Fic berhasil membuka seluruh pakaian Erina, kemudian membuka pakaiannya sendiri. Sekarang Fic sudah tertumpu pada kedua lututnya sendiri diatas tubuh Erina yang polos. Mata Fic menatap tubuh mulus Erina. Terlihat jakunnya naik turun menelan salivanya sendiri. Tidak ingin menyia nyiakan kesempatan yang memang sudah ditunggunya selama ini Fic mulai kembali mencium bibir Erina. Merasakan manis bibir yang terus diimpikan dalam setiap malamnya itu. Fic benar benar sudah dibuat melayang dengan adegannya sendiri. Dia tidak menyadari jika tubuh Erina gemetaran. Hingga ciuman Fic merambat ke leher Erina dan mulai turun ke bagian dada. Tiba tiba Erina berteriak keras dan mendorong tubuh Fic."Jangan! Ku mohon jangan lakukan itu!"Fic terperangah. Menatap Erina penuh kebingungan. "Erina, ada apa?" Fic mencoba bertanya dengan nada lembut.Erina menggeleng dengan wajah yang begitu pucat. Gadis itu menarik tubuhnya mundur dan menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya. "Jangan! Jangan laku
Erina bangun pagi pagi. Dia segera mandi dan bersiap untuk pergi ke Tempat Pekerjaannya. Rasanya dia sudah tidak sabar ingin cepat sampai ke kantor. Bukan penasaran dengan Ketua Direksi yang baru, tapi Erina sedang mengharapkan bonus besar yang diceritakan Oca kemarin. Besok dia sudah harus membayar biaya perawatan Ayahnya. Sedangkan Erina belum mempunyai uang yang cukup.Fic juga sudah bangun, sudah selesai mandi dan menunggu Erina di meja makan.Erina bergegas menghampiri."Fic. Aku tidak ikut sarapan ya?" Fic langsung menoleh dengan mata sedikit terbuka lebar. "Kenapa sangat terburu buru?" Apa Erina sudah mengetahui tentang Rafael yang ada di Pekerjaannya, makanya dia sudah tidak sabar lagi? Pikiran Fic langsung buruk.Erina hanya terdiam, kemudian menarik kursi dan duduk. "Sebenarnya, ada hal penting yang sedang menungguku di kantor. Dan aku sangat mengharapkan ini. Jadi aku memang buru buru." Terlihat sekali wajah Erina gugup menutupi sesuatu."Apa ada hal yang tidak aku ta
Setelah meninggalkan Rafael, Erina kembali ke Ruangan. Otaknya terasa sangat lelah mendapati kenyataan seperti itu. Tadinya dia mengira akan sedikit senang ketika bertemu dengan kerabat Fic. Erina sama sekali tidak pernah menyangka jika Kerabat Fic adalah Rafael. Pria yang pernah dicintainya dan pernah mengisi hatinya dulu.Erina masih belum bisa menyembunyikan rasa keterkejutannya. Dia bahkan tidak bisa konsen untuk bekerja. Dia tiba tiba teringat dengan Fic. Pria yang akhir akhir ini bisa membuatnya nyaman. Erina rasanya hari ini ingin cepat pulang.Dia merogoh Ponselnya dan berniat menghubungi Fic. Sekedar untuk mendengar suaranya saja. Siapa tau itu bisa membuat hatinya sedikit tenang. Namun saat dia membuka Ponselnya. Sebuah panggilan masuk. Dia tersenyum melihat nama sang pemanggil."Halo!""Keluar lah. Aku menunggumu di luar Gerbang." Erina langsung berdiri dan berlari kecil keluar menuju Gerbang."Fic!" Dia berseru sambil menghampiri mobil berwarna hitam yang berhenti agak
"Ah iya. Maafkan aku. Aku hanya sedikit ada masalah. Kalau begitu silahkan lanjutkan langkahmu. Aku juga harus segera pulang." Erina segera melangkah."Erina tunggu dulu!" Alika memanggil dan berlari kecil menghampiri Erina."Aku tahu, kamu mungkin masih mencintai Rafael. Apalagi kalian sekarang satu pekerjaan. Aku hanya ingin kamu bisa menjaga jarak. Aku tidak mau kamu menjadi orang ketiga dalam hubungan ku dengan Rafael. Sebentar lagi kami akan menikah. Kamu juga sudah bersuami bukan? Jadi kamu harus tau diri." Erina tersenyum menanggapi ucapan Alika. Lalu menepuk halus bahu Alika."Kamu tenang saja. Aku dan Rafael sudah tidak ada hubungan apapun. Jadi hubungan kami hanya sebatas pekerjaan." Selesai bicara Erina pergi keluar dan menyetop taksi. Alika menatap sinis kepergian Erina. Entah kenapa melihat Erina kali ini ada banyak kecemasan dalam hatinya. Dia tau jika Rafael sebenarnya belum bisa melupakan Erina. Dia juga tau jika Rafael masih mencintai Erina.Alika sadar jika Rafael
Fic melaju dengan kecepatan sedang. Sebentar dia terlihat tersenyum lalu Sebentar kemudian terlihat Fokus dengan kendali. Namun karena ini adalah hari pertamanya menyetir sendiri setelah sekian tahun lamanya, Fic sedikit kehilangan keseimbangan. Ketika melintasi rambu rambu lalulintas, dia tidak memperhatikan lampu merah. Dia menginjak rem dengan sangat mendadak, namun itu terlambat. Mobilnya menabrak bagian belakang mobil seseorang yang sedang berhenti di hadapannya."Astaga!" Fic terkejut.Seorang pria terlihat turun dari mobil yang ditabraknya itu sambil mengacungkan kepalan."Dasar Bodoh! Kamu tidak bisa mengemudi ya?" Pria itu berteriak marah."Turun! Kau harus bertanggung jawab atas kerusakan mobilku, atau aku akan membawa perkara ini ke kantor Polisi!" Pria itu menggedor pintu mobil Fic.Fic membuka pintu dan turun."Berapa kerugian Mu? Aku akan menggantinya."Pria itu terbelalak."Presdir Albarez? Anda rupanya." Pria itu mundur dan menunduk. Wajahnya tiba tiba memucat."Katak
Malam ini Fic benar benar akan membawa Erina untuk makan malam bersama Kakek.Tuan Besar Alfian sudah mengirim alamat Restoran kepada Fic.Erina memakai Gaun perpaduan make up tipis. Ini adalah pertama kalinya Erina memakai gaun sehingga dia terlihat begitu gugup. "Fic. Apakah aku terlihat cantik dan sopan?" Lalu dia bertanya kepada Fic sebelum melangkah."Kamu terlihat sangat cantik. Pakaian mu ini juga sopan. Jadi untuk apa sangat gugup?" Fic menenangkan hati Erina. Dia tau, ini adalah pertama kalinya Erina berpakaian demikian dan pertama kalinya Erina akan bertemu dengan Kakeknya.Fic mengulurkan tangannya untuk menggandeng Erina.Fic tidak membawa mobil sendiri seperti siang tadi. Dia menunggu Jefri untuk mengantar mereka.Sepanjang perjalanan Fic menggenggam erat tangan Erina yang terlihat gelisah."Fic, apakah Tuan Besar Alfian Kakek kamu itu orangnya baik?" Fic tersenyum. "Tentu saja. Kamu tidak perlu takut. Ini hanya makan malam biasa. Bukan acara keluarga. Kakek hanya ingin
Cinta Pertama memang paling berkesan. Dimana mana istilah itu memang sering terdengar. Jika sedang memikirkan itu hati Fic selalu terasa sakit. Erina bukanlah wanita pertama yang menyinggahi hatinya, tetapi sudah bisa dipastikan jika Erina adalah cinta pertamanya. Namun Fic juga memikirkan jika dia tidak bisa menyalahkan Erina sepenuhnya.Dia belum bisa membuktikan jika dia mencintai Erina. Sesampainya di Rumah Fic segera melangkah ke kamar. Mendekati Erina yang berbaring di atas Ranjang. Mendengar suara langkah kaki Erina menoleh."Fic. Kamu sudah pulang?" Erina duduk. Matanya terlihat bengkak. Sepertinya Erina habis menangis.Fic hanya mengangguk kemudian duduk disisi Erina."Kenapa kamu pergi dari Makan malam? Apa kamu tahu jika sikapmu itu membuat Kakek kecewa?" Fic melirik Erina."Maafkan aku Fic. Aku tidak tahu kalau,""Kalau Mahendra sepupuku itu Adalah Rafael? Cinta pertama kamu, benar begitu?" Erina terbelalak menatap Fic,tidak menyangka jika Fic sudah mengetahuinya. "Ka
Di Ruangan Direksi, Rafael terlihat mondar mandir. Beberapa kali dia bertanya kepada Kak Awan apakah Erina sudah datang. Tetapi kak Awan mengatakan jika Erina belum datang.Rafael merasa tidak sabar lalu bangun dan melangkah ke ruangan kerja Erina. Dia menatap sekeliling. Dia tidak melihat Erina ada disana, hanya ada Oca dan Melda."Ketua Direksi? Apa anda sedang mencari Erina?" Tanya Oca.Rafael mengangguk. "Ada banyak Pekerjaan untuknya. Kemana dia sekarang? Kenapa belum datang?""Ketua Direksi. Erina tidak masuk hari ini. Ada kabar buruk dari Erina." Rafael langsung menatap Oca."Ada apa?" Dia bertanya penuh khawatir."Ayahnya sedang kritis dan hari ini akan di Operasi. Jadi Erina sedang berada di rumah sakit untuk menemani Ayahnya." Rafael terkejut mendengar penjelasan dari Oca. "Baiklah. Tidak mengapa." Rafael kembali ke ruangan Direksi. "Di Operasi? Jadi dia membutuhkan uang untuk itu?" Rafael merasa bersalah saat dia sudah asal menuduh saat Erina kemarin sangat membutuhkan