Saat ini Kelvin telah berada di kamar Mentari. Matanya beredar kemana mana untuk mencari sesuatu yang sekiranya bisa untuk menjadi petunjuk. Tapi tidak ada apapun yang dapat ditemukan Kelvin disana. Kelvin sekarang mendengus dan hendak keluar dari kamar itu. Namun langkahnya terhenti manakala melihat Ponsel Mentari yang tergeletak diatas kasur.Kelvin teringat ucapan Nyonya Ely tadi yang mengatakan ada seseorang yang telah menghubungi Mentari. Kelvin segera menyambar Ponsel itu dan memeriksa Panggilan masuk.Dia dapat melihat nomor tanpa kontak dalam panggilan masuk di Ponsel Mentari. Tanpa pikir panjang, Kelvin segera mencatat nomor ponsel itu dalam Ponselnya kemudian dia melangkah pergi dari kamar Mentari sebelum Mentari melihatnya.Sedangkan Mentari saat ini menemui Neneknya yang sedang berada di kamar."Nenek. Apa Nenek tahu jika Asisten Nenek itu telah kurang ajar padaku?" Baru saja masuk Mentari sudah mengadu pada Nyonya Ely.Nyonya Ely menyerngitkan Alisnya. "Kelvin maksudmu?
Pagi ini,Fic mendapatkan telepon dari Kakek. Kakek meminta Fic untuk mengantar Erina ke Rumahnya, Kakek beralasan sedang merindukan Erina. Padahal ada hal yang ingin dibahas Kakek secara pribadi dengan Erina.Kakek Alfian sudah mengetahui tentang kedatangan Mentari. Kakek tahu jika masalah ini bukan lah masalah sepele. Kakek tidak ingin ada sesuatu yang terjadi dalam rumah tangga cucunya, sebab itu Kakek Alfian merasa perlu mengajak Erina berbicara serius.Fic menyampaikan keinginan Kakek pada Erina."Kakek merindukanmu. Jadi pagi ini, aku akan mengantarmu kesana. Bagaimana?"Erina mengangguk setuju, tidak mungkin juga dia akan menolak untuk menemui Kakek Alfian. Baginya Kakek Alfian sudah sangat baik padanya dan menganggapnya seperti cucunya sendiri.Fic kemudian mengantar Erina kesana sambil berangkat ke kantor."Erina. Kamu bisa menungguku pulang dari Kantor, atau nanti kamu meminta Sopir untuk mengantarmu pulang jika kamu sudah ingin pulang ya?" Ucap Fic sebelum Erina menuruni mo
Erina menatap sedikit heran pada Adreno."Paman. Ada keperluan apa?"Adreno tersenyum tipis, dan senyumannya itu mampu diartikan Erina sebagai sebuah maksud tertentu."Mari ke ruangan kerjaku sebentar. Kita akan mengobrol."Erina mengerutkan keningnya. Dia tidak ingin mengikuti langkah Adreno, tetapi karena Erina berusaha untuk menjaga kesopanan pada akhirnya mau tidak mau dia mengikuti langkah Ayah Rafael itu.Ruangan kerja Adreno sangat luas dan bagus. Banyak sekali buku buku bisnis tertata rapi di rak buku. Barang barang di atas meja pun tertata rapi tanpa debu sedikit pun.Erina tahu jika Adreno ini, meskipun Paman suaminya tapi mereka memiliki hubungan yang tidak Romantis. Bahkan Fic pernah bercerita pada Erina jika Orang ini adalah orang yang tidak pernah menyukai kesuksesan Galaxy Group dari awal ketika Perusahaan itu masih berada ditangan Ayah Fic. Apalagi ketika mengingat ucapan Kakek Alfian tadi, yang mengingatkan dirinya agar berhati-hati pada siapapun juga.Jadi Erina perl
Erina merasa ini sangat konyol. Bekerja sama? Dia pikir Erina ini siapa hah?Erina segera menjawab. "Paman. Maafkan aku. Tapi aku tidak bisa bekerjasama." Sahut Erina. Kemudian dia berkata kembali, dan kali ini dengan nada begitu dingin."Paman, aku hanya sekedar ingin mengingatkan Paman. Apa tidak lebih baik Paman jangan mencari masalah dengan Fic. Karena biar bagaimanapun juga kalian ini adalah satu keluarga. Seharusnya kalian saling mendukung dan melindungi, bukan justru bermusuhan dan mencari titik kelemahan."Adreno terbelalak. Dia tidak menyangka jika Erina akan berkata demikian. Kemudian Adreno tersenyum cukup sinis."Kamu bilang apa? Satu keluarga?"Adreno kemudian berdiri, dia lebih mendekatkan wajahnya pada Erina."Jika bukan karena Ayahku menyayangi Fic, dia tidak pantas disebut dari keluarga besar Alfian. Apa kamu tidak tahu kenapa Fic bisa mempunyai nama keluarga sendiri? Dia tidak pernah menyebut dirinya sebagai Keluarga Alfian melainkan keluarga Albarez. Artinya apa? D
Sekarang Adreno paham kenapa Alika mempunyai kepercayaan diri seperti itu, meskipun Adreno tidak pernah menyangka jika gadis kecil yang selama ini dicari Fic itu ternyata adalah Alika.Bukan hanya itu, ternyata ini sebabnya kenapa Fic dengan begitu cepat telah mengembalikan Perusahaan Handoyo kepada Kakak Ipar Alika, Padahal tadinya Perusahaan itu telah dipegang kembali oleh Handoyo. Fic juga tidak melanjutkan perlawanannya terhadap Alika.Dan yang lebih tidak disangka, orang yang telah menyelamatkannya sekarang ingin mencelakainya. Fic pasti tidak akan pernah menyangkanya kali ini.Adreno tersenyum, dalam pikirannya Fic kali ini telah membuat masalah untuk dirinya sendiri.Tapi Adreno masih menaruh kecurigaan pada Alika, kemudian dia berkata, "Kamu ingin membantuku, tapi bukannya Fic telah mengampunimu? Bukan hanya itu, seharusnya dia juga telah berbuat baik padamu. Apakah kamu serius ingin mengkhianatinya?"Alika tertawa kecil, namun terdengar sinis.Fic sendiri yang ingin membalas
Sementara di kediaman Fic.Asisten kepercayaan Tuan besar Alfian datang ke Kediaman Fic sore itu. Fic yang baru saja pulang dari kantor terlihat turun dari mobil.Asisten yang melihat Fic segera menghampiri."Presdir Albarez. Ada kiriman dari Tuan besar." Fic sedikit terkejut. Tidak seperti biasanya Kakek Alfian mengantar sebuah kiriman seperti ini. Fic juga tidak tahu apa yang ada di dalam Sebuah kotak itu. Fic menerima kotak kardus itu. Setelah Asisten Kakek Alfian Pergi, Fic menghubungi nomor Kakek untuk menanyakan apa yang dikirim Kakek untuknya."Berikan saja pada Bibi Sun. Dia sudah tau apa itu dan untuk siapa siapanya. Tapi kamu dan Erina harus meminumnya secara rutin ya? Awas saja kalau tidak! Nanti Kakek akan mengirim lagi Setiap satu bulan sekali." Selesai bicara seperti itu, Kakek Alfian langsung menutup Panggilan.Astaga! Fic tidak menyangka jika Kakeknya begitu nekad sehingga mengirim Ramuan bergizi untuk dia dan Erina hanya karena Kakek ingin sekali Erina hamil.Fic t
Melihat situasi Erina yang terus memuntahkan isi perutnya membuat Fic sangat panik."Erina.. kamu kenapa?" Fic memijat tengkuk Erina."Fic. Perutku sangat Mual." Erina membasuh wajahnya yang sekarang terlihat memucat.Fic menuntun Erina Keluar kamar mandi. Kemudian dia menghubungi Jefri dan meminta Jefri untuk membatalkan Rapat.Jefri sedikit terkejut, orang seperti Fic yang jarang mengecewakan pelanggan atau rekan bisnis tiba tiba membatalkan rapat? "Ada apa Tuan?""Erina sakit. Dari tadi dia terus muntah. Kita harus membawanya ke Rumah sakit.""Hah! Baiklah baiklah. Tunggu sebentar. Aku akan membatalkan rapat dahulu." Jefri menutup panggilan. Ketika mendengar jika Erina sakit, Jefri ikut panik dan segera memberitahu Tamu yang telah datang."Tuan Fico Albarez, tidak bisa melanjutkan rapat hari ini. Rapat akan ditunda beberapa hari kedepan. Nyonya Albarez kami sedang sakit dan hari ini Tuan Presdir Albarez harus menemani istrinya ke rumah sakit. Aku harap kalian mengerti. Kami buru b
Mendengar Suster menyebut nama Fic dengan panggilan Presdir Albarez, orang orang yang berada di sana langsung mendongak dan saling Menoleh ke arah orang sebelahnya. "Hah! Dia Presdir Albarez? Pengusaha yang terkenal itu?"Mereka baru menyadari, jika Pria yang duduk mengantri dengan mereka tadi ternyata adalah Presdir Albarez."Astaga! Berita itu tidak bohong! Presdir Albarez sungguh mencintai Istrinya, sampai sampai rela mengantri demi mengantar istrinya ke Dokter kandungan!""Hah! Dokter kandungan? Jadi, jadi!""Ya Tuhan! Nyonya Albarez mungkin telah mengandung!"Orang orang histeris!Pria yang tadi sempat berbincang-bincang dengan Fic masih menganga linglung. Sungguh dia tidak menyangka, jika tadi yang mengajaknya berbicara adalah Presdir Albarez. Jika tahu, pasti aku sudah meminta berfoto dengannya. Siapa tahu saja, anak dalam kandungan istriku akan tertular sukses seperti dia!Sedangkan Fic terus menggenggam erat tangan dan bahu Erina, seolah dia sangat takut Erina terjatuh. Er