Erina merasa begitu jenuh dirumah. Fic tidak kunjung pulang dan memberi kabar. Saat ini Erina sudah tidak bisa menahan diri dan mencoba menghubungi Nomor Fic. Namun Erina kecewa karena nomor Fic ternyata tidak aktif.Erina memejamkan matanya untuk menghalau semua ke khawatiran dan melangkah keluar kamar.Erina memutuskan pergi ke Mall untuk sekedar refreshing. Mengendurkan saraf otaknya yang menegang akibat terlalu memikirkan Fic.Erina pergi seorang diri tanpa ada pengawal. Dia menolak Ketika Para pengawal ingin mendampinginya. "Tidak akan terjadi apapun lagi padaku. Percayalah." Ucap Erina pada mereka.Mereka tidak bisa lagi memaksa dan hanya bisa membiarkan Erina pergi dengan seorang sopir saja.Sampai di Mall yang ia tuju, Erina meminta Sopir untuk pulang saja."Nyonya, saya bisa menunggu anda di mobil." "Tidak! Pulanglah. Aku tidak mau ditunggu oleh siapapun. Jika aku mau pulang, aku bisa meneleponmu kalau perlu jemputan."Sang sopir tidak bisa membantah perintah Erina dan akhir
Fic mulai cemas karena samar samar mendengar suara isakan Erina. Hati Fic terasa begitu perih. Dia telah egois karena membuat Erina bersedih."Erina. Maafkan aku. Aku sudah menyakiti hatimu. Dengar aku. Aku memperlakukan Alika seperti itu karena sebuah alasan."Erina terdiam. Alasan? Fic mengatakan alasan? Alasan apa? Bahkan itu sudah lebih dari sekedar alasan bukan?Kenapa Fic bisa melepaskan Alika yang jelas jelas telah membuat hidupnya menderita. Padahal Fic sendiri yang telah berjanji dan mengatakan akan memberi pelajaran untuk Alika. Tetapi kenyataannya bukan hanya melepaskan Alika begitu saja, tetapi Fic sangat perhatian. Mulai dari membawa Alika ke rumah sakit, menemaninya semalam dan tadi menemani berbelanja.Hati Erina terluka.Erina membuka pintu kamar mandi dan keluar dengan perlahan. Dia sama sekali tidak menoleh pada Fic yang berdiri disisi pintu kamar mandi."Erina. Tolong dengarkan penjelasanku." Fic mengikuti pergerakan Erina yang sudah mendekati ranjang."Sepertinya
Asisten Adreno menghubungi Mentari. Tidak lama kemudian, panggilan sudah terhubung dan Asisten itu menyerahkan Ponsel pada Adreno."Halo.. Paman Adreno. Ada apa?" Suara Mentari dari ujung sana.Cih… Adreno meludah. Geli dengan sebutan Paman dari gadis itu.Mentari yang aslinya adalah Putri dari keluarga yang dibenci Adreno selama ini. Karena kedua orang tua Mentari memiliki hubungan yang cukup baik dan dekat dengan keluarga Fic. Sebab itu Adreno sangat membenci keluarga Mentari dan terus berusaha untuk menyingkirkan keluarga yang sudah dianggapnya sebagai perebut hati Kakaknya."Aku bukan Pamanmu!" Adreno segera menjawab ucapan Mentari."Ya.. Aku tahu. Tapi kamu sendiri yang menginginkan hal itu. Jadi bukan salahku memanggilmu Paman." Mentari terdengar tertawa kecil."Diam!" Adreno membentak Mentari yang langsung berhenti tertawa."Aku meneleponmu karena ingin bertanya, bagaimana perkembangan hubunganmu dengan Fic. Kenapa sampai saat ini kamu belum juga bisa menyingkirkan Wanita itu?
Saat ini Kelvin telah berada di kamar Mentari. Matanya beredar kemana mana untuk mencari sesuatu yang sekiranya bisa untuk menjadi petunjuk. Tapi tidak ada apapun yang dapat ditemukan Kelvin disana. Kelvin sekarang mendengus dan hendak keluar dari kamar itu. Namun langkahnya terhenti manakala melihat Ponsel Mentari yang tergeletak diatas kasur.Kelvin teringat ucapan Nyonya Ely tadi yang mengatakan ada seseorang yang telah menghubungi Mentari. Kelvin segera menyambar Ponsel itu dan memeriksa Panggilan masuk.Dia dapat melihat nomor tanpa kontak dalam panggilan masuk di Ponsel Mentari. Tanpa pikir panjang, Kelvin segera mencatat nomor ponsel itu dalam Ponselnya kemudian dia melangkah pergi dari kamar Mentari sebelum Mentari melihatnya.Sedangkan Mentari saat ini menemui Neneknya yang sedang berada di kamar."Nenek. Apa Nenek tahu jika Asisten Nenek itu telah kurang ajar padaku?" Baru saja masuk Mentari sudah mengadu pada Nyonya Ely.Nyonya Ely menyerngitkan Alisnya. "Kelvin maksudmu?
Pagi ini,Fic mendapatkan telepon dari Kakek. Kakek meminta Fic untuk mengantar Erina ke Rumahnya, Kakek beralasan sedang merindukan Erina. Padahal ada hal yang ingin dibahas Kakek secara pribadi dengan Erina.Kakek Alfian sudah mengetahui tentang kedatangan Mentari. Kakek tahu jika masalah ini bukan lah masalah sepele. Kakek tidak ingin ada sesuatu yang terjadi dalam rumah tangga cucunya, sebab itu Kakek Alfian merasa perlu mengajak Erina berbicara serius.Fic menyampaikan keinginan Kakek pada Erina."Kakek merindukanmu. Jadi pagi ini, aku akan mengantarmu kesana. Bagaimana?"Erina mengangguk setuju, tidak mungkin juga dia akan menolak untuk menemui Kakek Alfian. Baginya Kakek Alfian sudah sangat baik padanya dan menganggapnya seperti cucunya sendiri.Fic kemudian mengantar Erina kesana sambil berangkat ke kantor."Erina. Kamu bisa menungguku pulang dari Kantor, atau nanti kamu meminta Sopir untuk mengantarmu pulang jika kamu sudah ingin pulang ya?" Ucap Fic sebelum Erina menuruni mo
Erina menatap sedikit heran pada Adreno."Paman. Ada keperluan apa?"Adreno tersenyum tipis, dan senyumannya itu mampu diartikan Erina sebagai sebuah maksud tertentu."Mari ke ruangan kerjaku sebentar. Kita akan mengobrol."Erina mengerutkan keningnya. Dia tidak ingin mengikuti langkah Adreno, tetapi karena Erina berusaha untuk menjaga kesopanan pada akhirnya mau tidak mau dia mengikuti langkah Ayah Rafael itu.Ruangan kerja Adreno sangat luas dan bagus. Banyak sekali buku buku bisnis tertata rapi di rak buku. Barang barang di atas meja pun tertata rapi tanpa debu sedikit pun.Erina tahu jika Adreno ini, meskipun Paman suaminya tapi mereka memiliki hubungan yang tidak Romantis. Bahkan Fic pernah bercerita pada Erina jika Orang ini adalah orang yang tidak pernah menyukai kesuksesan Galaxy Group dari awal ketika Perusahaan itu masih berada ditangan Ayah Fic. Apalagi ketika mengingat ucapan Kakek Alfian tadi, yang mengingatkan dirinya agar berhati-hati pada siapapun juga.Jadi Erina perl
Erina merasa ini sangat konyol. Bekerja sama? Dia pikir Erina ini siapa hah?Erina segera menjawab. "Paman. Maafkan aku. Tapi aku tidak bisa bekerjasama." Sahut Erina. Kemudian dia berkata kembali, dan kali ini dengan nada begitu dingin."Paman, aku hanya sekedar ingin mengingatkan Paman. Apa tidak lebih baik Paman jangan mencari masalah dengan Fic. Karena biar bagaimanapun juga kalian ini adalah satu keluarga. Seharusnya kalian saling mendukung dan melindungi, bukan justru bermusuhan dan mencari titik kelemahan."Adreno terbelalak. Dia tidak menyangka jika Erina akan berkata demikian. Kemudian Adreno tersenyum cukup sinis."Kamu bilang apa? Satu keluarga?"Adreno kemudian berdiri, dia lebih mendekatkan wajahnya pada Erina."Jika bukan karena Ayahku menyayangi Fic, dia tidak pantas disebut dari keluarga besar Alfian. Apa kamu tidak tahu kenapa Fic bisa mempunyai nama keluarga sendiri? Dia tidak pernah menyebut dirinya sebagai Keluarga Alfian melainkan keluarga Albarez. Artinya apa? D
Sekarang Adreno paham kenapa Alika mempunyai kepercayaan diri seperti itu, meskipun Adreno tidak pernah menyangka jika gadis kecil yang selama ini dicari Fic itu ternyata adalah Alika.Bukan hanya itu, ternyata ini sebabnya kenapa Fic dengan begitu cepat telah mengembalikan Perusahaan Handoyo kepada Kakak Ipar Alika, Padahal tadinya Perusahaan itu telah dipegang kembali oleh Handoyo. Fic juga tidak melanjutkan perlawanannya terhadap Alika.Dan yang lebih tidak disangka, orang yang telah menyelamatkannya sekarang ingin mencelakainya. Fic pasti tidak akan pernah menyangkanya kali ini.Adreno tersenyum, dalam pikirannya Fic kali ini telah membuat masalah untuk dirinya sendiri.Tapi Adreno masih menaruh kecurigaan pada Alika, kemudian dia berkata, "Kamu ingin membantuku, tapi bukannya Fic telah mengampunimu? Bukan hanya itu, seharusnya dia juga telah berbuat baik padamu. Apakah kamu serius ingin mengkhianatinya?"Alika tertawa kecil, namun terdengar sinis.Fic sendiri yang ingin membalas