Reynald berdiri di depan kantor tempat Rama bekerja, ia baru saja keluar dari gedung tersebut setelah pertemuan dinginnya dengan Rama.Saat ini ia sedang menunggu sopirnya untuk menjemput dirinya di sana.Beberapa saat setelahnya sebuah mobil berhenti tepat di depannya, ia langsung masuk ke dalam mobil tersebut dan pergi meninggalkan area kantor tersebut.“Bagaimana dengan tugas yang saya berikan?” tanya Reynald pada sopirnya yang merupakan salah satu orang kepercayaannya.“Maaf, Pak. Saya tidak bisa melacak nomor yang Bapak berikan, sepertinya nomor tersebut langsung dinonaktifkan setelah orang itu menghubungi Bapak,” jawab sopirnya, Agus.Reynald menarik napas panjang dan mengangguk pelan. Sebenarnya ia sangat ingin mengetahui siapa orang yang telah mengirimkan file tersebut kepadanya.“Sebenarnya apa yang terjadi, Pak? Apa yang orang itu kirimkan sampai Bapak merasa khawatir seperti ini?” tanya Agus.“Entah fitnah atau fakta yang dikirimkan oleh orang itu, tetapi ini menyangkut ten
“Hana! Apa kamu sepercaya itu dengan kakakmu? Dia saja meninggalkanmu tinggal sendirian di kosan, sedangkan dia bersenang-senang dengan istrinya. Apa itu yang dikatakan sebuah kasih sayang?” Fran menatap Hana dengan tatapan sinis.“Kak Rama selalu memiliki alasan dari setiap hal yang dia lakukan,” jawab Hana yang kemudian beranjak meninggalkan Fran.Saat itu juga Fran dengan cepat langsung menahan tangan Hana dan memeluk Hana dengan erat.Hana yang mendapati hal itu tentunya merasa kaget, perlakuan ini pernah ia dapatkan sebelumnya, ingatan tentang kejadian buruknya dengan Fran pun kembali muncul.“Lepas, Kak!” Hana mendorong tubuh Fran.Namun, pelukan Fran yang cukup erat tidak bisa ia kalahkan dengan tubuh mungilnya itu. Ia tidak bisa lepas dari pelukan Fran.Bayangan tentang apa yang Fran lakukan kepadanya dulu mulai kembali, saat itu rasanya Hana ingin menangis dan berteriak.Namun, ia ingat akan janjinya kepada kakaknya. Ia harus berusaha dan dia harus mengalahkan semua perasaan
“Kamu ingin bicara apa? Sepertinya sangat serius?” Mawar menatap Rama dengan tatapan bertanya.“Hari ini Hana membuktikan bahwa dia bisa melawan traumanya terhadap Fran. Sepertinya hadiah yang aku janjikan kepadanya benar-benar mendorongnya untuk melawan perasaan takut itu,” jawab Rama. “Aku yang berjanji ingin mempertemukan dia dengan Papah jika dia berhasil melawan takutnya, kini malah aku yang kebingungan sendiri.”“Kebingungan? Apa yang membuatmu bingung?” tanya Mawar.“Aku tidak pernah menyangka bahwa dia akan berhasil secepat ini. Jujur saat ini aku tidak bisa untuk bertemu langsung dengan Papah, aku masih belum siap, tapi aku harus menepati janjiku kepada Hana. Semua ini membuatku bingung,” jelas Rama.“Kamu harus menepati janjimu kepada Hana, dia tau kalau kamu tidak akan mengingkari janji itu, maka dia yang sangat mengimpikan pertemuan itu menjadi sangat berani dan bertekad untuk mengalahkan rasa takutnya kepada Fran. Dia sudah menepati janjinya dan kamu pun harus menepatinya
“Permisi, Pak! Ini ada titipan dari Mas Rama.” Agus menghampiri Reynald yang baru saja tiba di rumahnya itu.Reynald yang baru pulang langsung menerima secarik kertas tersebut dengan tatapan bingung. Ia merasa bahwa secarik kertas itu pun menjadi sangat spesial untuknya jika diberikan oleh Rama, putra kesayangannya.Reynald langsung menyimpan kertas tersebut, ia ingin membuka dan membaca surat tersebut nanti saat ia sendirian, ia ingin lebih tenang membaca surat tersebut.“Terima kasih,” ujar Reynald. “Bagaimana keadaan Hana? Apa dia baik-baik saja? Bagaimana reaksi Rama saat kamu datang dan membawakan semua itu untuk Hana?”“Sepertinya keadaan Mbak Hana sudah baik-baik saja, dia tadi baru pulang sekolah dan langsung bermain dengan putranya Mas Rama,” jawab Agus. “Mas Rama sedikit tidak senang dengan kedatangan saya tadi, dia mengatakan bahwa saya tidak perlu lagi ikut campur masalahnya karena saya tidak mengerti dan mengetahui apa pun tentangnya.”“Dia mengatakan sesuatu yang menyaki
“Hana, kamu benar-benar sudah membaik? Kalau kamu masih takut, tidak apa-apa Kak Rama di sini dulu, Kakak tidak masalah, kok,” ujar Mawar.“Aku sudah sembuh, Kak. Bahkan sekarang aku sudah tidak takut lagi dengan Kak Fran, Kak Rama pun mengetahui hal itu. Jadi, tidak masalah jika Kak Rama ikut dengan Kak Mawar sekarang. Kak Rama juga punya kewajiban untuk membalas budi Kak Mawar,” sahut Hana.Mawar tersenyum dan menoleh ke arah Rama. Rama langsung mengangguk mendapati tatapan itu.“Aku akan pulang bersamamu, besok pagi juga kita akan ke sini lagi untuk mengantarkan Hana ke pertemuan bahagianya,” ucap Rama.Mawar mengangguk, lalu mereka pun langsung pergi meninggalkan Hana dan Sarah di kosan tersebut.“Hana sudah terlihat lebih baik dari sebelum-sebelumnya, ya? Apa itu karena hadiah yang akan kamu berikan besok?” tanya Mawar.“Iya, memang mudah memberikan kebahagiaan kepadanya, tetapi aku saja yang belum bisa membiarkan dia bahagia dengan keinginannya itu,” sahut Rama.“Selama ini kamu
“Apa tidak masalah jika Dio ikut pertemuan ini?” tanya Mawar.Saat ini Mawar dan Rama sedang bersiap-siap untuk pergi menemani Hana bertemu dengan papahnya.“Tidak apa-apa, justru ini bisa menambah keyakinan Papah bahwa aku sudah menikah denganmu,” jawab Rama. “Tapi, jika kamu tidak mau membawa Dio, biar aku saja yang menjaganya nanti. Aku akan mengajaknya jalan-jalan, jadi kalian bisa fokus pada pertemuan kalian.”“Sepertinya akan lebih baik jika Dio bersama denganku, agar nanti aku ada alasan untuk membiarkan Hana dan papahmu mengobrol serius berdua,” ujar Mawar.Rama hanya mengangguk, setelahnya mereka pun segera keluar dari kamar tersebut dan pergi menuju kosan Rama untuk menjemput Hana di sana.Sesampainya di kosan tersebut, mereka langsung menghampiri Hana yang sedang bersiap-siap di kosannya.Di sana ada Sarah yang juga sejak pagi sudah menemani Hana untuk bersiap-siap dan memilih pakaian yang cocok.“Kak Mawar! Lihat! Mana yang cocok untukku?” Hana menunjukkan dua pakaian yang
Rama pergi menjauh dari Mawar dan Hana. Sudah cukup lama ia menunggu papahnya di sana, tetapi sampai saat ini papahnya belum sampai. Rama yang sudah merasa emosi dengan keterlambatan papahnya pun langsung mengambil tindakan untuk menelepon papahnya. “Kenapa dia tidak mengangkat teleponnya?” Rama terus menerus mencoba menghubungi papahnya. Namun, sudah berkali-kali ia menelepon, tetap saja papahnya tidak mengangkat panggilannya itu. Ia menoleh, memperhatikan ke arah Hana dan Mawar. Ia enggan untuk memberitahukan kepada Hana tentang papahnya yang tidak mengangkat teleponnya itu. Namun, ia harus tetap melakukan itu, ia tidak mungkin membiarkan Hana menunggu sesuatu yang tidak pasti lebih lama lagi. Ia mendekat ke arah Hana dan memegang bahu adiknya dengan lembut. “Kakak sudah telepon Papah? Di mana Papah?” tanya Hana. “Papah tidak mengangkat teleponnya,” jawab Rama. Mawar yang mendengar hal itu langsung memegang tangan Hana dengan lembut untuk ikut menenangkannya. “Mungkin papah
“Kamu sudah lebih tenang?” Mawar bersimpu bersama dengan Hana di depan makam ibunya Hana.Hana menyapu air matanya dan mengangguk. “Kakak tunggu saja di mobil, di sini panas.”“Kakak sedang marah dengan kakakmu, dia tidak asik. Jadi, lebih baik Kakak di sini saja bersama denganmu,” ujar Mawar.“Kakak mau mengadu ke ibuku? Selama ini jika aku kesal dan tidak suka dengan perlakuan Kak Rama, aku selalu curhat ke Ibu dan berharap Ibu memberikan sedikit pelajaran dan menasihati Kak Rama lewat mimpinya. Sejak dulu Kak Rama memang selalu taat dengan Ibu, jika Kak Rama nakal, Ibu yang selalu menghukumnya. Jadi, Jika Kakak ingin menghukum Kak Rama, ceritalah kepada Ibu,” jelas Hana.Mawar yang mendengar hal itu tersenyum, ia senang karena Hana sudah tidak terlihat begitu sedih dan bisa merespons komunikasinya kali ini.“Bu, ini pacarnya Kak Rama, walau belum resmi, tapi Kak Rama menyukai Kak Mawar. Hari ini Kak Rama bukan hanya membuatku sedih dengan kata-katanya, tetapi dia juga membuat Kak M