Home / Romansa / Suami Bersama / Egoiskah Aku?

Share

Egoiskah Aku?

last update Last Updated: 2021-07-12 22:19:58

"Mas Yusuf!!!"

Aku terduduk dengan napas tersengal. Buliran keringat membasahi wajah dan sekujur tubuhku. Rupanya aku bermimpi. Mimpi tentang Mas Yusuf yang pergi dari kehidupanku.

Kuatur ritme napasku yang masih tersengal sehingga membuat bahuku naik turun. Lelah sekali rasanya.

Aku mengalihkan pandang pada sosok yang tengah terlelap di sampingku. Yusuf Pramudya, laki-laki yang secara gentle melamarku dan meminta diriku untuk menjadi istrinya tiga bulan yang lalu.

Saat pertama bertemu dengannya, ia begitu gigih berjuang untuk mendapatkan hatiku walau beberapa kali aku sempat menolaknya. Dengan kegigihannya itu dan perhatian yang ia berikan padaku hingga membuat aku luluh. Akhirnya aku pun menerima cinta lelaki itu.

"Sekali lagi kutanya padamu, Nadhira," ucapnya padaku kala itu. Saat ia memutuskan untuk melamarku secara pribadi di sebuah cafe.

"Apa yang ingin kamu tanyakan, Mas?" tanyaku berlaga tak mengerti. Padahal aku tahu maksud hatinya. Kulihat ia mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya.

"Maukah kau menikah denganku?" Mas Yusuf mengacungkan sebuah cincin permata ke hadapanku sambil berlutut. Apa yang dilakukan Mas Yusuf sama seperti film-film romantis yang pernah aku tonton. Film yang berkisah tentang seorang lelaki yang melamar kekasihnya di tempat umum. Ah ... romantis sekali.

Seketika wajahku memerah semu karena menahan malu akibat aksi lelaki itu. Bagaimana tidak? Semua mata tertuju pada kami. Bahkan para pengunjung cafe bersorak agar aku menerima lamarannya.

"Terima!"

"Terima!"

"Ayo, terima, Mbak!"

Mataku berbinar. Ternyata lelaki itu membuktikan keseriusannya. Kemudian, Mas Yusuf menyematkan cincin di jemari manisku setelah aku menjawab lewat anggukan kepala. Tak lama, ia pun datang ke rumah untuk melamarku kepada ayahku.

Aku seorang piatu dan hanya memiliki seorang ayah yang usianya sudah lebih dari setengah abad. Ayahku seorang pensiunan pegawai negeri. Sejak aku menikah, ia tinggal sendiri di rumah tuanya. Aku menitipkan ia pada bibiku yang kebetulan rumahnya dekat dengan rumah ayahku, sehingga aku tidak begitu khawatir. Sebulan sekali aku ke sana untuk melihat keadaannya.

Aku memang berharap banyak kepada Mas Yusuf. Lelaki mapan itu telah memenuhi segala kebutuhanku dan ayahku. Ia tidak pernah sayang dengan uangnya. Bahkan aku difasilitasi kartu kredit untuk kebutuhan pribadiku.

Di balik kebaikannya itu, siapa sangka justru sosok itu pula yang membuat hatiku hancur berkeping karena permintaannya untuk menikah lagi kemarin sore.

Kutatap lekat wajah tampan di sisiku. Ia tampak lelah karena aktivitas suami istri yang kami lakukan ba'da isya. Aku miringkan tubuhku dengan bertopang kepala pada tangan kiri, guna melihat wajah itu lebih dekat. Tangan kananku mengusap-usap dadanya yang bidang dan menggambar semu di atasnya. Menggambarkan sebuah hati, dan hati itu adalah milikku. Aku tersenyum saat teringat kata-katanya dan apa yang sudah kami lakukan sebelum tidur.

"Aku tidak akan pernah melepaskamu, Nadhira, apapun yang terjadi kamu adalah istriku, karena hanya kamu yang aku cintai," ucap Mas Yusuf lembut sambil memelukku.

"Aku hanya akan menunaikan amanat ayahku dan secepatnya aku akan menceraikan Naura," tambahnya lagi mengakhiri pembicaraan.

Mas Yusuf membingkai wajahku dan menyatukan dahinya ke dahiku. Kami saling menatap, mencoba menyelami hasrat masing-masing. Jujur, aku menginginkannya malam ini. Belaian, kecupan, dan cumbuan yang setiap malam ia hujamkan padaku, dan selalu membuat aku rindu.

Mas Yusuf duduk di sampingku. Tangannya membelai lembut rambut panjangku dan menyelipkannya ke belakang telinga.

Mas Yusuf menarik daguku kemudian m*****m bibirku. Aku pasrah dan memasrahkan diri padanya.

Sebagai manusia normal, walau sore tadi kami bertengkar, tetap saja kebutuhan biologis kami mengalahkan amarah yang ada dalam diri kami. Terlebih lelaki yang tengah terlelap itu, telah meminta maaf padaku dan meyakinkan diriku bahwa semua akan baik-baik saja.

"Semua akan baik-baik saja. Tidak akan ada yang berubah, walau aku sudah menikah dengan Naura," ucapnya tegas.

Aku memang selalu luluh dengan kata-katanya yang menyiratkan ketulusan. Kutahu dia begitu mencintaimu dan aku pun sama. Ia tidak akan melepasku walau apapun yang terjadi. Janji suamiku, pernikahan dengan Naura itu hanya sebuah amanat yang harus ia tunaikan, tanpa harus melibatkan perasaan dalam hubungan mereka.

Tapi, apa aku harus percaya? Batinku.

Aku menegakkan tubuh dan duduk sejenak. Kuhela napas dalam dan menghirup sebanyak-banyaknya udara ke paru-paruku, agar dada ini tidak sesak, kemudian kuhembuskan kembali secara perlahan.

Kulirik jam yang menempel di dinding kamar kami. Waktu menunjukkan pukul tiga lebih empat puluh lima menit. Hampir subuh. Namun, masih ada waktu untukku melaksanakan sholat malam.

Aku turun dari ranjang kemudian melangkah gontai ke kamar mandi. Kubiarkan Mas Yusuf tertidur. Setelah aku selesai membersihkan diri, baru aku bangunkan dia.

Sepuluh menit waktu yang kubutuhkan di dalam sana. Aku sudah rapi dalam balutan mukena putih berenda, mas kawin pernikahanku. Aku segera mengerjakan solat tahajud di sisa waktu yang ada dan memasrahkan segalanya pada Sang Pengatur kehidupan.

Usai melaksanakan sholat malam dua roka'at dan ditutup dengan roka'at ganjil witir, kutatap kembali wajah yang masih terlelap itu. Semakin lekat kulihat, semakin aku tak ingin kehilangannya.

"Ya Allah, apa aku terlalu egois, menginginkan Mas Yusuf hanya untukku saja tanpa ada orang lain yang memilikinya? Andaipun aku mengijinkannya untuk menikah lagi, apa aku sanggup berbagi suami dengan wanita lain? Ya Allah, aku berserah pada-Mu. Moga keputusanku ini terbaik," doaku lirih.

***

Pagi hari Mas Yusuf sudah rapi dengan pakaian yang aku siapkan. Kemeja berwarna putih dengan celana bahan berwarna navy juga dasi biru muda yang terpasang di lehernya.

Aku tersenyum melihatnya berjalan mengikis jarak ke arahku.

"Tampannya suamiku," gumamku tanpa sadar seolah tersihir oleh penampilannya.

Mas Yusuf menghampiriku yang tengah menyiapkan sarapan untuknya.

"Selamat pagi, istriku!" sapa Mas Yusuf sambil memelukku dari belakang.

Wajahnya tampak sumringah seolah lupa dengan pertengkaran kami kemarin. Ya, dia memang sudah meyakinkanku semalam bahwa ia akan tetap bersamaku.

Mas Yusuf mencium tengkukku yang polos karena rambutku diikat cepol ke atas, kemudian menghirup wangi shampo yang menguar dari rambutku.

"Hmm, wangi sekali kamu, sayang," ujarnya sambil mencium ceruk leherku.

"Mas..." desisku, berusaha lepas darinya karena merasa geli.

"Aku masih kangen kamu, sayang!" ucap suamiku pelan dan mengeratkan pelukannya.

"Nanti kamu terlambat, Mas."

"Biarin."

Mas Yusuf menempelkan dagunya di bahuku sambil terpejam.

Aku membiarkan tubuh yang sedang berdiri menghadap meja makan dipeluknya dari belakang. Lama. Hingga bel rumah kami berbunyi.

Ting tong.

"Siapa pagi-pagi begini datang bertamu? Mengganggu saja!" umpatnya kesal.

Mas Yusuf melerai pelukannya dan hendak membuka pintu, tapi aku menahannya.

"Aku saja yang buka pintunya, Mas. Kamu makan sarapanmu dulu, biar gak kesiangan!" suruhku padanya.

"Baiklah." Mas Yusuf menurut. Ia lalu duduk dan mengambil sarapannya sendiri. Hanya nasi goreng dan telur ceplok yang aku buat untuk sarapannya pagi ini.

Aku mengambil kerudung bergo yang tersampir di sandaran kursi lalu memakainya dengan cepat sambil melangkah ke arah pintu untuk membukanya.

Saat pintu terbuka, aku terperanjat melihat siapa yang datang bertamu ke rumah kami pagi ini.

.

.

.

Bersambung ....

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
si nadhira ini g ijut antri waktu pembagian otak. yakin si naura bakal dan mau dicerai. susah perempuan yg menggantungkan hidup pd laki2 mapan dan cuma bisa ngangkang
goodnovel comment avatar
Melisa Setiawan
yaaampun kesian ya hrus di bohongin
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Hhhh dibohongin dianya percaya mn mungkin langsung cerai tipu muslihat bgt tuh co. Liat aj tuh ce pagi2 udah nongol aj ndak ada sopan2nya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suami Bersama   Calon Maduku

    "Hai, Nadhira!" sapa perempuan yang berdiri di depanku."Naura?" ucapku lirih dengan mata membeliak.Pagi-pagi begini Naura datang ke rumahku, untuk apa? Dan ini adalah pertemuan pertamaku dengannya setelah sekian lama."Lama gak ketemu, sejak kita lulus kuliah dulu. Kamu apa kabar?" tanya Naura dengan senyum terkembang."Ba-baik," jawabku terbata.Aku mendadak gugup. Tidak seharusnya aku bertingkah seperti ini di depan Naura. Dia adalah teman kuliahku dulu dan aku berteman baik dengannya ketika itu. Kami sangat akrab. Kami belajar bersama, makan di kantin kampus bersama, bahkan kami sering hangout bareng bila jam kuliah kosong. Seharusnya kami saling berpelukan dan melepas rindu, karena kami baru bertemu lagi setelah hampir lima tahun.Naura makin cantik dengan tatanan rambut panjang ikal kecoklatan yang dibiarkan tergerai. Rambut pendek yang saat kuliah dulu menjadi potongan rambut favoritnya, sekarang telah berganti. Man

    Last Updated : 2021-07-16
  • Suami Bersama   Pernikahan Kedua Suamiku

    Hari itu pun tiba. Hari di mana suamiku akan mengucap ijab kabul untuk kedua kali dengan atasannya sekaligus teman lamaku. Naura Amanda. Mas Yusuf sudah rapi dengan setelan kemeja putih yang dipadukan dengan jas hitam. Sama seperti tiga bulan yang lalu saat ia mengucapkan janji sucinya kepadaku. Sosok itu selalu terlihat tampan dan gagah. "Kamu gak usah hadir ke pernikahanku, ya! Setelah acara ijab kabul, aku akan langsung pulang," ucap suamiku tiba-tiba. Peci hitam yang sedari tadi dimainkannya, ia pakai di kepala. "Gak, Mas, aku mau ikut ke pernikahanmu. Aku juga ingin menyaksikan kamu menikah," rengekku sambil mencoba bersikap baik-baik saja. Ah, tidak. Sebenarnya hatiku sangat pedih. "Aku khawatir, kamu tidak akan kuat melihatku menikahi Naura. Jadi, kau di rumah saja, tunggu aku pulang! Oke?!" pinta suamiku lagi sembari menangkup kedua pipiku. Satu kecupan kilat mendarat di bibirku. Aku merasakan sentuhan lembut dari tangan lelaki i

    Last Updated : 2021-07-16
  • Suami Bersama   Keributan di Hari Pernikahan

    Dadaku terasa sesak menyaksikan suamiku mengucapkan ijab kabulnya. Aku berlari keluar dari keramaian dengan deraian air mata. Aku tidak peduli orang-orang di sana menatapku. Hingga di sebuah ruang sepi, di mana tidak ada orang, aku berjongkok dan menangis tersedu. Wanita mana yang sanggup menyaksikan suaminya menikah lagi dan berbagi suami dengan wanita lain. Sekuat apapun aku menahan rasa sesak di dadaku, nyatanya aku lemah dan tidak mampu melihat semua itu. "Ambil ini, hapus air matamu!" ucap seorang laki-laki. Aku mendongak dan melihat siapa laki-laki yang berdiri di depanku. Adrian Mahesa. Lelaki yang selalu ada saat aku sedang sedih. Dia adalah temanku dan juga teman suamiku. Aku mengernyitkan dahi. Mengapa dia ada di sini? Bukankah tadi dia mengantar ayahku pulang? tanyaku dalam hati. "Ayo berdiri dan hapus air matamu!" suruhnya sambil mengulurkan tangan untuk membantuku berdiri. Rian, begitu

    Last Updated : 2021-08-10
  • Suami Bersama   Cerai?

    "Saat ini juga kamu harus ceraikan Nadhira!" tegas ayahku sambil telunjuknya mengarah pada Mas Yusuf.Aku terperanjat mendengarnya. Begitu juga Mas Yusuf. Ia berdiri kemudian berhadapan dengan ayahku dan menentangnya. Dua lelaki itu saling menatap tajam."Aku tidak mau menceraikan Nadhira, dan tidak akan pernah. Nadhira istriku dan selamanya akan menjadi istriku!" ucap suamiku lantang seolah mengajak ayahku berperang."Terserah!!! Tapi setelah ini Bapak yang akan mengurus perceraian kalian," ucap ayahku tidak mau kalah lalu beralih padaku."Ayo, Nadhira, kita pulang!" ajak ayah."Tapi, ayah..." ucapku."Ayo, pulang!" suruhnya lagi dengan wajah memerah dan menarik tanganku agar ikut dengannya.Baru beberapa langkah kami maju, Mas Yusuf berteriak. "Tidak, Pak, aku tidak akan menceraikan Nadihira! Aku mencintai dia, dan kami sudah berjanji akan hidup bersama selamanya. Tidak ada yang bisa memisahkan kami. Aku tidak akan pernah menc

    Last Updated : 2021-08-12
  • Suami Bersama   Bulan Madu

    Tiga hari setelah pernikahan mereka, Mas Yusuf belum juga menghubungiku. Setiap hari bahkan setiap detik aku menunggu telepon darinya. Namun, tak kunjung ponselku berdering dan menampilkan namanya di layar. Aku selalu berprasangka baik padanya, mungkin ia masih harus menjalani serangkaian acara pernikahan yang digelar di berbagai tempat, mengingat Naura adalah orang penting di perusahaannya. Atau, memang Mas Yusuf sedang sibuk dengan tumpukan pekerjaan di kantornya setelah beberapa hari cuti menikah.Sudah tiga hari pula, aku berangkat dan pulang dari tempatku mengajar seorang diri dengan mengendarai skutermatic-ku. Beruntung aku bisa mengendarai kendaraan roda dua itu, sehingga aku tidak perlu merepotkan orang lain untuk mengantar jemputku ke sekolah.Adrian selalu menawariku tumpangan agar ikut bersamanya. Saat kebetulan ia lewat sekolahku atau pagi-pagi sekali ia sengaja datang ke rumah untuk menjemputku. Namun, aku menolak ajakannya karena merasa tidak enak terhada

    Last Updated : 2021-08-15
  • Suami Bersama   Belajar Tanpa Hadirmu

    Hari berganti hari. Waktu seakan berjalan lambat. Satu Minggu itu rasanya seperti satu abad bagiku, saat aku menunggu kepulangan Mas Yusuf ke rumah kami. Setiap malam, aku tidak bisa tidur nyenyak karena tidak ada dia di sisiku. Biasanya setiap malam, ia yang membelai rambutku sambil kami bercerita tentang keseharian kami di tempat kerja masing-masing. Cerita itu seperti pengantar tidur kami hingga kami terlelap ke alam mimpi."Ah... apa kabarmu, Mas? Aku kangen kamu," desahku.Kuambil ponsel di atas nakas. Aku mengecek apakah ada pesan dari Mas Yusuf untukku. Nihil. Tidak ada pesan dari nomor Mas Yusuf, hanya beberapa pesan dari temanku dan grup di aplikasi W****Appku."Hah!" desahku lagi penuh kecewa. Mas Yusuf belum juga menghubungiku.Aku merebahkan tubuh sambil menatap layar ponsel yang kubiarkan menyala. Aku masih menunggu telepon dari suamiku. Siapa tahu ia meneleponku malam ini. Namun, hingga hampir tengah malam, ponsel yang tergolek di samp

    Last Updated : 2021-08-17
  • Suami Bersama   Kejutan Suamiku

    "Untuk pelajaran hari ini kita cukupkan sampai di sini. Kita lanjutkan pada pertemuan berikutnya dengan presentasi setiap kelompok. Silakan kalian persiapan kelompoknya masing-masing dan materi yang akan diskusikan Minggu depan! Kalian paham?" kataku kepada murid-murid. Aku baru saja selesai mengajar dan waktu belajar untuk hari ini sudah habis. "Paham, Bu," sahut mereka berbarengan. Setelah berdoa, mereka berbondong-bondong bergegas keluar kelas untuk pulang. Aku masih sibuk merapikan buku-buku pelajaran di mejaku. Pelajaran Ekonomi adalah mata pelajaran yang aku ampu dan kuajarkan pada murid-murid kelas X, sesuai dengan latar belakang pendidikanku yang bergelar Sarjana Ekonomi. Gelar yang dengan susah payah aku dapatkan. karena sempat terkendala pada biaya di semester akhir. Hampir saja aku tidak bisa mengikuti ujian akhir kalau saja Adrian tidak melunasi tagihan semesterku. Aku banyak berhutang budi padanya. Rasanya, aku tidak bisa membalas kebaikan Adrian, sahaba

    Last Updated : 2021-08-20
  • Suami Bersama   Baru Sehari

    Aku tengah memasak sarapan untuk suamiku di dapur. Tak henti bibir ini menyunggingkan senyuman, mengingat apa yang aku dan Mas Yusuf lakukan semalam. Kami saling melepas kerinduan, sampai-sampai, dini hari kami baru tertidur. Hatiku sedang berbunga pagi ini. Wajahku pun sudah tidak muram lagi. Aku lebih ceria dibanding pagi kemarin. Sambil tanganku membolak-balik masakan di wajan, aku mendendangkan sebuah lagu cinta yang mengalun merdu dari aplikasi musik yang aku nyalakan di ponselku. Lagu yang aku nyanyikan adalah lagu yang sangat kusuka, karena selalu mengingatkanku pada laki-laki yang berstatus suamiku. Saat lagu itu berhenti, aku merasakan tangan kekar seseorang melingkar di pinggangku dan memelukku dari belakang. Sontak aku menoleh dan melihat wajah suamiku yang sudah tampak segar. Wangi parfum dari tubuhnya mengguar di hidungku. "Selamat pagi, sayang!" sapanya sambil mencium pipiku. "Pagi, Mas," balasku kemudian tersenyum la

    Last Updated : 2021-08-21

Latest chapter

  • Suami Bersama   Salam Author

    Alhamdulillah... akhirnya rampung juga novel Suami Bersama. Terima kasih atas dukungan kakak-kakak yang sudah menyempatkan waktu dan membeli koin untuk membaca ceritaku sampai akhir. Semoga Allah menggantinya dengan rezeki yang lebih banyak lagi. Aamiin... Dukungan, vote, dan komen positif yang kalian berikan seperti penyemangat buatku. Sehingga aku semakin bersemangat untuk melanjutkan cerita. Mohon maaf bila dalam penulisan cerita ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Aku juga selalu menggantung cerita dan lama tidak menulis, karena pekerjaan di dunia nyata yang sangat banyak. Moga kalian suka dengan cerita yang aku suguhkan. Ambil yang baiknya dan buang yang jelek. Biar authornya gak dosa. Karena apa yang kita perbuat, akan dimintain pertanggungjawaban kelak. Semoga ada pelajaran berharga yang bisa diambil dari kisah ini. Sekali lagi terima kasih readers tercinta. Sampai jumpa di novelku berikutnya. Salam dan peluk jauh d

  • Suami Bersama   S2 Berdua Saja (Ending)

    Adrian sudah menyiapkan tiket pesawat untuk pergi berbulan madu bersama Nadhira. Turki adalah tujuan wisata yang dipilihnya karena Nadhira pernah berkata padanya bahwa ia ingin sekali pergi ke sana. Tidak hanya keindahan alamnya yang menjadi daya tarik para wisatawan untuk pergi ke sana, di negara itu juga banyak tempat bersejarah yang wajib untuk dikunjungi. Nadhira sangat suka mengunjungi tempat-tempat bersejarah. Dan sekarang waktunya Adrian mewujudkan impian sang istri tercinta untuk pergi ke sana.Pagi ini mereka sudah bersiap pergi ke bandara. Nadhira tampak bersedih saat akan pamit pada ayah dan ibu mertuanya."Bu, titip Andra ya," ucap Nadhira sambil memeluk ibu mertuanya."Kamu tenang saja, Nak. Ibu dan Bapak akan menjaga anakmu dengan baik," balas Bu Widya, ibu mertuanya.Tak lama, Nadhira melerai pelukan lalu mengusap air matanya. Nadhira menangis karena inilah kali pertama ia akan meninggalkan Andra jauh. Namun, ia tidak khawatir l

  • Suami Bersama   S2 Pindahan

    Beberapa hari berlalu ....Setelah resmi menjadi istri Adrian dan berganti status sebagai nyonya Mahesa, Nadhira ikut bersama suaminya pindah ke Jakarta. Pagi-pagi sekali, ia menyiapkan barang-barangnya dan kebutuhan Andra ke koper. Setelah itu, ia pun pamit pada ayahnya."Ayah, aku pamit ya. Jaga diri Ayah baik-baik. Jaga kesehatan Ayah," ucap Nadhira dengan derai air mata. Dipeluknya sang ayah dengan erat. Rasanya berat sekali meninggalkan lelaki itu. Apalagi di usia Abah Abdur yang semakin senja. "Aku janji akan sering-sering ke sini menjenguk ayah," ucapnya lagi sambil terisak."Iya, Nak. Kamu tidak usah mengkhawatirkan ayah. Sekarang Ayah tenang, kamu udah ada yang jagain. Berbahagialah bersama suamimu di rumahmu yang baru. Ingat, jadilah istri yang baik untuk suamimu," sahut Abah Abdur. Lelaki itu tak kuasa menahan tangisnya.Anak perempuan satu-satunya yang ia miliki, harus ia relakan untuk laki-laki lain. Ia tidak bisa mencegah kepergian san

  • Suami Bersama   S2 Gagal

    Acara resepsi yang diadakan sejak siang hari hingga menjelang Maghrib telah selesai digelar. Keluarga Adrian pun sudah pulang dari rumah Nadhira. Hanya Adrian yang masih berada di rumah itu karena sekarang ia sudah resmi menjadi suami Nadhira. Pernikahan di kampung tidak seperti pernikahan di kota. Suasana hajatan di sini masih terlihat ramai, walau deretan acara telah selesai dilaksanakan dan hari mulai malam. Tamu masih saja berdatangan. Mereka baru menyempatkan diri datang untuk memenuhi undangan setelah pulang dari bekerja. Kerabat Nadhira yang datang dari jauh memilih menginap dan mereka akan pulang esok hari. Adrian maklum, karena memang saudara dari istrinya itu jarang sekali menyambangi rumah kediaman mertuanya. Mereka baru berkumpul di saat ada acara-acara khusus saja, seperti hari ini. *** Adrian tengah bersama saudara-saudara istrinya. Lelaki itu dikerumuni oleh adik-adik sepupu dan keponakan dari sang istri. Ia diajak bermain adu panco kar

  • Suami Bersama   S2 Sah

    "Saya terima nikah dan kawinnya Nadhira Putri binti Abdurrahman dengan Mas kawin ... " "Adrian...!" Kalimat Adrian terputus saat suara ibu memanggilnya. Suara sang ibu terdengar menggelegar hingga ke kamar mandi Adrian. Saat ini Adrian sedang berada di dalam kamar mandi. Ia berdiri di depan wastafel dengan menghadap cermin tengah menghapal bacaan ijab kabul yang akan ia ucapkan saat pernikahannya nanti. Lelaki itu belum bersiap juga. Ia masih bertelanjang dada dan hanya mengenakan handuk yang melingkar di pinggangnya. "Aaah ... ibu mengganggu saja. Aku harus menghapal kalimat itu, supaya lancar nanti saat ijab kabul," keluhnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Adrian, cepat sedikit! Kamu lagi ngapain sih, di dalam, lama banget? Ini udah jam berapa? Nanti kita terlambat sampai di sana!" seru Bu Widya lagi dari depan pintu kamar Adrian. "Iya, Bu, sebentar lagi aku keluar!" sahut Adrian dengan sedikit berteriak agar sang i

  • Suami Bersama   S2 Ujian Berbuah Bahagia

    Adrian dan Nadhira sedang melakukan fitting baju pengantin di salah satu butik ternama di Jakarta. Sebuah gaun pengantin model kebaya berwarna putih dengan taburan payet, yang panjangnya menjuntai dan menutupi seluruh tubuhnya hingga kaki dan dipadukan dengan kain kebaya dengan motif yang mewah dan elegan, sangat pas di tubuh Nadhira yang sedikit berisi. Nadhira tampak cantik dalam balutan kebaya pengantin yang diserasikan dengan kerudung berwarna senada.Semua persiapan pernikahan lainnya sudah diurus oleh keluarga Adrian. Mulai dari dekorasi, catering, sampai undangan pernikahan. Pernikahan mereka akan digelar secara meriah dan dilaksanakan di rumah mempelai wanita.Sebenarnya, Nadhira ingin pernikahan yang sederhana saja yang hanya dihadiri oleh keluarga dan kerabat dekat. Namun, Adrian menolak. Dan itu sempat membuat keduanya bertengkar.Mana mungkin Adrian memberikan yang sederhana saja untuk seorang wanita yang begitu spesial di hatinya. Bahkan sebuah cinc

  • Suami Bersama   S2 Lamaran

    Tiba di hari lamaran. Adrian bersama keluarganya sedang dalam perjalanan menuju rumah Nadhira untuk melakukan lamaran malam itu. Sejumlah barang seserahan seperti pakaian, alas kaki berupa sepatu dan sandal, tas branded, sampai perlengkapan make up sudah memenuhi kabin belakang mobil yang dikendarai Hadi. Padahal Nadhira tidak meminta semua itu. Namun, ini sudah menjadi kebiasaan bagi sebagian masyarakat dalam acara lamaran. Selain itu, orang tua Adrian juga sudah menyiapkan barang berharga berupa seperangkat perhiasan emas untuk calon menantunya sebagai hadiah. Belum lagi sejumlah uang yang dipersiapkan Adrian untuk calon istrinya. Adrian yang duduk di kursi penumpang samping Hadi tampak gugup sambil memainkan ponselnya. Baru saja ia mengirim pesan pada Nadhira. Lelaki itu kemudian melihat ke arah kaca spion di depannya untuk mengecek penampilannya. "Gimana, Di, penampilan Masmu? Udah keren, kan?" tanyanya pada Hadi sambil merapikan tatanan rambutnya.

  • Suami Bersama   S2 Wanita Cerewet

    Hari itu juga Adrian pulang dari klinik. Nadhira tidak ikut mengantar Adrian ke rumahnya karena hari sudah hampir malam. Selain itu juga, ia harus segera pulang untuk memberi tahu Andra bahwa ayahnya baik-baik saja. Agar anak itu tidak khawatir. Sekarang mereka sedang berada di depan klinik. "Nadhira, kamu ikut kami saja pulangnya. Ini sudah malam," ajak Bu Widya saat mereka akan pulang. "Gak usah, Bu, terima kasih. Aku bawa motor," tolak Nadhira halus. Sebenarnya, ia merasa canggung dengan Bu Widya bila harus pulang bersama. Lagipula jarak klinik ke rumahnya tidak begitu jauh. "Beneran gak apa-apa?" tanya Bu Widya memastikan. "Gak apa-apa, Bu," jawab Nadhira sambil mengulas senyum. "Ya udah, ibu duluan ya," ucap Bu Widya kemudian masuk ke mobil. "Iya, Bu, hati-hati," sahut Nadhira. Ia masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya. Sikap wanita paruh baya itu berubah drastis terhadapnya. Lebih ramah dibanding saat

  • Suami Bersama   S2 Menikahlah Denganku

    Nadhira tersentak saat seseorang menghubunginya dan memberi tahu bahwa Adrian kecelakaan. Baru saja siang tadi, lelaki itu mengantarkan ia dan anaknya pulang dari rumah sakit lalu pergi lagi dengan tergesa-gesa. Dan tiba-tiba, ia mendapat kabar buruk bahwa lelaki itu kecelakaan. Dengan perasaan cemas, ia bergegas pergi ke klinik untuk mengecek keadaan Adrian. Karena orang yang meneleponnya memberi tahu bahwa Adrian ada di klinik dekat pertigaan kampung, tidak jauh tempat tinggalnya. Sebelumnya, ia pamit pada ayah juga anaknya. Mereka tidak kalah terkejut saat mendengar kabar buruk itu. Terutama Andra, anak kecil itu menangis saat mendengar ayahnya kecelakaan. Nadhira menenangkan Andra sebentar, sebelum akhirnya pergi ke klinik. Ia meminta agar Andra berdoa untuk ayah angkatnya. "Bunda mau lihat Ayah di klinik, kamu doakan Ayah Rian agar dia baik-baik saja ya, Nak," ucap Nadhira. "Iya, Bunda," sahut Andra terisak. Nadhira pe

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status