Malam ini Fic benar benar akan membawa Erina untuk makan malam bersama Kakek.Tuan Besar Alfian sudah mengirim alamat Restoran kepada Fic.Erina memakai Gaun perpaduan make up tipis. Ini adalah pertama kalinya Erina memakai gaun sehingga dia terlihat begitu gugup. "Fic. Apakah aku terlihat cantik dan sopan?" Lalu dia bertanya kepada Fic sebelum melangkah."Kamu terlihat sangat cantik. Pakaian mu ini juga sopan. Jadi untuk apa sangat gugup?" Fic menenangkan hati Erina. Dia tau, ini adalah pertama kalinya Erina berpakaian demikian dan pertama kalinya Erina akan bertemu dengan Kakeknya.Fic mengulurkan tangannya untuk menggandeng Erina.Fic tidak membawa mobil sendiri seperti siang tadi. Dia menunggu Jefri untuk mengantar mereka.Sepanjang perjalanan Fic menggenggam erat tangan Erina yang terlihat gelisah."Fic, apakah Tuan Besar Alfian Kakek kamu itu orangnya baik?" Fic tersenyum. "Tentu saja. Kamu tidak perlu takut. Ini hanya makan malam biasa. Bukan acara keluarga. Kakek hanya ingin
Cinta Pertama memang paling berkesan. Dimana mana istilah itu memang sering terdengar. Jika sedang memikirkan itu hati Fic selalu terasa sakit. Erina bukanlah wanita pertama yang menyinggahi hatinya, tetapi sudah bisa dipastikan jika Erina adalah cinta pertamanya. Namun Fic juga memikirkan jika dia tidak bisa menyalahkan Erina sepenuhnya.Dia belum bisa membuktikan jika dia mencintai Erina. Sesampainya di Rumah Fic segera melangkah ke kamar. Mendekati Erina yang berbaring di atas Ranjang. Mendengar suara langkah kaki Erina menoleh."Fic. Kamu sudah pulang?" Erina duduk. Matanya terlihat bengkak. Sepertinya Erina habis menangis.Fic hanya mengangguk kemudian duduk disisi Erina."Kenapa kamu pergi dari Makan malam? Apa kamu tahu jika sikapmu itu membuat Kakek kecewa?" Fic melirik Erina."Maafkan aku Fic. Aku tidak tahu kalau,""Kalau Mahendra sepupuku itu Adalah Rafael? Cinta pertama kamu, benar begitu?" Erina terbelalak menatap Fic,tidak menyangka jika Fic sudah mengetahuinya. "Ka
Di Ruangan Direksi, Rafael terlihat mondar mandir. Beberapa kali dia bertanya kepada Kak Awan apakah Erina sudah datang. Tetapi kak Awan mengatakan jika Erina belum datang.Rafael merasa tidak sabar lalu bangun dan melangkah ke ruangan kerja Erina. Dia menatap sekeliling. Dia tidak melihat Erina ada disana, hanya ada Oca dan Melda."Ketua Direksi? Apa anda sedang mencari Erina?" Tanya Oca.Rafael mengangguk. "Ada banyak Pekerjaan untuknya. Kemana dia sekarang? Kenapa belum datang?""Ketua Direksi. Erina tidak masuk hari ini. Ada kabar buruk dari Erina." Rafael langsung menatap Oca."Ada apa?" Dia bertanya penuh khawatir."Ayahnya sedang kritis dan hari ini akan di Operasi. Jadi Erina sedang berada di rumah sakit untuk menemani Ayahnya." Rafael terkejut mendengar penjelasan dari Oca. "Baiklah. Tidak mengapa." Rafael kembali ke ruangan Direksi. "Di Operasi? Jadi dia membutuhkan uang untuk itu?" Rafael merasa bersalah saat dia sudah asal menuduh saat Erina kemarin sangat membutuhkan
Sebenarnya Erina juga menebak jika ada sesuatu yang diketahui Ayahnya mengenai Fic, tetapi Erina tidak ingin banyak bertanya dahulu karena walau bagaimanapun juga Ayahnya baru saja sadar pasca Operasi.Fic sama halnya dengan Erina. Banyak sekali pertanyaan di kepalanya. Sebenarnya wajar saja jika orang mengenal siapa Mendingan Ayahnya dan siapa Kakeknya, tetapi raut panik dan keterkejutan Handoyo yang begitu terlihat bisa membuat Fic memikirkan hal lain yang mencurigai Handoyo menyimpan sebuah Rahasia. Apakah ada yang disembunyikan oleh Tuan Handoyo ini?Fic juga tidak mungkin hendak bertanya."Erina. Ayahmu sudah sadar. Jadi, Aku akan pergi ke kantor. Masih ada pekerjaan yang mengharuskan aku datang."Erina mengangguk. "Iya Fic. Tidak mengapa." "Baiklah. Jika ada apa apa, langsung hubungi aku ya?" Erina kembali mengangguk."Tuan Handoyo. Aku harus meninggalkan kalian sebentar. Cepat sembuh ya?" Fic berpamitan kepada Handoyo dan dibalas anggukan ringan.Setelah memastikan Fic sudah
Hari ini dokter mengatakan jika Handoyo sudah diperbolehkan untuk pulang.Erina sangat senang mendengarnya. Tetapi dia bingung akan membawa ayahnya kemana. Ketika dia meminta pendapat Fic, Fic memberi saran untuk membawa Handoyo ke Rumah mereka saja."Kenapa tidak membawa Ayahmu ke Rumah kita saja? Kita bisa menjaganya bersama." "Apa kamu serius Fic?" "Tentu saja. Bukankah, Ayahmu juga adalah Ayahku?" Erina begitu terharu. Dia cepat mengangguk dan memberitahu Handoyo tentang hal ini. Tetapi Handoyo menolak dengan alasan tidak ingin merepotkan mereka."Ayah. Kamu tidak akan merepotkan siapa siapa." Ucap Erina."Erina. Tidak apa apa. Ayah tidak bisa jika harus tinggal bersama kalian. Ayah akan pulang ke Rumah Ibu mu saja."Erina langsung melotot. "Mana bisa seperti itu, mereka tidak menginginkan ayah lagi. Jika Ayah disana, mereka hanya akan menyakiti Ayah lagi." "Erina. Kamu tidak mengerti, Ayah harus tetap kembali ke sana. Ayah mengkhawatirkan Perusahan Ayah yang sekarang di kendal
Pagi ini Jefri sudah datang untuk menjemput Fic."Tuan. Ada pesan dari Nyonya Ely."Fic cepat menoleh. "Ada apa?""Nyonya Ely ingin bertemu dengan Nona Erina.""Apakah dia sudah tahu semuanya."Jefri mengangguk. "Nyonya Ely hanya ingin mengenal Nona Erina. Itu pun jika anda tidak keberatan." "Um.. Siang nanti aku akan mengajaknya kesana." Ketika melihat Erina keluar dari kamar Handoyo, Fic langsung mendekati."Apa hari ini kamu sudah akan bekerja?""Ayah sudah merasa lebih baik. Dia tidak keberatan jika kita tinggal. Apa pendapatmu?""Sebaiknya kamu pulang ke Rumah untuk bersiap siap. Nanti siang, aku akan mengajakmu bertemu dengan Nyonya Ely.""Nyonya Ely? Dia siapa Fic? Apakah keluargamu?"Fic tersenyum sambil menggeleng."Kamu akan mengenalnya nanti. Dan kamu pasti akan menyukainya." Erina hanya mengangguk saja dan menurut. Meskipun banyak pertanyaan tentang Nyonya Ely itu siapa, tetapi Erina Merasa sedikit senang.Fic sudah mulai sedikit demi sedikit memperkenalkan dirinya pada
Mereka sudah sampai di rumah. Fic langsung mengajak Erina masuk ke dalam kamar. "Kamu tidak boleh lagi takut dengan Rafael. Jika dia berani mengganggumu lagi, cepat beritahu aku." Fic berbicara setelah berada di dalam kamar. Erina hanya menganggukkan kepalanya. Dia merasa beruntung Fic datang tepat waktu. Dia terlalu lelah untuk menghadapi Rafael.Beruntunglah, Rafael sudah mengetahui jika Fic lah suaminya. Dalam pikiran Erina, setidaknya Rafael tidak lagi merendahkannya. "Aku akan mandi dan bersiap-siap." Erina melangkah ke kamar mandi. Tidak lama kemudian dia sudah keluar dengan mengenakan kimono yang begitu rapat.Fic tersenyum melihat itu dan sekarang gantian dia yang ke kamar mandi.Ketika Fic keluar, Erina sudah menggunakan gaun yang dia beli tadi."Fic, apakah Gaun ini sopan untuk bertemu dengan Nyonya Ely?""Ya. Kamu benar benar layak sebagai Putri bangsawan. Sangat layak untuk menjadi Nyonya Albarez." Mendengar pujian Fic, entah kenapa sudut bibir Erina tertarik berbentuk
"Erina. Bukan seperti itu. Aku hanya,"Fic menatap Erina yang masih memandang lurus ke depan."Sepertinya kepalaku sangat sakit." Erina mengeluh dengan memijat pelipisnya."Aku akan membantumu." Fic mengangkat tangannya hendak memijat pelipis Erina. Tetapi Erina menarik tubuhnya untuk lebih menjauh dari Fic.Fic hanya bisa mendengus. Ketika Fic ingin berusaha untuk mencairkan suasana yang nampak dingin, mobil sudah berhenti. Erina segera turun dan melangkah masuk tanpa menunggu Fic.Fic sedikit berlari mengejar Erina sampai ke kamar.Erina tidak mempedulikan Fic, dia cepat ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi Erina menumpahkan air mata yang sejak tadi memang telah ditahannya. Entah kenapa, hatinya merasa begitu sakit saat mengetahui jika Fic pernah mempunyai Tunangan. Semakin sakit karena selama ini Fic tidak pernah mau sedikit pun bercerita. Apalagi ketika mengingat ucapan Nyonya Ely.Apakah Fic menikahinya benar karena hanya matanya mirip dengan Mentari? Memikirkan itu Erina sangat