dia mengenal namaku, artinya dia.., Astaga! Matilah aku!'"Kenapa diam?Apa telingamu tuli? Tidak mendengar aku bertanya?" Kim sekarang berdiri. Kembali mengibaskan jasnya dengan angkuh."Aku bertanya sekali lagi padamu Nona Sunna! Apa kamu datang mencariku atas permintaan Sepupu kamu yang bern
Saat Aisyah melihat genggaman tangan Putranya pada jari jemari Alexa, dia sudah dapat mengerti jika kedatangan Elang untuk menemuinya kali ini sepertinya bukan untuk urusan pekerjaan. Tapi ada hal lain.Apalagi ketika mereka menyambutnya di bawah tangga tanpa melepaskan genggaman tangan mereka, Aisyah makin yakin dengan dugaannya.Dia menatap dingin pada mereka, seolah olah meminta penjelasan dari mereka. Padahal dalam hatinya, dia cukup tersenyum senang.Pernah bahkan seringkali malah, Aisyah mengkhawatirkan Putranya itu.Memikirkan Kapan Elang akan menyusul adiknya? Mengkhawatirkan, Apakah ada yang mau menerima Elang yang pernah berada di dunia gelap?Adakah keluarga yang mau dengan tulus menerima Elang, seperti keluarga Albarez yang bisa menerima Zha dengan tulus?Begitu banyak kekhawatiran Aisyah saat merenungkan nasib percintaan Putranya kelak. Tapi ketika melihat apa yang ada di hadapannya itu, hatinya mendadak lega seketika.Alexa!Benar! Gadis itu sangat tepat untuk Putranya.
Pagi berikutnya,Elang mengajak Alexa untuk menemui Ibunya.Sebelum datang berkunjung, Elang terlebih dulu menghubungi Aisyah.Elang sedikit terkejut saat Ibunya mengatakan jika Ibunya sekarang sudah pindah dan tinggal di rumah utama. Memang benar, Aisyah sekarang tinggal bersama beberapa orang pelayan dan anak buahnya di Rumah Besar milik Tuan Glendale.Sudah ada satu bulanan dia tinggal disini. Sebenarnya dia tidak ingin lagi masuk ke rumah ini. Mengingat begitu banyak kenangan pahit yang pernah terjadi di rumah ini. Tetapi entah kenapa, pada akhirnya dia sendiri memutuskan untuk tinggal disini.Atau mungkin Aisyah hanya ingin mengingat semua kenangan masa lalu.Disinilah dia dilahirkan dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan kelembutan oleh kedua orang tuanya. Meskipun pada saat itu dia tahu jika kedua orang tuanya, Ayah dan Ibunya itu bukanlah orang tua biasa seperti orang tua teman temannya. Tapi orang tuanya adalah seorang ketua mafia. Aisyah sadar jika dirinya adalah pu
Ketika mendengar Elang mengatakan kata kencan, Alexa tidak bisa untuk tidak membulatkan kedua matanya. Tentu saja dia terkejut, "Apa yang kamu katakan Elang? Kencan? Siapa yang kencan?"Elang belum menjawab, dia malah tertawa kecil terlebih dahulu, kemudian berkata, "Yang kencan ya kita, memang kenapa? Aku mengajakmu keluar untuk kencan. Kamu keberatan?"Sumpah demi apapun, saat ini wajah Alexa memerah. Jantungnya berdegup keras. Dia langsung merasa gugup.Biasanya dia akan diajak keluar oleh Elang untuk melakukan sebuah pekerjaan. Kalau dulu saat dia masih berada di Klan Selatan, dia hanya tahu, keluar hanya untuk menyelesaikan misi. Jadi bagaimana dia tidak gugup, saat tiba tiba saja Elang mengatakan jika akan berkencan dengan dirinya?Sungguh, hati gadis ini merasa seperti terbang diatas awan."Hei, kenapa malah melamun? Kamu keberatan ku ajak pergi kencan?" Elang bertanya lagi, itu membuat Alexa tersentak dari lamunannya. Wajahnya semakin memerah."Bukan begitu. Tapi aku, aku han
Saat ini Halilintar masih bersama Zha di kamar Mereka. Mereka melepaskan rindu dan keresahan hati mereka yang sempat mereka rasakan tadi. Beberapa saat kemudian Zha menanyakan Zhilan dan Zhelin padq Halilintar."Apa Mereka rewel dan membuatmu kewalahan Hal?" Zha bertanya.Halilintar menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Tidak Zha. Apa kamu tahu, Mereka sangatlah pengertian. Mereka sama sekali tidak rewel, seperti tahu jika orang tuanya sedang ada masalah.""Sungguh kah?" Zha senang mendengarnya dan segera menghampiri Ranjang si kembar. Dia menatap dua putri kembarnya yang masih terlelap.Zha mengambil Zhilan dan menggendong bayi itu. Mata Zha berkaca-kaca. Dia bersyukur bisa kembali lagi kesini. Hampir saja dia tidak bisa melihat tumbuh kembang mereka, jika saja Victor membawanya ke kantor polisi dan dia di penjara.Kehidupan Mereka akan jauh lebih menyedihkan dibanding hidup Zha. Mereka akan mendengar jika lahir dari seorang wanita pembunuh dan kini ibunya mendekam di penjara.
Halilintar masih seperti tidak percaya dengan apa yang ia lihat. "Zha! Benarkah ini kamu? Atau aku hanya sedang bermimpi?" Halilintar merasa jika ini mungkin hanyalah mimpi karena dia terlalu memikirkan Zha seharian ini. Tapi dia tersentak dan sadar ketika Zha menyentuh pipinya dan bersuara."Hall! Ini aku. Aku telah kembali untuk kalian." Zha mengusap air mata pria itu yang masih membekas di sana.Halilintar tercengang lalu segera berteriak,"Zha.." Halilintar menarik kasar tubuh Zha dan memeluknya dengan begitu erat."Kamu kembali untuk kami? Benarkah ini?" tanya Halilintar di sela isakannya seperti tidak percaya dengan semua ini."Maafkan aku yang sudah berniat meninggalkan kalian. Aku tidak akan pergi lagi Hall. Mulai sekarang aku akan disisi kalian." jawab Zha juga ikut terisak di pelukan suaminya.Halilintar menarik tubuh Zha yang tampak lemas kedalam kamar. Lalu membawanya duduk di sofa. Berkali kali mengusap wajah istrinya dan menghujaninya dengan kecupan hangat."Ceritakan p
Tidak ada yang tidak terkejut dengan ucapan Aisyah barusan saat dia memerintah Elang untuk mengumpulkan anak buah Zha dari Poison Of Death dan dari anak buah klan Selatan milik almarhum Ardogama dulu.Semua orang terkejut, terlebih lagi Elang. Dia tidak menyangka jika Ibunya akan berkata demikian dan bahkan berpikir hingga sejauh itu.Elang masih merasa tak percaya dan langsung mengguncang bahu ibunya."Ibu, apa yang kamu bicarakan? Ibu tidak boleh melakukan itu. Kita tidak boleh membangun kembali Klan Jangkar Perak. Aku juga tidak mau mengingkari janjiku pada Ayah!" ucap Elang."Tapi keadaan ini terdesak Elang. Kita harus menyelamatkan adikmu. Apa kamu mau adik kamu Zha membusuk di penjara?" tegas Aisyah.Elang menggelengkan kepala, "Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku akan mengeluarkan Zha dari penjara Bu, percayalah. Tapi jika untuk membangun Klan Jangkar Perak kembali, aku tidak setuju. Zha juga pasti akan kecewa pada kita, jika kita melakukan itu." balas Elang. Saat ini,
Kedua pria bapak beranak itu telah melangkah meskipun dengan perasaan yang mulai tidak tenang dengan kedatangan Victor kali ini.Aaron maupun Halilintar sama sama menatap Victor yang sudah berdiri di depan pintu, dan yang membuat mereka semakin tidak tenang adalah kali ini Victor datang tidak sendiri melainkan ada tiga polisi di belakang Victor.Victor memberi salam, mengangguk hormat dan melangkah, "Selamat siang Tuan Aaron Albarez dan Halilintar. Maaf jika kami mengganggu waktu kalian." ucap Victor."Selamat siang juga detektif Victor. Silahkan masuk." sahut Aaron. Meskipun Victor adalah anak dari Kim, tetapi Aaron sangat menghormati karena pria muda yang berdiri di hadapannya itu adalah Seorang Detektif. Victor juga sangat menghormati keluarga ini, mungkin jika bukan karena tugas dan bukan karena tanggung jawabnya mungkin saat ini Victor pun tidak akan ada disini dengan membawa Sebuah kepentingan seperti ini. Sebelum datang kemari hari ini, Victor juga sempat Dilema. Tetapi ini
Setelah beberapa saat Halilintar berbicara pada Zha, Dokter meminta izin untuk memeriksa keadaan Zha kembali guna memastikan keadaan Zha.Mereka menyingkir, memberi ruang untuk dokter dan Tim. Zha diperiksa kembali, pemeriksaan yang sangat teliti. Dan Dokter tidak menemukan hal yang perlu dikhawatirkan lagi. Keadaan kondisi Zha dinyatakan telah membaik.Semua orang bernafas lega sekarang. Dokter juga bernafas lega. Dia merasa seperti telah terlepas dari rantai besi yang membelenggu lehernya. Segera memberi perintah pada tim untuk memindahkan Zha ke ruangan rawat inap.Setelah Zha sudah dipindahkan, Dokter berpamitan. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi pada keadaan Nona Zha. Jadi kalau begitu, saya akan permisi. Saya akan tetap kembali lagi secara rutin untuk memeriksa kembali perkembangan kesehatan Nona Zha dengan berkala." dokter berkata pada mereka khususnya pada Halilintar.Halilintar mengangguk, "Terima kasih Dokter, atas semua usaha kalian. Benar benar terima kasih."Dok
"Dokter..! Dokter.! Apa yang terjadi pada istri ku? Buka .!!!" Halilintar menggedor gedor pintu.Tidak ada yang mempedulikan Halilintar meskipun dia sudah berteriak kencang dan menggedor gedor pintu. Tim Dokter didalam sana sedang bekerja seoptimal mungkin untuk melakukan transfusi darah pada Zha dengan memburu waktu yang tersisa."Hall, tenanglah. Mereka sedang berusaha. Jangan mengganggu konsentrasinya tim dokter. Istrimu pasti baik baik saja. Ayo kembali." Aaron lagi lagi berusaha untuk menenangkan hati Putranya, kemudian menarik tangan Halilintar kembali ke bangku panjang."Pa, pasti terjadi sesuatu pada Zha Pa.! Mereka semua terlihat panik!" kata Halilintar."Tidak Hall, mereka sedang mengejar sisa waktu yang dimiliki Zha. Bisakah kau berpikir jernih dulu dan jangan selalu berprasangka buruk?!!" tegas Aaron, membuat Halilintar mendongak menatap wajah Ayahnya."Maafkan aku Pa, aku sungguh panik." jawab Halilintar mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.Aaron tahu jika H