Melihat Alika berdiri di pintu, itu tidak membuat Rafael melepaskan tangan Erina. "Lepas Rafael!" Ucap Erina dengan nada cukup tinggi."Tidak! Urusan kita belum selesai!" Erina merasa sangat tidak enak hati melihat Alika yang sudah menatapnya penuh kebencian dan Erina menarik kuat tangannya.Ketika Erina berbalik, Alika sudah berada tepat di depannya."Dasar murahan! Kamu masih saja merayu Tunangan orang!" Tangan Alika terangkat tinggi tinggi dan siap mendarat ke wajah Erina. Tetapi Erina menangkap tangan itu."Bertanya lah dulu kepada Tunanganmu, apakah aku merayunya?" Erina membanting tangan Alika. Kemudian pergi begitu saja.Alika segera menatap Rafael yang sama sekali tidak bersuara."Fael, sampai kapan kamu terus mengejar Erina? Dia itu sudah menikah? Kamu tidak boleh mengganggu rumah tangga orang lain?"Rafael hanya tersenyum sinis kemudian pergi ke sofa.Alika begitu kesal, dan semakin membenci Erina. Kenapa Erina terus saja mengganggu kehidupannya?Sejak kecil, Alika selalu m
Alika sudah menemukan Alamat Salon khusus itu. Sekarang dia sudah melangkah masuk. Beberapa Pelayan segera menyambut."Anda siapa Nona?" Kepala Pelayan bertanya. Wajar saja mereka belum mengenal dengan baik wajah Alika, sebab Pertunangan mereka memang belum diumumkan secara resmi. Masih Antara Rafael dan pihak keluarga Alika saja. Meskipun Rafael sudah memberitahu pihak keluarganya, tetapi belum pernah membawa Alika secara langsung ke Rumah."Aku Alika Handoyo. Tunangan Tuan Muda Mahendra. Tadi Tuan Muda Mahendra menelponku, dan meminta aku datang kemari.""Oh. Mari silahkan." Kepala pelayan segera membawa Alika ke lantai atas."Anda bisa menunggu sebentar disini Nona." Kepala Pelayan menunjuk sebuah kursi di Ruangan Tunggu."Menunggu? Kenapa mesti menunggu?" Alika protes kepada Kepala Pelayan."Maaf Nona. Kami sedang menunggu Nyonya Albarez. Kami harus mengutamakan Istri Presdir Albarez terlebih dahulu. Pegawai kami sedang menjemputnya. Sebentar lagi mungkin akan datang." Alika me
Wajah Alika pucat pasi dan tubuhnya gemetaran ketika Fic semakin mendekatinya. "Berani sekali kamu menyakiti istriku!" Tangan Fic sudah terangkat tinggi dan siap untuk memukul Alika.Tangan itu sudah mengayun ke arah wajah Alika namun ditangkap oleh seseorang."Fico!" Rupanya Rafael yang menangkap tangan Fic. Tadi dia baru saja datang dan melihat keributan itu, ketika melihat Alika yang sedang akan ditangani Fic, Rafael langsung berlari untuk mencegah.Melihat Rafael yang telah menyelamatkan, Alika segera memeluk Rafael dan menangis sesenggukan."Fael. Aku takut."Rafael menoleh ke arah Fic."Bisa bisanya kamu bermain kasar pada seorang wanita!"Fic menatap sinis ke arah mereka."Dia yang sudah menyakiti Istriku. Bagaimana aku tidak bisa bermain kasar? Seharusnya aku malah mematahkan tangannya yang berani sekali menarik rambut istriku. Apa kamu pikir itu tidak sakit?"Rafael seketika menoleh ke arah Erina yang masih berdiri disana dengan wajah cemas penuh ketakutan. Lalu Rafael berg
Suasana Acara makan malam Mendadak berubah kacau. Tidak ada yang tidak terkejut dengan apa yang terpampang jelas di hadapan mereka itu. Yang paling terkejut diantara mereka sudah pasti Fic dan Rafael. Dua pria yang sama sama mencintai Erina itu begitu tercengang. Tidak pernah menyangka jika wanita yang mereka cintai itu akan dipermalukan seperti ini.Keduanya sama sama menoleh cepat ke arah Erina. Tentu saja keadaan wanita itu saat ini sangat menyedihkan. Wajahnya begitu memucat dan sama sekali tidak sanggup untuk mengangkat muka sedikit pun.Fic segera menggenggam tangan Erina yang gemetaran hebat. Fic bisa merasakan tangan itu terasa sangat dingin."Erina." Fic memanggil pelan."Fic. Tolong aku."Beberapa orang mulai berbisik bisik."Begitu kelakuan Istri seorang Presdir! Benar benar sangat menjijikkan!""Apakah Presdir Albarez telah salah memilih seorang wanita?""Jika aku menjadi dirinya, maka aku sudah tidak akan sanggup hidup lagi, karena kebusukannya telah terbongkar."Erina se
"Ah, seharusnya ini adalah pertanyaan Ibu Mertuamu atau Nenek Mertuamu. Tapi karena mereka sudah mendahului kita, tidak apa apa jika aku yang bertanya." Kakek berdiri dan mendekati Erina."Apa Fic kurang agresif?"Wajah Erina memerah. Dia benar benar tidak menyangka jika Kakek akan membicarakan ini. Apa Kakek tidak malu Kakek membicarakan hal ini dengannya?"Kek, Fic,""Kenapa? Jika Fic kurang Agresif? Aku beritahu Erina ya? Jika benar begitu, Seharusnya kamu sebagai Wanita yang lebih agresif."Mendengar Kakek terus membicarakan itu, wajah Erina semakin memerah menahan malu."Aku betul betul mengkhawatirkan dia. Sudah bertahun-tahun lamanya dia mengurung diri di dalam Rumah. Aku khawatir dia itu tidak bisa, itu.. Dia tidak bisa,""Erina. Em, Kakek takut Fic ada kelainan. Sebab dia itu terlalu dingin dan tidak peduli dengan sekitarnya. Tadi dia tidak begitu kan? Erina, apa kalian sudah.. Apa Fic sudah.. ah, apa Fic pria yang normal. Dia normal kan? Kamu boleh jujur kepada Kakek. Tidak
Fic paham dengan apa yang dipikirkan Erina saat ini.Fic menggenggam erat kedua tangan Erina."Erina, apapun yang terjadi, aku akan menerima. Aku menerimamu di masa sekarang, dengan tidak membawa masa lalumu. Aku juga berharap kamu begitu, menerimaku di masaku yang sekarang, tanpa masa laluku."Erina mendongak. "Masa lalumu. Mentari maksudmu?"Fic terdiam, karena sebenarnya bukan itu."Masa lalu kita berbeda Fic? Mentari dan kamu, kalian bertemu masih sama sama kecil, bahkan belum mengerti Tentang perasaan. Sementara aku? Aku kotor Fic! Aku bahkan jijik pada diriku sendiri."Fic langsung membungkam mulut Erina."Tidak Erina. Kamu tidak tahu. Aku lebih kotor daripada dirimu. Aku pernah melakukan dosa besar yang sangat menjijikan. Aku bahkan membenci diriku sendiri."Erina terbelalak. "Dosa besar? Apa Fic?"Fic menunduk, tangannya mencengkram kuat jari jemari Erina dan terlihat gemetaran."Kejadian itu membuat aku Frustasi, sampai aku berobat keluar Negeri demi melupakan malam itu."Sud
Rafael sebenarnya bukan karena sedang ada urusan meninggalkan Alika sendirian dikamarnya. Itu hanya alasannya saja. Rafael benar benar tidak ingin melihat dahulu Alika malam ini. Pikirannya sedang di penuhi dengan Erina. Sekarang dia sedang duduk di ruangan tengah sendirian. Rafael kembali teringat tentang foto foto Erina. Kemudian memikirkan tindakan keterlaluan Alika. Tanpa sadar, Rafael mulai membenci Alika."Bisa bisanya dia sebodoh itu. Untuk apa dia tega melakukan itu, memutar Foto foto aib Erina. Dasar wanita gila! Jika Fico mengetahuinya, maka hidupmu akan segera berakhir."Ketika sedang bergumam seperti itu tiba tiba Rafael mengingat sesuatu kemudian dengan cepat merogoh Ponselnya. Dia membuka kembali galeri, kembali mengamati beberapa foto Erina tiga bulan yang lalu. Seperti menangkap sesuatu yang janggal disana.Benarkah Alika mendapatkan foto foto itu dari Ponselnya? Rafael mencoba mengingat dengan teliti. Dalam Layar Televisi yang diputar, foto foto Erina lebih sedikit
Sarapan Pagi di Rumah besar Kakek Alfian berjalan dengan penuh perasaan yang berbeda beda. Rafael dan Alika dipenuhi rasa cemburu.Alika cemburu dengan tatapan Rafael kepada Erina. Sementara Rafael, cemburu dengan tatapan Fic kepada Erina.Erina sangat merasa malu, karena Kakek terus tersenyum kepada Fic dan dirinya. Hati Kakek begitu puas melihat tanda merah di leher cucu menantunya.Fic sendiri, dia benar benar senang. Semalam adalah hal berharga baginya, sedikit banyak dia sudah bisa terbuka untuk bercerita kepada Erina tentang Dosa yang terus menyiksanya akhir akhir ini.Fic sendiri tidak mengerti, dia pernah sudah bisa melupakan masalah itu, tetapi Kenapa akhir akhir ini dia kembali mengingatnya walaupun dengan samar samar.Fic melirik sekilas Rafael yang terus terusan mengepalkan tangannya. Fic bisa menebak jika Rafael sedang cemburu dengan kedekatan dia dan Erina.Baguslah! Kamu memang harus tahu, jika Wanita itu adalah milikku sekarang!Mata Fic seolah berbicara begitu ketik