Jika hanya masalah Nyonya Ely, Erina sudah tahu jika dia adalah Nenek dari almarhum Mentari. Tetapi dia adalah orang yang baik. Jadi menurut Erina, itu bukan hal yang perlu di khawatirkan."Aku sudah mengenal baik beliau. Jadi kamu tidak perlu khawatir. Baiklah, aku akan pulang." Ucap Erina.Namun Rafael langsung mendekati Erina dan tepat di hadapan Erina."Aku tahu Pernikahanmu dengan Fic bukan berdasarkan dengan rasa cinta. Kamu menikah dengannya hanya karena kamu ingin membayar hutang padanya bukan? Kamu juga menikah dengannya karena untuk menutupi Kegagalan pernikahanmu. Jadi, apakah kamu berencana akan terus bersama Fic? Pernikahan yang bermotif bisnis seperti itu tidak akan berakhir Bahagia Erina."Erina tersenyum miring. Kata kata apa itu? Dia tidak percaya dengan ucapan Rafael, Erina saat ini bahkan merasa sangat bahagia."Rafael, semua yang kamu katakan ini adalah urusan pribadiku, tidak seharusnya kamu ikut campur.""Karena aku peduli padamu Erina. Kamu tidak tahu bagaimana
Di dalam kantornya Rafael masih duduk sendirian. Pikirannya masih tertuju pada Erina. Ada hal yang cukup ditakutkan Rafael. Tempo lalu Rafael tak sengaja melihat Nyonya Ely di sebuah Mall. Nyonya Ely tidak sendirian tetapi bersama dengan seorang gadis cantik. Yang membuat Rafael terkejut adalah, Rafael mendengar Nyonya Ely memanggil gadis itu dengan nama Mentari.Saat itu Rafael ingin bertanya tetapi terburu mereka sudah masuk ke dalam Mobil.Benarkah itu Mentari Tunangan Masa kecil Fic? Jika benar, artinya keberadaan Erina terancam. Tetapi saat ini tanpa disadari Rafael, dia berharap jika gadis itu adalah benar Mentari yang ternyata masih hidup. Dengan begitu masih ada sedikit harapan untuk Rafael bisa kembali kepada Erina.Tapi masalahnya, apakah Fic masih akan tetap mempertahankan Erina ketika Fic tahu jika cintanya yang dulu telah kembali?Rafael menunggu waktu itu datang."Kita akan melihat Erina. Siapa yang lebih mencintaimu. Aku atau Fic."Saat sedang memikirkan itu, Ponsel R
Erina melotot menatap banyaknya postingan.Orang orang dalam sosial media banyak sekali yang sedang mengunggah sebuah postingan yang membahas tentang dirinya. "Akhirnya, Nyonya Albarez menampakkan Wajahnya mengobati rasa Penasaran semua orang!""Pria Pujaan hati kita sudah ditaklukan oleh wanita itu! Ya Tuhan. Aku tidak terima!""Presdir Albarez, menyatakan cinta Dengan begitu romantis di atas panggung. Itu sungguh membuatku iri. Kenapa bukan aku wanita yang ada disisinya!""Aku sangat mendukung Presdir Albarez! Aku juga mendukung Wanitanya. Semoga bahagia selalu.""Mereka berdua telah membuat aku jatuh cinta. I love you Presdir Albarez beserta istri.."Dada Erina berdesir. Sekarang dia sudah begitu tenar dan menjadi sasaran publik. Banyak komentar dan kritik yang tertuju padanya saat ini, baik itu yang mendukung ataupun yang pedas sekalipun. Erina berpikir, apakah dia masih sanggup untuk keluar dari rumah sekarang? Erina menjadi resah. Dia ingin segera keluar dari Akun sosial media
Beberapa hari yang lalu,Gadis itu mendatangi Villa Nyonya Ely. Dia berdiri di depan pintu gerbang beberapa lama dengan tatapan keraguan hingga seorang Penjaga menghampirinya."Nona. Apa yang anda lakukan disini?""Aku,.. Ah maaf Tuan. Aku mencari seseorang yang bernama Nyonya Ely Pramudita. Apakah beliau tinggal disini?" Gadis itu sedikit terbata.Penjaga itu menatap penuh teliti kepada Gadis itu."Ada perlu apa Nona mencari beliau?""Aku hanya ingin bertemu sebentar saja. Apakah boleh? Hanya sebentar saja."Penjaga itu terlihat menimbang, kemudian menyuruh gadis itu untuk menunggu sebentar. Penjaga itu bergegas pergi untuk menyampaikan apa yang dikatakan gadis itu kepada Nyonya Ely terlebih dahulu."Seorang gadis? Siapa?" Nyonya Ely menaruh koran dari tangannya ke atas meja dan mengerutkan keningnya."Saya tidak pernah melihatnya. Apakah Nyonya ingin melihatnya langsung?""Bawa dia masuk." Perintah Nyonya Ely. Dia merasa sangat penasaran.Semenjak Putra satu satunya miliknya mengala
Di dalam kamarnya, Erina sama sekali tidak bisa duduk dengan tenang. Beberapa bangun dan berjalan keluar untuk menatap ujung tangga dan kemudian masuk kembali ke dalam kamar.Sesering mungkin Erina melirik jam. Ini sudah menunjukan pukul Sepuluh malam, tetapi Fic belum juga pulang. Erina sudah mencoba menghubungi Nomor Fic, tetapi nomor Fic tidak aktif.Perasaannya begitu gelisah. Apakah Fic benar benar telah bertemu dengan Mentari dan langsung melupakannya?Mata Erina sudah mulai membasah. Ketika dia sudah putus asa, terdengar pintu diketuk seseorang. Erina terperangah, saat hendak menarik kenop, pintu telah terbuka. Fic berdiri tepat di depan pintu.Erina menatap Fic sejenak, dia bisa melihat sebuah perubahan di wajah Fic. Biasanya Fic akan mengulas senyuman manis dengan wajah bahagia ketika bertemu dengannya. Tetapi kali ini tatapan Fic seperti meredup dengan wajah yang sama sekali tidak bahagia."Fic. Kamu sudah pulang?" Erina meraih tangan Fic dan menciumnya.Fic mengangguk. "Ma
Fic masih mendekap Erina. Membiarkan beberapa saat lamanya seperti itu. Erina sendiri merasa begitu terharu dengan ucapan Fic. Semua yang ada dipikirannya tadi ternyata hanyalah kekhawatirannya saja. Fic tidak seperti yang ia pikirkan. Fic tetap mencintainya dan tidak memilih Mentari."Mentari sudah tahu tentang pernikahan kita. Aku juga sudah mengatakan jika aku sangat mencintaimu. Dia bisa mengerti dan tidak akan mengganggu rumah tangga kita. Jadi kamu jangan khawatir Erina. Aku juga tidak akan membiarkan siapapun juga yang berani mengusik rumah tangga kita. Kita akan menua bersama tanpa ada orang ketiga." Erina semakin melambung dengan ucapan Fic.Fic bergerak untuk memutar tubuh Erina. Kini mereka berhadap hadapan. Fic mengangkat dagu Erina, lalu mencium bibir Erina."Aku mencintaimu Erina. Hanya kamu. Ku harap kamu mengerti itu." Fic lalu menunduk untuk mencium bibir Erina. Keduanya kini berciuman dengan cukup lama. Tiba tiba Erina mendengar sesuatu yang berasal dari perut Fic.
Tidak ada yang mampu berbuat apa apa kecuali hanya bisa menurunkan senjata mereka."Buang senjata!" Pria itu menyuruh Mereka untuk membuang senjata. Mereka hanya bisa menuruti karena memikirkan keselamatan Erina. Ketika mereka telah menjatuhkan senjata tiba tiba dari arah belakang dua orang memukul mereka hingga terjatuh dan satu orang yang memegangi Erina kemudian menarik tubuh Erina ke sebuah mobil. Satu pengawal Erina masih sadarkan diri dan berusaha mengejar mobil yang kini telah membawa Nyonya mereka.Sementara Erina meronta di dalam mobil orang yang telah menculiknya itu.Tetapi itu tidak bertahan lama karena mereka telah membungkam mulut Erina menggunakan obat bius sehingga membuat Erina tak sadarkan diri.Saat ini mobil pengawal Erina yang mengejar tadi masih mengikuti mobil di depannya. Dia berusaha untuk tidak ketahuan oleh mereka dan segera menghubungi Jefri.Melihat panggilan dari Pengawal Khusus Erina, Jefri terlihat khawatir dan segera mengangkat panggilan."Halo.. Ada
Jefri yang dari tadi berdiri di sisi lain, benar benar tidak tahan. Dia tiba tiba menghampiri Rania dan menekan kepalanya hingga ke lantai."Kamu bilang apa tadi hah? Salah paham?" Jefri menjambak rambut Ibu dan menariknya ke belakang hingga wajah ini mendongak."Kalian sudah menculik Nona Erina. Memukulnya dan bahkan akan membunuhnya. Kamu masih bisa mengatakan jika itu salah paham?"Alika hanya bisa menangis sekarang, dia ingin sekali membangkang tetapi tidak berdaya karena Dua pria besar memegangi tubuhnya.Sekarang Fic menatap Alika dan Ibunya dengan pandangan yang sangat marah. "Aku tidak akan melepaskan kalian berdua. Kalian berdua sama sama bersalah!" Fic bergerak maju mendekatinya Alika, tangannya kirinya mencengkram dagu Alika dengan sangat kasar dan tangan kanannya kembali terangkat tinggi tinggi.Namun ketika Fic ingin sekali lagi memukul wajah wanita yang telah membuat Istrinya menderita ini, entah bagaimana caranya masuk, Rafael sudah berada di belakang Fic dan mencegah