Hari ini dokter mengatakan jika Handoyo sudah diperbolehkan untuk pulang.Erina sangat senang mendengarnya. Tetapi dia bingung akan membawa ayahnya kemana. Ketika dia meminta pendapat Fic, Fic memberi saran untuk membawa Handoyo ke Rumah mereka saja."Kenapa tidak membawa Ayahmu ke Rumah kita saja? Kita bisa menjaganya bersama." "Apa kamu serius Fic?" "Tentu saja. Bukankah, Ayahmu juga adalah Ayahku?" Erina begitu terharu. Dia cepat mengangguk dan memberitahu Handoyo tentang hal ini. Tetapi Handoyo menolak dengan alasan tidak ingin merepotkan mereka."Ayah. Kamu tidak akan merepotkan siapa siapa." Ucap Erina."Erina. Tidak apa apa. Ayah tidak bisa jika harus tinggal bersama kalian. Ayah akan pulang ke Rumah Ibu mu saja."Erina langsung melotot. "Mana bisa seperti itu, mereka tidak menginginkan ayah lagi. Jika Ayah disana, mereka hanya akan menyakiti Ayah lagi." "Erina. Kamu tidak mengerti, Ayah harus tetap kembali ke sana. Ayah mengkhawatirkan Perusahan Ayah yang sekarang di kendal
Pagi ini Jefri sudah datang untuk menjemput Fic."Tuan. Ada pesan dari Nyonya Ely."Fic cepat menoleh. "Ada apa?""Nyonya Ely ingin bertemu dengan Nona Erina.""Apakah dia sudah tahu semuanya."Jefri mengangguk. "Nyonya Ely hanya ingin mengenal Nona Erina. Itu pun jika anda tidak keberatan." "Um.. Siang nanti aku akan mengajaknya kesana." Ketika melihat Erina keluar dari kamar Handoyo, Fic langsung mendekati."Apa hari ini kamu sudah akan bekerja?""Ayah sudah merasa lebih baik. Dia tidak keberatan jika kita tinggal. Apa pendapatmu?""Sebaiknya kamu pulang ke Rumah untuk bersiap siap. Nanti siang, aku akan mengajakmu bertemu dengan Nyonya Ely.""Nyonya Ely? Dia siapa Fic? Apakah keluargamu?"Fic tersenyum sambil menggeleng."Kamu akan mengenalnya nanti. Dan kamu pasti akan menyukainya." Erina hanya mengangguk saja dan menurut. Meskipun banyak pertanyaan tentang Nyonya Ely itu siapa, tetapi Erina Merasa sedikit senang.Fic sudah mulai sedikit demi sedikit memperkenalkan dirinya pada
Mereka sudah sampai di rumah. Fic langsung mengajak Erina masuk ke dalam kamar. "Kamu tidak boleh lagi takut dengan Rafael. Jika dia berani mengganggumu lagi, cepat beritahu aku." Fic berbicara setelah berada di dalam kamar. Erina hanya menganggukkan kepalanya. Dia merasa beruntung Fic datang tepat waktu. Dia terlalu lelah untuk menghadapi Rafael.Beruntunglah, Rafael sudah mengetahui jika Fic lah suaminya. Dalam pikiran Erina, setidaknya Rafael tidak lagi merendahkannya. "Aku akan mandi dan bersiap-siap." Erina melangkah ke kamar mandi. Tidak lama kemudian dia sudah keluar dengan mengenakan kimono yang begitu rapat.Fic tersenyum melihat itu dan sekarang gantian dia yang ke kamar mandi.Ketika Fic keluar, Erina sudah menggunakan gaun yang dia beli tadi."Fic, apakah Gaun ini sopan untuk bertemu dengan Nyonya Ely?""Ya. Kamu benar benar layak sebagai Putri bangsawan. Sangat layak untuk menjadi Nyonya Albarez." Mendengar pujian Fic, entah kenapa sudut bibir Erina tertarik berbentuk
"Erina. Bukan seperti itu. Aku hanya,"Fic menatap Erina yang masih memandang lurus ke depan."Sepertinya kepalaku sangat sakit." Erina mengeluh dengan memijat pelipisnya."Aku akan membantumu." Fic mengangkat tangannya hendak memijat pelipis Erina. Tetapi Erina menarik tubuhnya untuk lebih menjauh dari Fic.Fic hanya bisa mendengus. Ketika Fic ingin berusaha untuk mencairkan suasana yang nampak dingin, mobil sudah berhenti. Erina segera turun dan melangkah masuk tanpa menunggu Fic.Fic sedikit berlari mengejar Erina sampai ke kamar.Erina tidak mempedulikan Fic, dia cepat ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi Erina menumpahkan air mata yang sejak tadi memang telah ditahannya. Entah kenapa, hatinya merasa begitu sakit saat mengetahui jika Fic pernah mempunyai Tunangan. Semakin sakit karena selama ini Fic tidak pernah mau sedikit pun bercerita. Apalagi ketika mengingat ucapan Nyonya Ely.Apakah Fic menikahinya benar karena hanya matanya mirip dengan Mentari? Memikirkan itu Erina sangat
Hari ini Rafael sudah berada di Gedung Stasiun Televisi.Pertama yang ingin dia lihat pagi ini adalah Erina. Namun karena ini masih terlalu pagi, jadi Erina belum datang.Rafael melangkah ke Ruangan Direksi. Pikirannya masih saja memikirkan Hubungan Fic dan Erina. Otak Rafael seperti masih belum bisa menerima jika mereka adalah pasangan suami-istri.Lalu tiba tiba Rafael berdiri dan keluar dengan cepat menuju mobil. Dia mengendarai mobil menuju Perusahaan Galaxy Group.Entah mengapa Rafael belum bisa menerima kenyataan ini. Entah apakah dia cemburu karena wanita yang sebenarnya masih pemilik hatinya itu telah menjadi istri sepupunya sendiri. Atau Rafael sedang mempunyai rencana.Rafael sudah memasuki Ruangan Presdir. Dia mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk. Meskipun belum mendapatkan jawaban dari dalam, Rafael sudah masuk terlebih dahulu.Fic yang baru saja datang menoleh, sebenarnya dia sedikit terkejut ketika melihat Rafael datang sepagi ini menemuinya. Tetapi Fic bisa de
Melihat Alika berdiri di pintu, itu tidak membuat Rafael melepaskan tangan Erina. "Lepas Rafael!" Ucap Erina dengan nada cukup tinggi."Tidak! Urusan kita belum selesai!" Erina merasa sangat tidak enak hati melihat Alika yang sudah menatapnya penuh kebencian dan Erina menarik kuat tangannya.Ketika Erina berbalik, Alika sudah berada tepat di depannya."Dasar murahan! Kamu masih saja merayu Tunangan orang!" Tangan Alika terangkat tinggi tinggi dan siap mendarat ke wajah Erina. Tetapi Erina menangkap tangan itu."Bertanya lah dulu kepada Tunanganmu, apakah aku merayunya?" Erina membanting tangan Alika. Kemudian pergi begitu saja.Alika segera menatap Rafael yang sama sekali tidak bersuara."Fael, sampai kapan kamu terus mengejar Erina? Dia itu sudah menikah? Kamu tidak boleh mengganggu rumah tangga orang lain?"Rafael hanya tersenyum sinis kemudian pergi ke sofa.Alika begitu kesal, dan semakin membenci Erina. Kenapa Erina terus saja mengganggu kehidupannya?Sejak kecil, Alika selalu m
Alika sudah menemukan Alamat Salon khusus itu. Sekarang dia sudah melangkah masuk. Beberapa Pelayan segera menyambut."Anda siapa Nona?" Kepala Pelayan bertanya. Wajar saja mereka belum mengenal dengan baik wajah Alika, sebab Pertunangan mereka memang belum diumumkan secara resmi. Masih Antara Rafael dan pihak keluarga Alika saja. Meskipun Rafael sudah memberitahu pihak keluarganya, tetapi belum pernah membawa Alika secara langsung ke Rumah."Aku Alika Handoyo. Tunangan Tuan Muda Mahendra. Tadi Tuan Muda Mahendra menelponku, dan meminta aku datang kemari.""Oh. Mari silahkan." Kepala pelayan segera membawa Alika ke lantai atas."Anda bisa menunggu sebentar disini Nona." Kepala Pelayan menunjuk sebuah kursi di Ruangan Tunggu."Menunggu? Kenapa mesti menunggu?" Alika protes kepada Kepala Pelayan."Maaf Nona. Kami sedang menunggu Nyonya Albarez. Kami harus mengutamakan Istri Presdir Albarez terlebih dahulu. Pegawai kami sedang menjemputnya. Sebentar lagi mungkin akan datang." Alika me
Wajah Alika pucat pasi dan tubuhnya gemetaran ketika Fic semakin mendekatinya. "Berani sekali kamu menyakiti istriku!" Tangan Fic sudah terangkat tinggi dan siap untuk memukul Alika.Tangan itu sudah mengayun ke arah wajah Alika namun ditangkap oleh seseorang."Fico!" Rupanya Rafael yang menangkap tangan Fic. Tadi dia baru saja datang dan melihat keributan itu, ketika melihat Alika yang sedang akan ditangani Fic, Rafael langsung berlari untuk mencegah.Melihat Rafael yang telah menyelamatkan, Alika segera memeluk Rafael dan menangis sesenggukan."Fael. Aku takut."Rafael menoleh ke arah Fic."Bisa bisanya kamu bermain kasar pada seorang wanita!"Fic menatap sinis ke arah mereka."Dia yang sudah menyakiti Istriku. Bagaimana aku tidak bisa bermain kasar? Seharusnya aku malah mematahkan tangannya yang berani sekali menarik rambut istriku. Apa kamu pikir itu tidak sakit?"Rafael seketika menoleh ke arah Erina yang masih berdiri disana dengan wajah cemas penuh ketakutan. Lalu Rafael berg