Fic hanya tersenyum sinis. Dia tidak menjawab ucapan Rafael. Rafael tahu jika ucapannya sia sia.Sedangkan Alika, mendengar Rafael berkata demikian hatinya seperti menemukan cahaya, Matanya meneteskan air mata. "Rafael.""Apa kamu berkata demikian demi aku? Kamu tidak tega jika melihat aku Mati?" Alika merasa jika pada saat ini dia tidak perlu lagi berpura pura kuat lagi. Dia sangat terharu, Rafael bisa memperlakukan dirinya dan anaknya dengan tulus."Rafael. Aku sangat mencintaimu. Pertama kali melihatmu aku jatuh cinta. Aku tergila-gila padamu, aku bahkan melakukan apapun demi bisa bersamamu."Rania juga membantu Alika untuk berbicara pada Rafael."Putri ku sangatlah mencintaimu Rafael. Ketika dia tahu jika kamu mencintai Erina dia terluka. Dia menangisi mu tiap malam. Alika sebenarnya tidak jahat, dia hanya sangat mencintai kamu. Kamu jangan menyalahkan Alika ya?"Dalang dari permasalahan hidupnya kini berdiri dihadapan mereka. Bagaimana Rafael tidak membencinya? Rafael juga berpik
Di dalam perjalanan pulang, Erina yang masih kebingungan mencoba bertanya pada Jefri."Jefri. Sebenarnya ada apa dengan Fic?"Mendengar pertanyaan Erina, Jefri tidak tahu harus mengatakan apa. Pada dasarnya, Jefri sendiri kurang yakin dengan kenyataan yang baru saja ia dengar. Entah kenapa, meskipun Fic sendiri telah percaya tetapi bagi Jefri dia adalah orang yang sangat sulit percaya begitu saja."Nona. Sebaiknya nanti anda bisa bertanya sendiri pada Tuan Fic. Aku juga kurang mengerti dan," Jefri menatap sebentar Erina. Ada rasa tidak senang dalam hati Jefri dengan kenyataan ini."Dan, aku rasa ini adalah sebuah kesalahan. Tapi, anda tidak perlu khawatir. Aku akan menyelidiki semuanya dengan benar."Erina mendongak menatap Jefri."Sebenarnya ada apa?"Jefri terburu menatap kembali ke depan. Dan fokus pada jalanan.Erina merasa jika ini adalah masalah serius yang Mungkin melibatkan pribadi Fic. Erina tidak ingin banyak bertanya lagi.Erina memang tidak ingin melihat Alika disiksa, tet
Erina percaya jika Fic tidak mungkin mengkhianatinya. Tapi tingkah laku Fic saat ini tidak seperti biasa. Perhatian Fic dan mendadak hati Fic yang menjadi lembut. Itu sangat sangat membuat Erina merasa tidak nyaman dan khawatir sekali.Rafael mengerti perasaan Erina saat ini."Erina. Kamu tidak apa apa? Kamu jangan khawatir. Fic tidak mungkin akan berpindah hati. Aku tahu Fic adalah pria yang setia, dia tidak mungkin berkhianat. Kita belum tahu saja apa alasan Fic bisa berubah pada Alika. Tidak mungkin tidak ada alasan yang kuat."Erina membenarkan ucapan Rafael, ada alasan yang kuat. Itu sudah pasti. "Aku, aku percaya pada Fic. Hanya saja, jujur aku sedikit cemburu." Pada akhirnya Erina tidak sanggup menahan diri dan mengatakan itu pada Rafael.Rafael terdiam. Erina cemburu?Rafael sekarang mengerti jadinya, Erina benar benar telah mencintai Fic. Hati Rafael bergetar. Erina adalah wanita yang dia cintai hingga detik ini, tapi kenyataannya wanita itu sekarang telah mencintai pria lain
Alika benar benar merasa beruntung, dia segera menjawab dengan cepat. "Ya aku ingat sekarang. Jadi pemuda yang aku selamatkan itu adalah kamu rupanya."Fic mengangguk. "Terima kasih Alika. Jika bukan karena kamu telah menyelamatkan aku waktu itu. Mungkin aku sudah mati." Ucap Fic dengan nada pelan. Meskipun pelan tapi Alika masih bisa mendengar jika Fic sedang berterima kasih padanya.Kemarin Jefri mengangkat panggilan dari seseorang yang selama ini telah diutus Fic untuk mencari siapa Gadis kecil yang telah menyelamatkannya dari rel kereta api Tujuh tahun yang lalu. Mereka mencari informasi berdasarkan Gaun Tuan Putri yang dipakai gadis kecil saat menyelamatkan Fic pada hari itu. Mereka mendapatkan informasi jika pada tahun itu hanya Alika putri dari keluarga Handoyo yang mempunyai Gaun Tuan Putri pengeluaran Limited edition pada tahun itu. Dan ketika mereka membandingkan Foto yang mereka dapatkan dengan keadaan Alika masa itu semua orang bisa memastikan jika gadis kecil itu adalah
Erina merasa begitu jenuh dirumah. Fic tidak kunjung pulang dan memberi kabar. Saat ini Erina sudah tidak bisa menahan diri dan mencoba menghubungi Nomor Fic. Namun Erina kecewa karena nomor Fic ternyata tidak aktif.Erina memejamkan matanya untuk menghalau semua ke khawatiran dan melangkah keluar kamar.Erina memutuskan pergi ke Mall untuk sekedar refreshing. Mengendurkan saraf otaknya yang menegang akibat terlalu memikirkan Fic.Erina pergi seorang diri tanpa ada pengawal. Dia menolak Ketika Para pengawal ingin mendampinginya. "Tidak akan terjadi apapun lagi padaku. Percayalah." Ucap Erina pada mereka.Mereka tidak bisa lagi memaksa dan hanya bisa membiarkan Erina pergi dengan seorang sopir saja.Sampai di Mall yang ia tuju, Erina meminta Sopir untuk pulang saja."Nyonya, saya bisa menunggu anda di mobil." "Tidak! Pulanglah. Aku tidak mau ditunggu oleh siapapun. Jika aku mau pulang, aku bisa meneleponmu kalau perlu jemputan."Sang sopir tidak bisa membantah perintah Erina dan akhir
Fic mulai cemas karena samar samar mendengar suara isakan Erina. Hati Fic terasa begitu perih. Dia telah egois karena membuat Erina bersedih."Erina. Maafkan aku. Aku sudah menyakiti hatimu. Dengar aku. Aku memperlakukan Alika seperti itu karena sebuah alasan."Erina terdiam. Alasan? Fic mengatakan alasan? Alasan apa? Bahkan itu sudah lebih dari sekedar alasan bukan?Kenapa Fic bisa melepaskan Alika yang jelas jelas telah membuat hidupnya menderita. Padahal Fic sendiri yang telah berjanji dan mengatakan akan memberi pelajaran untuk Alika. Tetapi kenyataannya bukan hanya melepaskan Alika begitu saja, tetapi Fic sangat perhatian. Mulai dari membawa Alika ke rumah sakit, menemaninya semalam dan tadi menemani berbelanja.Hati Erina terluka.Erina membuka pintu kamar mandi dan keluar dengan perlahan. Dia sama sekali tidak menoleh pada Fic yang berdiri disisi pintu kamar mandi."Erina. Tolong dengarkan penjelasanku." Fic mengikuti pergerakan Erina yang sudah mendekati ranjang."Sepertinya
Asisten Adreno menghubungi Mentari. Tidak lama kemudian, panggilan sudah terhubung dan Asisten itu menyerahkan Ponsel pada Adreno."Halo.. Paman Adreno. Ada apa?" Suara Mentari dari ujung sana.Cih… Adreno meludah. Geli dengan sebutan Paman dari gadis itu.Mentari yang aslinya adalah Putri dari keluarga yang dibenci Adreno selama ini. Karena kedua orang tua Mentari memiliki hubungan yang cukup baik dan dekat dengan keluarga Fic. Sebab itu Adreno sangat membenci keluarga Mentari dan terus berusaha untuk menyingkirkan keluarga yang sudah dianggapnya sebagai perebut hati Kakaknya."Aku bukan Pamanmu!" Adreno segera menjawab ucapan Mentari."Ya.. Aku tahu. Tapi kamu sendiri yang menginginkan hal itu. Jadi bukan salahku memanggilmu Paman." Mentari terdengar tertawa kecil."Diam!" Adreno membentak Mentari yang langsung berhenti tertawa."Aku meneleponmu karena ingin bertanya, bagaimana perkembangan hubunganmu dengan Fic. Kenapa sampai saat ini kamu belum juga bisa menyingkirkan Wanita itu?
Saat ini Kelvin telah berada di kamar Mentari. Matanya beredar kemana mana untuk mencari sesuatu yang sekiranya bisa untuk menjadi petunjuk. Tapi tidak ada apapun yang dapat ditemukan Kelvin disana. Kelvin sekarang mendengus dan hendak keluar dari kamar itu. Namun langkahnya terhenti manakala melihat Ponsel Mentari yang tergeletak diatas kasur.Kelvin teringat ucapan Nyonya Ely tadi yang mengatakan ada seseorang yang telah menghubungi Mentari. Kelvin segera menyambar Ponsel itu dan memeriksa Panggilan masuk.Dia dapat melihat nomor tanpa kontak dalam panggilan masuk di Ponsel Mentari. Tanpa pikir panjang, Kelvin segera mencatat nomor ponsel itu dalam Ponselnya kemudian dia melangkah pergi dari kamar Mentari sebelum Mentari melihatnya.Sedangkan Mentari saat ini menemui Neneknya yang sedang berada di kamar."Nenek. Apa Nenek tahu jika Asisten Nenek itu telah kurang ajar padaku?" Baru saja masuk Mentari sudah mengadu pada Nyonya Ely.Nyonya Ely menyerngitkan Alisnya. "Kelvin maksudmu?