Beberapa hari yang lalu,Gadis itu mendatangi Villa Nyonya Ely. Dia berdiri di depan pintu gerbang beberapa lama dengan tatapan keraguan hingga seorang Penjaga menghampirinya."Nona. Apa yang anda lakukan disini?""Aku,.. Ah maaf Tuan. Aku mencari seseorang yang bernama Nyonya Ely Pramudita. Apakah beliau tinggal disini?" Gadis itu sedikit terbata.Penjaga itu menatap penuh teliti kepada Gadis itu."Ada perlu apa Nona mencari beliau?""Aku hanya ingin bertemu sebentar saja. Apakah boleh? Hanya sebentar saja."Penjaga itu terlihat menimbang, kemudian menyuruh gadis itu untuk menunggu sebentar. Penjaga itu bergegas pergi untuk menyampaikan apa yang dikatakan gadis itu kepada Nyonya Ely terlebih dahulu."Seorang gadis? Siapa?" Nyonya Ely menaruh koran dari tangannya ke atas meja dan mengerutkan keningnya."Saya tidak pernah melihatnya. Apakah Nyonya ingin melihatnya langsung?""Bawa dia masuk." Perintah Nyonya Ely. Dia merasa sangat penasaran.Semenjak Putra satu satunya miliknya mengala
Di dalam kamarnya, Erina sama sekali tidak bisa duduk dengan tenang. Beberapa bangun dan berjalan keluar untuk menatap ujung tangga dan kemudian masuk kembali ke dalam kamar.Sesering mungkin Erina melirik jam. Ini sudah menunjukan pukul Sepuluh malam, tetapi Fic belum juga pulang. Erina sudah mencoba menghubungi Nomor Fic, tetapi nomor Fic tidak aktif.Perasaannya begitu gelisah. Apakah Fic benar benar telah bertemu dengan Mentari dan langsung melupakannya?Mata Erina sudah mulai membasah. Ketika dia sudah putus asa, terdengar pintu diketuk seseorang. Erina terperangah, saat hendak menarik kenop, pintu telah terbuka. Fic berdiri tepat di depan pintu.Erina menatap Fic sejenak, dia bisa melihat sebuah perubahan di wajah Fic. Biasanya Fic akan mengulas senyuman manis dengan wajah bahagia ketika bertemu dengannya. Tetapi kali ini tatapan Fic seperti meredup dengan wajah yang sama sekali tidak bahagia."Fic. Kamu sudah pulang?" Erina meraih tangan Fic dan menciumnya.Fic mengangguk. "Ma
Fic masih mendekap Erina. Membiarkan beberapa saat lamanya seperti itu. Erina sendiri merasa begitu terharu dengan ucapan Fic. Semua yang ada dipikirannya tadi ternyata hanyalah kekhawatirannya saja. Fic tidak seperti yang ia pikirkan. Fic tetap mencintainya dan tidak memilih Mentari."Mentari sudah tahu tentang pernikahan kita. Aku juga sudah mengatakan jika aku sangat mencintaimu. Dia bisa mengerti dan tidak akan mengganggu rumah tangga kita. Jadi kamu jangan khawatir Erina. Aku juga tidak akan membiarkan siapapun juga yang berani mengusik rumah tangga kita. Kita akan menua bersama tanpa ada orang ketiga." Erina semakin melambung dengan ucapan Fic.Fic bergerak untuk memutar tubuh Erina. Kini mereka berhadap hadapan. Fic mengangkat dagu Erina, lalu mencium bibir Erina."Aku mencintaimu Erina. Hanya kamu. Ku harap kamu mengerti itu." Fic lalu menunduk untuk mencium bibir Erina. Keduanya kini berciuman dengan cukup lama. Tiba tiba Erina mendengar sesuatu yang berasal dari perut Fic.
Tidak ada yang mampu berbuat apa apa kecuali hanya bisa menurunkan senjata mereka."Buang senjata!" Pria itu menyuruh Mereka untuk membuang senjata. Mereka hanya bisa menuruti karena memikirkan keselamatan Erina. Ketika mereka telah menjatuhkan senjata tiba tiba dari arah belakang dua orang memukul mereka hingga terjatuh dan satu orang yang memegangi Erina kemudian menarik tubuh Erina ke sebuah mobil. Satu pengawal Erina masih sadarkan diri dan berusaha mengejar mobil yang kini telah membawa Nyonya mereka.Sementara Erina meronta di dalam mobil orang yang telah menculiknya itu.Tetapi itu tidak bertahan lama karena mereka telah membungkam mulut Erina menggunakan obat bius sehingga membuat Erina tak sadarkan diri.Saat ini mobil pengawal Erina yang mengejar tadi masih mengikuti mobil di depannya. Dia berusaha untuk tidak ketahuan oleh mereka dan segera menghubungi Jefri.Melihat panggilan dari Pengawal Khusus Erina, Jefri terlihat khawatir dan segera mengangkat panggilan."Halo.. Ada
Jefri yang dari tadi berdiri di sisi lain, benar benar tidak tahan. Dia tiba tiba menghampiri Rania dan menekan kepalanya hingga ke lantai."Kamu bilang apa tadi hah? Salah paham?" Jefri menjambak rambut Ibu dan menariknya ke belakang hingga wajah ini mendongak."Kalian sudah menculik Nona Erina. Memukulnya dan bahkan akan membunuhnya. Kamu masih bisa mengatakan jika itu salah paham?"Alika hanya bisa menangis sekarang, dia ingin sekali membangkang tetapi tidak berdaya karena Dua pria besar memegangi tubuhnya.Sekarang Fic menatap Alika dan Ibunya dengan pandangan yang sangat marah. "Aku tidak akan melepaskan kalian berdua. Kalian berdua sama sama bersalah!" Fic bergerak maju mendekatinya Alika, tangannya kirinya mencengkram dagu Alika dengan sangat kasar dan tangan kanannya kembali terangkat tinggi tinggi.Namun ketika Fic ingin sekali lagi memukul wajah wanita yang telah membuat Istrinya menderita ini, entah bagaimana caranya masuk, Rafael sudah berada di belakang Fic dan mencegah
Saat ini Alika tiba tiba tertawa kecil. Tertawa dengan nada putus asa. Selama ini dia ingin menghancurkan Erina. Tetapi semua rencananya gagal. Erina masih berdiri dengan baik bahkan mendapatkan cinta serta perhatian Fic dan bisa mengungkap semua kebenaran.Sementara dirinya, seperti orang yang bodoh. Mempermalukan Dirinya sendiri dengan teronggok di lantai seperti sampah dan meminta belas kasihan dari Mereka. Alika sudah merasa putus asa dan bahkan jika bisa memilih, dia memilih mati saja.Lengannya terluka entah karena apa, sehingga darah mengotori bajunya. Dia tidak tahan lagi untuk menyembunyikan perasaannya kemudian dia berteriak."Erina! Kenapa? Kamu bertanya kenapa aku sangat membencimu? Aku beritahu kamu! Karena kamu telah mengambil Pria yang aku cintai. Kamu telah mengambil hati Rafael! Apa kamu tahu kalau aku ini iri padamu? Rafael begitu mempunyai banyak cinta untukmu. Padahal kamu itu siapa hah? Kamu itu hanya seorang anak yang tidak jelas asal usulnya. Bisa jadi kamu itu
Fic hanya tersenyum sinis. Dia tidak menjawab ucapan Rafael. Rafael tahu jika ucapannya sia sia.Sedangkan Alika, mendengar Rafael berkata demikian hatinya seperti menemukan cahaya, Matanya meneteskan air mata. "Rafael.""Apa kamu berkata demikian demi aku? Kamu tidak tega jika melihat aku Mati?" Alika merasa jika pada saat ini dia tidak perlu lagi berpura pura kuat lagi. Dia sangat terharu, Rafael bisa memperlakukan dirinya dan anaknya dengan tulus."Rafael. Aku sangat mencintaimu. Pertama kali melihatmu aku jatuh cinta. Aku tergila-gila padamu, aku bahkan melakukan apapun demi bisa bersamamu."Rania juga membantu Alika untuk berbicara pada Rafael."Putri ku sangatlah mencintaimu Rafael. Ketika dia tahu jika kamu mencintai Erina dia terluka. Dia menangisi mu tiap malam. Alika sebenarnya tidak jahat, dia hanya sangat mencintai kamu. Kamu jangan menyalahkan Alika ya?"Dalang dari permasalahan hidupnya kini berdiri dihadapan mereka. Bagaimana Rafael tidak membencinya? Rafael juga berpik
Di dalam perjalanan pulang, Erina yang masih kebingungan mencoba bertanya pada Jefri."Jefri. Sebenarnya ada apa dengan Fic?"Mendengar pertanyaan Erina, Jefri tidak tahu harus mengatakan apa. Pada dasarnya, Jefri sendiri kurang yakin dengan kenyataan yang baru saja ia dengar. Entah kenapa, meskipun Fic sendiri telah percaya tetapi bagi Jefri dia adalah orang yang sangat sulit percaya begitu saja."Nona. Sebaiknya nanti anda bisa bertanya sendiri pada Tuan Fic. Aku juga kurang mengerti dan," Jefri menatap sebentar Erina. Ada rasa tidak senang dalam hati Jefri dengan kenyataan ini."Dan, aku rasa ini adalah sebuah kesalahan. Tapi, anda tidak perlu khawatir. Aku akan menyelidiki semuanya dengan benar."Erina mendongak menatap Jefri."Sebenarnya ada apa?"Jefri terburu menatap kembali ke depan. Dan fokus pada jalanan.Erina merasa jika ini adalah masalah serius yang Mungkin melibatkan pribadi Fic. Erina tidak ingin banyak bertanya lagi.Erina memang tidak ingin melihat Alika disiksa, tet