Setelah meninggalkan Rafael, Erina kembali ke Ruangan. Otaknya terasa sangat lelah mendapati kenyataan seperti itu. Tadinya dia mengira akan sedikit senang ketika bertemu dengan kerabat Fic. Erina sama sekali tidak pernah menyangka jika Kerabat Fic adalah Rafael. Pria yang pernah dicintainya dan pernah mengisi hatinya dulu.Erina masih belum bisa menyembunyikan rasa keterkejutannya. Dia bahkan tidak bisa konsen untuk bekerja. Dia tiba tiba teringat dengan Fic. Pria yang akhir akhir ini bisa membuatnya nyaman. Erina rasanya hari ini ingin cepat pulang.Dia merogoh Ponselnya dan berniat menghubungi Fic. Sekedar untuk mendengar suaranya saja. Siapa tau itu bisa membuat hatinya sedikit tenang. Namun saat dia membuka Ponselnya. Sebuah panggilan masuk. Dia tersenyum melihat nama sang pemanggil."Halo!""Keluar lah. Aku menunggumu di luar Gerbang." Erina langsung berdiri dan berlari kecil keluar menuju Gerbang."Fic!" Dia berseru sambil menghampiri mobil berwarna hitam yang berhenti agak
"Ah iya. Maafkan aku. Aku hanya sedikit ada masalah. Kalau begitu silahkan lanjutkan langkahmu. Aku juga harus segera pulang." Erina segera melangkah."Erina tunggu dulu!" Alika memanggil dan berlari kecil menghampiri Erina."Aku tahu, kamu mungkin masih mencintai Rafael. Apalagi kalian sekarang satu pekerjaan. Aku hanya ingin kamu bisa menjaga jarak. Aku tidak mau kamu menjadi orang ketiga dalam hubungan ku dengan Rafael. Sebentar lagi kami akan menikah. Kamu juga sudah bersuami bukan? Jadi kamu harus tau diri." Erina tersenyum menanggapi ucapan Alika. Lalu menepuk halus bahu Alika."Kamu tenang saja. Aku dan Rafael sudah tidak ada hubungan apapun. Jadi hubungan kami hanya sebatas pekerjaan." Selesai bicara Erina pergi keluar dan menyetop taksi. Alika menatap sinis kepergian Erina. Entah kenapa melihat Erina kali ini ada banyak kecemasan dalam hatinya. Dia tau jika Rafael sebenarnya belum bisa melupakan Erina. Dia juga tau jika Rafael masih mencintai Erina.Alika sadar jika Rafael
Fic melaju dengan kecepatan sedang. Sebentar dia terlihat tersenyum lalu Sebentar kemudian terlihat Fokus dengan kendali. Namun karena ini adalah hari pertamanya menyetir sendiri setelah sekian tahun lamanya, Fic sedikit kehilangan keseimbangan. Ketika melintasi rambu rambu lalulintas, dia tidak memperhatikan lampu merah. Dia menginjak rem dengan sangat mendadak, namun itu terlambat. Mobilnya menabrak bagian belakang mobil seseorang yang sedang berhenti di hadapannya."Astaga!" Fic terkejut.Seorang pria terlihat turun dari mobil yang ditabraknya itu sambil mengacungkan kepalan."Dasar Bodoh! Kamu tidak bisa mengemudi ya?" Pria itu berteriak marah."Turun! Kau harus bertanggung jawab atas kerusakan mobilku, atau aku akan membawa perkara ini ke kantor Polisi!" Pria itu menggedor pintu mobil Fic.Fic membuka pintu dan turun."Berapa kerugian Mu? Aku akan menggantinya."Pria itu terbelalak."Presdir Albarez? Anda rupanya." Pria itu mundur dan menunduk. Wajahnya tiba tiba memucat."Katak
Malam ini Fic benar benar akan membawa Erina untuk makan malam bersama Kakek.Tuan Besar Alfian sudah mengirim alamat Restoran kepada Fic.Erina memakai Gaun perpaduan make up tipis. Ini adalah pertama kalinya Erina memakai gaun sehingga dia terlihat begitu gugup. "Fic. Apakah aku terlihat cantik dan sopan?" Lalu dia bertanya kepada Fic sebelum melangkah."Kamu terlihat sangat cantik. Pakaian mu ini juga sopan. Jadi untuk apa sangat gugup?" Fic menenangkan hati Erina. Dia tau, ini adalah pertama kalinya Erina berpakaian demikian dan pertama kalinya Erina akan bertemu dengan Kakeknya.Fic mengulurkan tangannya untuk menggandeng Erina.Fic tidak membawa mobil sendiri seperti siang tadi. Dia menunggu Jefri untuk mengantar mereka.Sepanjang perjalanan Fic menggenggam erat tangan Erina yang terlihat gelisah."Fic, apakah Tuan Besar Alfian Kakek kamu itu orangnya baik?" Fic tersenyum. "Tentu saja. Kamu tidak perlu takut. Ini hanya makan malam biasa. Bukan acara keluarga. Kakek hanya ingin
Cinta Pertama memang paling berkesan. Dimana mana istilah itu memang sering terdengar. Jika sedang memikirkan itu hati Fic selalu terasa sakit. Erina bukanlah wanita pertama yang menyinggahi hatinya, tetapi sudah bisa dipastikan jika Erina adalah cinta pertamanya. Namun Fic juga memikirkan jika dia tidak bisa menyalahkan Erina sepenuhnya.Dia belum bisa membuktikan jika dia mencintai Erina. Sesampainya di Rumah Fic segera melangkah ke kamar. Mendekati Erina yang berbaring di atas Ranjang. Mendengar suara langkah kaki Erina menoleh."Fic. Kamu sudah pulang?" Erina duduk. Matanya terlihat bengkak. Sepertinya Erina habis menangis.Fic hanya mengangguk kemudian duduk disisi Erina."Kenapa kamu pergi dari Makan malam? Apa kamu tahu jika sikapmu itu membuat Kakek kecewa?" Fic melirik Erina."Maafkan aku Fic. Aku tidak tahu kalau,""Kalau Mahendra sepupuku itu Adalah Rafael? Cinta pertama kamu, benar begitu?" Erina terbelalak menatap Fic,tidak menyangka jika Fic sudah mengetahuinya. "Ka
Di Ruangan Direksi, Rafael terlihat mondar mandir. Beberapa kali dia bertanya kepada Kak Awan apakah Erina sudah datang. Tetapi kak Awan mengatakan jika Erina belum datang.Rafael merasa tidak sabar lalu bangun dan melangkah ke ruangan kerja Erina. Dia menatap sekeliling. Dia tidak melihat Erina ada disana, hanya ada Oca dan Melda."Ketua Direksi? Apa anda sedang mencari Erina?" Tanya Oca.Rafael mengangguk. "Ada banyak Pekerjaan untuknya. Kemana dia sekarang? Kenapa belum datang?""Ketua Direksi. Erina tidak masuk hari ini. Ada kabar buruk dari Erina." Rafael langsung menatap Oca."Ada apa?" Dia bertanya penuh khawatir."Ayahnya sedang kritis dan hari ini akan di Operasi. Jadi Erina sedang berada di rumah sakit untuk menemani Ayahnya." Rafael terkejut mendengar penjelasan dari Oca. "Baiklah. Tidak mengapa." Rafael kembali ke ruangan Direksi. "Di Operasi? Jadi dia membutuhkan uang untuk itu?" Rafael merasa bersalah saat dia sudah asal menuduh saat Erina kemarin sangat membutuhkan
Sebenarnya Erina juga menebak jika ada sesuatu yang diketahui Ayahnya mengenai Fic, tetapi Erina tidak ingin banyak bertanya dahulu karena walau bagaimanapun juga Ayahnya baru saja sadar pasca Operasi.Fic sama halnya dengan Erina. Banyak sekali pertanyaan di kepalanya. Sebenarnya wajar saja jika orang mengenal siapa Mendingan Ayahnya dan siapa Kakeknya, tetapi raut panik dan keterkejutan Handoyo yang begitu terlihat bisa membuat Fic memikirkan hal lain yang mencurigai Handoyo menyimpan sebuah Rahasia. Apakah ada yang disembunyikan oleh Tuan Handoyo ini?Fic juga tidak mungkin hendak bertanya."Erina. Ayahmu sudah sadar. Jadi, Aku akan pergi ke kantor. Masih ada pekerjaan yang mengharuskan aku datang."Erina mengangguk. "Iya Fic. Tidak mengapa." "Baiklah. Jika ada apa apa, langsung hubungi aku ya?" Erina kembali mengangguk."Tuan Handoyo. Aku harus meninggalkan kalian sebentar. Cepat sembuh ya?" Fic berpamitan kepada Handoyo dan dibalas anggukan ringan.Setelah memastikan Fic sudah
Hari ini dokter mengatakan jika Handoyo sudah diperbolehkan untuk pulang.Erina sangat senang mendengarnya. Tetapi dia bingung akan membawa ayahnya kemana. Ketika dia meminta pendapat Fic, Fic memberi saran untuk membawa Handoyo ke Rumah mereka saja."Kenapa tidak membawa Ayahmu ke Rumah kita saja? Kita bisa menjaganya bersama." "Apa kamu serius Fic?" "Tentu saja. Bukankah, Ayahmu juga adalah Ayahku?" Erina begitu terharu. Dia cepat mengangguk dan memberitahu Handoyo tentang hal ini. Tetapi Handoyo menolak dengan alasan tidak ingin merepotkan mereka."Ayah. Kamu tidak akan merepotkan siapa siapa." Ucap Erina."Erina. Tidak apa apa. Ayah tidak bisa jika harus tinggal bersama kalian. Ayah akan pulang ke Rumah Ibu mu saja."Erina langsung melotot. "Mana bisa seperti itu, mereka tidak menginginkan ayah lagi. Jika Ayah disana, mereka hanya akan menyakiti Ayah lagi." "Erina. Kamu tidak mengerti, Ayah harus tetap kembali ke sana. Ayah mengkhawatirkan Perusahan Ayah yang sekarang di kendal