Home / CEO / Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa / Uangku Terisa 5000 Saja

Share

Uangku Terisa 5000 Saja

Author: Popyani
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Kakek Darma telah kembali ke rumahnya, setelah beberapa hari lelaki tua itu dirawat di rumah sakit. Kembali pulang, setelah beberapa hari dirinya dirawat-dan tak menemukan cucu kesayangannya, menimbulkan sesuatu yang asing untuk diri lelaki tua itu. Dia merindukan cucunya itu, sudah beberapa bulan Devan pergi dari rumah.

Menelusuri setiap sudut rumah, pandangan kakek Darma berhenti pada sebuah bingkai photo berbahan jati yang menempel pada dinding rumah--tanpa sadar kedua kakinya telah melangkah.

Perlahan satu tangan itu-dia angkat-menyentuh kaca bening transparant, seraya membelainya dengam lembut. Dia begitu teramat merinduhkan anak, dan menantunya, yang tewas dalam sebuah kecelakaan beberapa tahun silam. Dalam kecelakaan itu, anak dan menantunya meninggal, dan Devan selamat.

"Adam, Ana, putra kalian sudah besar--tumbuh menjadi pria yang tampan dan juga kuat. Kalian tahu, kami berdua sering bertengkar. Dan, kalian pernah mengatakan kalau dia menuruni sifatku. Devan, dia memang me
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Ingin Lebih Lama Bersama Rania

    Rona bahagia terukir di wajah Rania, menatap dirinya dalam pantulan cermin. Hari ini dia akan memulai pekerjaannya sebagai OG di Wijaya Group. Rania terlihat sangat begitu bersemangat. "Nggak perduli pekerjaanku, apa?! Yang penting gajiku kali ini besar!" monolog Rania dengan senyuman, seraya satu tangannya meraih tote bag di atas ranjang, dan berlalu dari dalam kamar. Langkah kaki itu Rania jeda--gadis itu terperangah-begitu mendapati menu-menu yang tersaji di atas meja. Tak tahan untuk segera mencicipinya, gadis 25 tahun itu segera membawa langkah kakinya cepat. "Kamu, yang memesannya?" tanya Rania sekilas menatap Devan, dan kembali membawa pandangannya pada sajian di atas meja. Bahkan tanpa sadar gadis itu menelan ludahnya berkali-kali. "Memang kamu yang membelinya!" sarkas Devan--dengan senyuman mencemoohnya-menatap Rania, dan kata-kata menohok pria itu menembus hingga ke jantung Rania. "Maaf--," ujarnya lirih, Rania menenggelamkan wajahnya sedalam mungkin--sungguh dia t

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Meminta Devan Pulang

    Rasa penasaran tentang apa yang akan Deni sampaikan, Devan mengajak pria itu untuk segera bertemu. Keduanya bertemu disebuah restorant mewah diruangan private. "Kau, serius? Dion, menawarkan pada kakek untuk mencari tahu di mana aku tinggal? Dan, pekerjaan apa yang aku lakukan?" tanya Devan, dengan wajah yang mendadak kaget. Pria itu memandang tidak percaya pada Deni. "Iya. Walaupun itu hanya hal konyol, namun saran saya lebih baik anda pulang, Tuan. Sebab, sekarang nyawa kakek anda sedang terancam." "Aku telah menikah!" Devan bersuara dengan rendah dan datar, raut wajahnya pun menunjukkan keseriusan. Deni tersedak oleh minumannya sendiri. Devan membuatnya begitu sangat kaget luar biaaa. Bahkan celananya sedikit basah, akibat terkena cipratan dari minuman. Membersikannya dengan tissu, Deni segera membawa pandangannya pada Devan yang menatapnya dengan heran. "Menikah?" tanya Deni pelan setelah sekian detik lamanya. Matanya membulat penuh tanpa ekspresi, menatap Devan dengan begitu

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Kembali Menyusun Rencana

    Dion menutup pintu kamarnya. Tawa yang sedari tadi pria itu redam--lolos begitu saja. Tawa cukup menggema, melantun memenuhi ruangan membuat suasana di dalam kamar terasa horor. "Ha---ha----ha---, aku akan membuat hubungan kakek dan cucu itu kembali memanas! Aku akan membuat mereka terus berseteru!" geram Dion, rahangnya mengetat, iris hitamnya menggelap saat amarah telah berada di ubun-ubun. Suara panggilan telepone membuyarkan semuanya. Membawa wajah ponsel pada indera penglihatannya dan mendapati nama Hana, adik perempuannya membuat mimik wajah Dion berubah. Tanpa menunggu Dion segera menjawabnya. "Hallo." Dion bersuara dengan lembut, air mukanya berubah hangat tercipta sedikit senyum di sana. "Kakak. Kapan kau datang?!" tanya Hana, nada suara gadis itu terdengar kesal."Aku belum bisa pulang. Aku bahkan baru kembali mengatur rencana untuk kembali menyingkirkan siTua itu!""Kau terlalu sibuk membalaskan dendammu, sampai melupakan kalau besok adalah hari kematian papa dan Mama!"

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Bahagia

    Rania meremang. Tubuh gadis itu bagai tersengat arus listrik dengan tegangan yang cukup tinggi. Dirinya seolah tak mampu melakukan apa pun lagi. Apa yang baru saja Devan lakukan padanya--membuat fungsi otaknya mendadak berhenti. Satu detik Dua detik Tiga detik Rania mengerjap-ngerkapkan kedua bolamatanya, dengan tangan yang perlahan menyentuh lembut bibirnya. Rasanya masih membekas, ini bukan mimpi. "De, Devan mengecup bibirku?" gumam Rania pada diri sendiri, ingin menolak untuk mempercayainya--namun ini nyata. kecupan itu masih terasa. Hanyut dalam apa yang tengah terjadi, hingga suara telepone membuyarkan semuanya. Airmuka Rania berubah, begitu dirinya mendapati yang melakukan panggilan telepone adalah Andra. Teringat pertemuannya, dan Andra tadi di perusahaan membuat Rania enggan untuk menjawab panggilan telepone itu. Akan memasukkan gawai kembali ke dalam saku celananya, namun Rania urungkan saat terdengar nada pesan masuk. {Aku tahu, kalau kamu pasti nggak mengangkat t

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Ya dan Tidak

    Pagi hariRania dan Devan tengah menikmati sarapan pagi mereka. Semalam gadis itu membiarkan Devan makan malam seorang diri, sungguh-dia belum siap untuk kembali bertemu dengan pria itu--setelah apa yang dia lakukan padanya. Namun, setelah dipikir-pikir--tak ada gunanya dia terus menghindar. Toh, dia hidup satu atap dengan Devan, dan hal penting lainnya, pernikahan mereka masih satu tahun lebih lagi. Satu tahun lebih itu adalah waktu yang sangat lama--jadi sampai kapan dia akan menghindari Devan, setidaknya itulah yang ada di dalam pikiran seorang Rania. Masih hangat-hangatnya terjadi, bahkan kecupan itu masih terasa di bibirnya hingga saat ini. Rania memilih untuk diam, menganggap Devan bagai angin tak terlihat, dan memfokuskan diri dengan sarapan paginya--walaupun saat ini dadanya tengah berbebar kencang, perasaannya pun tak karuan. Besar harapan Rania, Devan tidak menyinggung soal kecupan itu lagi."Semoga saja dia tidak menyinggung soal tadi malam. Apakah, dia tahu--gara-gara pe

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Melakukan Kesepakatan

    Riana mengerjap-ngerjap kedua matanya resah saat dengan sengaja mentari memberikan sedikit sinarnya mengenai sepasang bolamata cantiknya. Bergerak resah, Riana kembali memejamkan mata itu saat kembali menemukan kenyamanan di dalam tidurnya. Namun, Riana merasa ada yang janggal sebab dia merasa tubuhnya seperti tertimpa sebuah beban. Membuka kedua matanya berat, Riana berusaha mengumpulkan nyawanya yang masih tercerai-berai. Sontak--Rania menegang, wajahnya mendadak pucat saat melihat ada sebuah tangan yang melingkar di perutnya. Cepat, Rania membalikkan tubuhnya-dan kaget luar biasa saat mendapati adanya Devan. "AAHHHHHHH----------." Rania berteriak histeris, sungguh dia begitu shyok saat mendapati Devan tidur seranjang dengannya dengan posisi yang begitu intim. Devan yang tak mengetahui apa yang membuat Rania histeris--turut melakukan hal yang sama. Pria itu pun berteriak dengan tak kalah kencangnya. "AAHHHHHH----------." Devan pun bangun dari duduknya, dengan air muka yang nam

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Seperti Sosok Suamiku

    Rania baru saja menapaki kakinya di halaman dari Wijaya Group. Melangkahkan kakinya dengan santai, namun sedetik kemudian langkah kaki itu dia hentikan saat tiba-tiba saja ada seseorang yang mencekal tangannya. Berbalik, dan betapa kagetnya Rania--saat mendapati adanya Andra. "Lepaskan!" hardik Rania, seraya menghempaskan kuat cekalan tangan Andra dan itu berhasil, "Bisa nggak, kamu nggak ganggu hidup aku lagi!" tambah Rania dengan nada penuh emosi. Wajahnya mengeras, bara terlihat jelas pada sepasang iris hitamnya. Andra berusaha untuk tenang menghadapi sikap Rania, dia tidak ingin sang mantan semakin menjauh darinya jika dia bersikap kasar, dirinya harus bersikap lembut,"Oke, maafkan aku. Tapi, bisakah kita berbicara sebentar? Ada hal penting yang ingin aku bicarakan denganmu," pinta Andra, memelas--kedua mata pria itu menatap Rania dengan penuh harap. "Tapi, sayangnya aku nggak punya waktu untuk bicara sama kamu!" sahut Rania acuh, dan kembali melanjutkan langkah kakinya--na

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Ingin Menyelesaikan Masalalu

    Devan adalah sosok yang tertutup, dan tak suka mempublikasikan kehidupan pribadinya di media sosial. Bahkan akun pria itu diprivate, walaupun begitu menutup diri dan tak ingin orang di luar sana mengetahui tentangnya-- namun pria itu tak pernah melakukan penyamaran saat berkunjung ke perusahaan kakeknya. Namun, kali ini berbeda. Devan terpaksa melakukannya sejak Rania-istrinya bekerja di perusahaan keluarganya. Mobil yang membawa Devan telah tiba di depan gedung. Pria itu tak langsung menurunkan kedua kakinya. Menghembuskan napasnya tegas, Devan mengambil masker berwarna hitam pekat--menutupi mulutnya, dan topi dari jacket hoody yang sedari tadi menggelantung di leher dia pasangkan di kepalanya. Ini, gila! Bagi Devan ini hal gila yang dia lakukan seumur hidupnya dan itu hanya karena seorang Rania. "Aku sama sekali tidak menyangkah akan sampai melakukan hal gila ini-hanya karena seorang wanita," gumam Devan, dan mantap menurunkan kedua kakinya setelah sepersekian detik. Menge

Latest chapter

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Akhir Kisah Rania dan Devan

    5 bulan kemudian Oeek---- Oeek---- Suara tangisan bayi menggema di dalam ruangan operasi, dan suara tangisan bayi yang terdengar, membuat sosok-sosok dewasa itu seketika mengucapkan rasa syukur. "Selamat ya, Deni, akhir nya kamu sudah menjadi ayah," ujar Devan, menghampiri Deni dan memeluk sebentar pria itu. "Terima kasih Tuan," ujar Deni, dengan senyum lepas di wajah--kebahagiaan nyata terlihat di wajah pria itu, di mana binar bahagia nyata terlihat di bola mata nya. "Deni----," panggil Rania beberapa menit kemudian. Datang nya sosok Rania, mengembangkan senyum di wajah Deni, namun ada nya air mata yang dia temukan pada kelopak mata kakak angkat nya, membuat Deni pun tak mampu membendung kesedihan itu lagi. Bagi Deni, Rania adalah sosok kakak yang baik untuk nya. Melangkah menghampiri, Deni segera memeluk tubuh wanita itu saat sudah berada dekat dengan nya. "Kau, sudah menjadi seorang, ayah, Deni, selamat!" ujar Rania dengan lirih, sudah ada butir kristal yang mene

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Rania dan Sarah yang Saling Menerima

    Kaget, dengan bola mata yang membeliak penuh. Namun, menyadari bagaimana sambutan nya dengan segera Rania, mengembalikan mimik wajah nya. "Maaf," ujar Rania dengan kikuk, wanita itu nampak salah tingkah merasa tidak enak hati pada Sarah. Sarah yang menunduk, seketika mendongak--iris hitam nya, begitu dalam dan tajam, menatap manik hitam Rania. Masih menatap, Sarah akhir nya bersuara. "Apakah, kau tidak akan memaafkan aku?" tanya Sarah dengan lirih, ada mendung yang sudah menyelimuti wajah cantik wanita itu bagaimana mendapati sambutan Rania akan permintaan maaf dari nya. Wajah Rania mendadak kaku, terperangah--sebab merasa Sarah sudah salah sangkah pada nya," Oh, bukan begitu maksudku, kau salah sangkah! Aku, sudah memaafkan mu, sejak kau mengijinkan Papa, dan Mamaku untuk kembali bersatu " jelas Rania. "Benarkah?" ujar Sarah dengan senyum yang mengembang di wajah, wanita yang sedang mengandung 4 bulan itu terlihat sumringah, bola mata nya pun berbinar bahagia. "Yaa!"

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Sarah yang Menerima Deni

    Dua Minggu kemudian Duduk berdampingan, namun walaupun duduk bersama, Sarah, maupun Deni tak ada yang saling berbicara. Ntah, apa yang ada dalam pikiran kedua nya, namun kedua sosok itu lebih memilih untuk diam. Suasana canggung begitu terasa. Ingin berbicara, namun--Deni bingung harus memulai nya dari mana. Sarah terus saja mendiam kan nya. Alhasil, Deni tetap dengan diam nya--dengan sesekali melirik kan pandangan nya pada Sarah. Mendapati Sarah yang meremas jari-jari nya, pria itu hanya bisa mendesahkan napas nya berat. "Aku seperti melihat orang lain. Padahal Sarah yang aku kenal, adalah sosok yang arogant, dan suka, banyak bicara!" gumam Deni dalam hati, dengan diam-diam menatap pada Sarah. Hening--- Hening--- Sampai kapan--mereka saling, diam? Setidak nya itu lah yang ada di dalam pikiran Deni saat ini. Tak, mampu menahan diri itu lagi--Deni memilih untuk bersuara terlebih dahulu. "Kenapa, kau tidak memberitahukan padaku--kalau kau, sedang mengandung?" ujar Deni

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Kehamilan Sarah yang terbongkar

    Malam hari "Rania----." Suara panggilan membuat lamunan panjang Rania membelah, wanita berambut indah itu seketika memindai pandangan nya pada asal suara. "Dev---,"gumam nya, saat mendapati kedatangan sang suami. Sebagai seseorang yang sangat mengenal baik Rania, tentu Devan tahu-seperti apa istri nya itu. Air muka yang Rania tunjukkan saat ini, Devan yakin ada sesuatu yang begitu membebani istri nya itu saat ini. "Kamu, baik-baik saja'kan?" tanya Devan. Menutup pintu ruangan, pria itu menyeretkan langkah berat nya menuju Rania. Rania tak langsung menyambut pertanyaan yang Devan layangkan. Pertanyaan yang pria itu berikan, kembali menyadarkan Rania atas kenyataan yang dia ketahui hari ini. Diam, iris hitam Rania begitu lekat, dan dalam, menatap manik hitam Devan. "Tidak! Aku tidak boleh memberitahukan hal ini pada Devan." Rania bermonolog dalam hati, wanita itu sedang berperang dengan suara hati nya sendiri. "Aku baik-baik saja!" sahut Rania, memutuskan pandangan-ber

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Deni Bercerita Pada Rania

    Sarah telah kembali berada di dalam mobil. Namun, bukan nya langsung pergi meninggalkan area depan restorant, Desicner perhiasan itu justru masih setia tetap berada di sana. Begitu malu saat Rania melihat tanda merah di leher nya, membuat Sarah menenggelamkan wajah nya sedalam mungkin di antara bundaran setir, dengan tak henti-henti nya menggerutu. "Sebel! Sebel! Bagaimana, bisa aku seceroboh ini?!" gerutu Sarah, sembari memukul-mukul kuat bundaran setir. Puas meluapkan kekesalan nya, Sarah mendongak, dan wanita itu mendapati Rania yang melintasi depan mobil nya. Mendapati Rania yang tersenyum--Sarah yakin kalau saudara tiri nya itu tengah menertawakan diri nya. Masih setia memandang Rania, hingga berakhir diri nya mendapati Ibu satu anak itu yang berlalu dengan sebuah mobil mewah. Lama memandang, Sarah memutuskan pandangan setelah teringat rencana nya yang akan berziarah ke makam sang Bunda. Menghidupkan mesin mobil, dan berlalu pergi meninggalkan depan restorant. **** *****

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Sarah yang Mengijinkan Papa Akio dan Mama Ani Kembali Bersama

    Beberapa hari ini Devan merasa ada yang berbeda dengan Deni. Orang kepercayaan, juga adik ipar nya. Menurut Devan sedang tidak baik-baik saja. Deni yang selalu smart, dan selalu terlihat gentle, akhir-akhir ini nampak tidak bersemangat. Terus memandang, Devan yang selama ini memendam rasa penasaran nya akhir nya bertanya. "Bolehkah, aku bertanya sesuatu?" tanya Devan, dengan nada suara yang terdengar ragu. Deni yang tengah memandang wajah ponsel, seketika menengadah--pria itu menatap Devan dengan lekat-lekat. Devan tak langsung melontarkan pertanyaan. Di tatap nya wajah Deni lamat-lamat, lingkaran hitam pada kelopak mata, wajah yang kusut, seperti nya pria itu akhir-akhir ini kurang beristirahat. "Apakah, kau sedang ada masalah? Sebab yang aku perhatikan beberapa hari ini kau nampak murung. Mata mu pun nampak menghitam. Bukankah, aku jarang memberikan kau pekerjaan yang membuat kau lembur. Atau jangan-jangan, kau sering menghabiskan waktu di Klup malam bersama para wani

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Satu Malam Bersama Deni

    Beberapa menit kemudian "Apa, menginap di sini?!" sahut Deni. Bola mata nya membeliak, kaget juga sedikit shyok setelah mendengar keinginan Sarah barusan. "I-ya," sahut Sarah dengan ragu, sambutan Deni menciptakan mimik wajah yang berubah pada wanita itu. Sarah nampak menahan malu. "Nggak!" Deni menolak dengan tegas, dan penolakan keras dari pria itu menciptakan kekecewaan, juga sedih di wajah Sarah. Namun, hanya sesaat saja. Seketika wanita cantik berdarah Jepang Indonesia itu, kembali memohon pada Deni. Memegang tangan pria itu dengan erat-erat, dan menatap nya dengan memohon. "Den, aku mohon-kali ini saja. Aku sedang benar-benar membutuhkan seseorang untuk berkeluh kesah. Kematian Mama, dan hubungan ku dan Papa yang merenggang, membuat aku merasakan rumahku seperti di neraka," pinta Sarah. Memasang wajah memelas nya, Sarah menatap Deni dengan bola mata berair. "Bukankah, kau memiliki teman? Jika kau tidak nyaman berada di rumah mu, kau bisa pergi menginap di rumah mer

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Sarah Mendatangi Deni

    Waktu telah berada di pukul 11 malam. Di saat banyak penghuni bumi sudah menjemput alam mimpi nya, hal serupa tak berlaku bagi Sarah. Walaupun telah dilanda rasa kantuk yang teramat sangat--namun Desicner cantik itu tak kunjung dapat tidur. Bangkit dari tidur nya, Sarah mengacak-ngacak rambut nya frustasi. "Kenapa, aku terus memikirkan omongan Rania, terus-sih?!" gerutu Sarah, dengan wajah frustasi nya. Karena tak dapat kunjung tidur, berakhir Sarah memutuskan untuk pergi ke dapur. Dia akan mengambil beberapa cemilan ringan, dan juga minuman soda, guna untuk menemani nya menonton film. Kedua kaki Sarah telah memijak di lantai dasar. Akan melangkah menuju arah dapur, namun hal itu Sarah urungkan saat dari jauh lebih tak sengaja wanita berkulit putih itu mendapati keberadaan papa Akio. "Papa," gumam Sarah, dengan pandangan tak terputus dari papa Akio, di mana pria paruh baya itu tengah berdiri di depan jendela kaca besar, sembari melemparkan pandangan nya ke arah luar. Lama me

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Dilema nya Sarah

    Beberapa menit menempuh perjalanan dengan kendaraan roda empat nya Sarah akhir nya kembali tiba di rumah nya. Namun, saat mobil milik nya telah terparkir wanita cantik itu tak langsung berlalu dari dalam mobil. Masih setia berada di kursi nya, dengan pandangan yang menerawang begitu jauh. Seperti ada sesuatu yang begitu membebani pikiran nya. Sekian detik berada di sana, Sarah akhir nya berlalu dari dalam mobil. Menyeretkan langkah kaki nya ke dalam rumah, Sarah mendapati suasana rumah yang dalam keadaan lengang. Menelusuri setiap sudut ruangan, Sarah nampak seperti tengah mencari sesuatu. Hingga, terdengar suara langkah kaki, dan dia mendapati kedatangan salah satu pelayan rumah. "Bibi----," panggil Sarah dengan setengah teriakkan, dan itu membuat pelayan tua itu menghentikan langkah kaki nya, dan menghampiri nya. "Nona," ujar nya dengan sopan. "Di mana, Papa?" tanya Sarah dengan nada suara nya yang terdengar menuntut. "Tuan Besar sedang berada di taman samping rumah," j

DMCA.com Protection Status