Beranda / Romansa / Suami Bersama / Belajar Tanpa Hadirmu

Share

Belajar Tanpa Hadirmu

Penulis: Rohani Nuraeni
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-17 08:00:19

Hari berganti hari. Waktu seakan berjalan lambat. Satu Minggu itu rasanya seperti satu abad bagiku, saat aku menunggu kepulangan Mas Yusuf ke rumah kami. Setiap malam, aku tidak bisa tidur nyenyak karena tidak ada dia di sisiku. Biasanya setiap malam, ia yang membelai rambutku sambil kami bercerita tentang keseharian kami di tempat kerja masing-masing. Cerita itu seperti pengantar tidur kami hingga kami terlelap ke alam mimpi.

"Ah... apa kabarmu, Mas? Aku kangen kamu," desahku.

Kuambil ponsel di atas nakas. Aku mengecek apakah ada pesan dari Mas Yusuf untukku. Nihil. Tidak ada pesan dari nomor Mas Yusuf, hanya beberapa pesan dari temanku dan grup di aplikasi W****Appku.

"Hah!" desahku lagi penuh kecewa. Mas Yusuf belum juga menghubungiku. 

Aku merebahkan tubuh sambil menatap layar ponsel yang kubiarkan menyala. Aku masih menunggu telepon dari suamiku. Siapa tahu ia meneleponku malam ini. Namun, hingga hampir tengah malam, ponsel yang tergolek di sampingku itu tidak juga memanggil.

Aku mendudukkan kembali tubuh ini dengan bersandar di kepala ranjang. Kuambil ponsel dan mencoba menghubungi suamiku lebih dahulu. Aku rindu padanya. Ingin mendengar suaranya.

Terdengar nada sambung, lama sekali tidak ada sahutan. Saat kulihat layar ponsel dan menghubunginya, tertulis di layar 'memanggil' bukan 'berdering'. Kuulangi lagi, tapi tetap sama.

"Hanya memanggil? Apa handphone Mas Yusuf tidak aktif?" tanyaku sendiri. Kucoba untuk mengiriminya pesan. Kubiarkan jemari ini menari di atas layar, mengetikkan pesan untuk suamiku.

[Assalamu'alaikum, Mas, apa kabar? Kamu, kok, gak pernah telpon aku? Aku kangen kamu] ~ Istrimu~ 

Setelah selesai, langsung kukirim. Namun, aku harus kembali kecewa saat kulihat pesan yang kukirim centang satu.

"Centang satu?" gumamku dengan dahi mengerut.

"Mungkin Mas Yusuf udah tidur? Baiklah... besok saja kutunggu balasannya," kataku mencoba menghibur diri.

Aku pun mulai memejamkan mata, agar hari cepat berganti. Aku berharap akan ada kabar baik dari Mas Yusuf esok.

***

Pagi ini, aku sarapan sendiri. Pikiran tentang Mas Yusuf masih menari di benakku. Lima menit yang lalu aku mengirim pesan lagi padanya. Namun, kulihat status pengiriman masih sama.

Aku menyuapkan satu potong roti ke mulutku dengan malas dan aku mengunyahnya perlahan. Sengaja kuminta Bi Ira untuk menyiapkan sarapan ringan seperti itu untuk mengganjal perutku saja. Saat ini, wanita berpostur tinggi dan kurus itu sedang menyiram tanaman di luar. 

Tiba-tiba ponselku berdering di dalam tasku. Hatiku mendadak berbunga dan senyum mengembang di bibirku. Kutaruh sisa rotiku di piring lalu buru-buru mengambil ponsel di dalam tas. Aku berharap itu adalah panggilan dari suamiku.

"Ini pasti Mas Yusuf! Alhamdulillah... akhirnya dia menghu...." Kalimatku terpotong saat melihat nama yang terpampang di layar ponselku bukan nama suamiku.

"Hah, Pak Wira? Ada apa dia meneleponku pagi-pagi begini?" Aku mengernyitkan dahi.

Pak Wira adalah atasanku. Dia menjabat sebagai kepala sekolah di tempat aku mengajar.

"Assalamu'alaikum, Pak Wira," sapaku.

"Wa'alaikumsalam, Bu Nadhira. Maaf mengganggu waktunya," ucapnya di seberang telepon.

"Ah, gak apa-apa, Pak. Saya baru mau berangkat. Ada apa, ya, Pak?" tanyaku penasaran karena tidak biasanya lelaki paruh baya itu menghubungiku. Apalagi sepagi ini.

"Sebelumnya saya minta maaf, karena mendadak memberi tahu ini pada Bu Nadhira."

"Soal apa, ya, Pak?" Aku semakin penasaran. Lelaki yang masa baktinya tinggal satu tahun itu selalu berbelit-belit jika memberi kabar.

"Ada undangan rapat yang harus Ibu hadiri di kantor dinas pagi ini."

"Hah, mendadak sekali, Pak? Pukul berapa rapatnya dimulai?"

"Pukul 8. Bagaimana bisa, kan? Ini untuk kebutuhan sertifikasi Bu Nadhira juga."

Aku terdiam sesaat. Ya, saat ini aku tengah menyiapkan berkas untuk kebutuhan sertifikasi guru.

Sertifikasi guru adalah sebuah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang sudah memenuhi standar profesional atau kelayakan seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sertifikat ini tidak langsung diberikan, melainkan harus melalui beberapa uji kompetensi dan tahapan sebelumnya.

Sertifikasi guru menjadi salah satu usaha pemerintah untuk meningkatkan mutu tenaga pendidik ( guru ) di dalam mekanisme teknis dan diatur oleh pemerintah melalui Dinas Pendidikan.

"Baiklah, Pak, insyaAllah saya usahakan hadir tepat waktu," jawabku akhirnya.

"Baiklah, Bu Nadhira. Selamat bertugas."

"Baik, terima kasih, Pak."

Panggilan pun terputus. Aku melirik jam tanganku. Waktu menunjukkan pukul 7.15. Aku berpikir sejenak. Jika aku berangkat jam 7.30, tepat jam 8 aku akan sampai di sana. Mengingat kantor dinas yang akan kunjungi lumayan jauh lokasinya dan harus masuk gang pula.

"Sebaiknya aku berangkat sekarang," kataku bermonolog.

Aku mengambil tas di atas meja dan kumasukkan ponsel ke dalamnya lalu bergegas berangkat dengan motor matic-ku.

Diperjalanan, motorku tiba-tiba mati. Aku membawanya ke pinggir jalan agar tidak mengganggu pengendara yang lain. 

"Yach... mogok. Mana gak ada bengkel di dekat sini," keluhku sambil pandangan beredar ke sekitar jalan.

Aku mencoba menyalakan lagi dengan menstarter motorku, tapi tidak bisa. Aku turun dari motor, lalu menginjak sela motor untuk menghidupkannya kembali. Namun, sia-sia saja. Peluh mulai membasahi keningku. Sepagi ini aku sudah dibuat berkeringat.

Kuseka peluh di dahiku, karena lelah menyela motor. Aku melirik ke jam tanganku, waktu sudah hampir jam 8.

"Ya, ampun, sepertinya aku akan terlambat sampai di sana," kataku lagi.

Sebuah mobil Avan*a silver menghampiriku. Seseorang membuka kaca mobil dan kulihat siapa yang ada di dalamnya.

"Adrian!" panggilku. 

Adrian turun dari mobilnya dan bergegas menghampiriku. "Kenapa motormu, Dira?" tanyanya.

"Mogok, Ri. Mana aku buru-buru lagi," jawabku.

"Ya, udah, kamu ikut mobilku aja. Biar aku antar. Kamu mau kemana?"

"Ke kantor dinas. Apa tidak merepotkanmu? Kantor itu, kan, lumayan jauh."

"Ah... gak apa-apa. Gak merepotkan, kok. Tolong untuk saat ini, kamu tidak menolaknya!" pinta Adrian.

"Tapi, motorku?"

"Aku titipkan motormu dulu, di sana ada tempat penitipan motor," tunjuk Adrian ke tempat penitipan motor yang tidak jauh dari tempat kami berada. 

"Biar nanti kuminta orang bengkel untuk mengambilnya dan memperbaiki motormu," ucapnya lagi.

Adrian mendorong motorku ke tempat itu. Tak lama ia pun kembali dengan berlari. Setelah sampai, ia membukakan pintu mobilnya untukku.

"Ayo, masuk!" suruh Adrian.

"Makasih," ucapku dengan seulas senyum lalu masuk ke mobilnya.

Setelah aku duduk sempurna, ia menutup pintu mobil kembali, lalu berlari ke kursi pengemudi. Andrian memasang seatbelt kemudian melajukan mobilnya untuk mengantarku.

***

Hari-hari kulalui tanpa kehadiran Mas Yusuf di sisiku. Ia seolah ditelan bumi karena tidak ada kabar sedikitpun darinya setelah ia menikah lagi. Tidak ada pesan maupun telepon darinya yang dapat melerai rasa rinduku yang semakin hari semakin besar kepadanya.

Pesan-pesan yang kukirim pun belum berwarna biru dan masih centang satu. 

"Kenapa ponselnya tidak aktif? Apa terjadi sesuatu pada suamiku?" Pikiran jelek mulai menjalari kepalaku. Istri mana yang tidak khawatir bila hampir satu Minggu ini tidak ada kabar darinya. Saat sebelum menikah lagi, sehari saja ia tidak mengirimi pesan untukku, aku langsung menelponnya karena rasa khawatirku. Namun sekarang, ponsel Mas Yusuf saja tidak aktif. Bagaimana aku bisa tahu keadaannya? Apa yang terjadi padanya? Kemana aku harus mencari tahu soal keberadaannya? Tidak mungkin aku menghubungi keluarganya, sedangkan keluarga Mas Yusuf berada di kampung.

Semua pikiran jelek itu kutepis. Aku mencoba berprasangka baik, bahwa Mas Yusuf belum punya waktu untuk menghubungiku. Aku berdoa pada Sang Pengatur kehidupan, semoga Dia selalu melindungi suamiku di manapun ia berada dan berharap saat ini, lelaki itu baik-baik saja. Aku pun meminta pada Tuhan, semoga pernikahanku dengan Mas Yusuf bisa langgeng walau hadir wanita lain di antara kami.

Saat kembali ke rumah, hanya kesepian yang menemaniku. Tanpa Mas Yusuf. Tanpa sosok  yang hangat dan selalu menenangkanku. Tanpa dia yang memelukku saat aku tidur. Sepertinya mulai detik ini, aku harus belajar membiasakan diri tanpa kehadirannya di sisiku.

.

.

.

Bersambung....

Komen (8)
goodnovel comment avatar
Roroh Siti Rochmah
kasihan baru seminggu suamimu udah gak ngsh kabar udah dimonopoli, hh jgn2 emg dari awal mreka ada hubungan & demi jabatan
goodnovel comment avatar
Esni Ndai
ada juga guru kurang peka ,mana mo guru sertifikasi lagi.
goodnovel comment avatar
Siti Musyarofah
Dariawal aku ragu akan kesungguhan janjinya, menurutku itu hanya tipu daya dia supaya diijinkan poligami aja hhhh…
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suami Bersama   Kejutan Suamiku

    "Untuk pelajaran hari ini kita cukupkan sampai di sini. Kita lanjutkan pada pertemuan berikutnya dengan presentasi setiap kelompok. Silakan kalian persiapan kelompoknya masing-masing dan materi yang akan diskusikan Minggu depan! Kalian paham?" kataku kepada murid-murid. Aku baru saja selesai mengajar dan waktu belajar untuk hari ini sudah habis. "Paham, Bu," sahut mereka berbarengan. Setelah berdoa, mereka berbondong-bondong bergegas keluar kelas untuk pulang. Aku masih sibuk merapikan buku-buku pelajaran di mejaku. Pelajaran Ekonomi adalah mata pelajaran yang aku ampu dan kuajarkan pada murid-murid kelas X, sesuai dengan latar belakang pendidikanku yang bergelar Sarjana Ekonomi. Gelar yang dengan susah payah aku dapatkan. karena sempat terkendala pada biaya di semester akhir. Hampir saja aku tidak bisa mengikuti ujian akhir kalau saja Adrian tidak melunasi tagihan semesterku. Aku banyak berhutang budi padanya. Rasanya, aku tidak bisa membalas kebaikan Adrian, sahaba

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-20
  • Suami Bersama   Baru Sehari

    Aku tengah memasak sarapan untuk suamiku di dapur. Tak henti bibir ini menyunggingkan senyuman, mengingat apa yang aku dan Mas Yusuf lakukan semalam. Kami saling melepas kerinduan, sampai-sampai, dini hari kami baru tertidur. Hatiku sedang berbunga pagi ini. Wajahku pun sudah tidak muram lagi. Aku lebih ceria dibanding pagi kemarin. Sambil tanganku membolak-balik masakan di wajan, aku mendendangkan sebuah lagu cinta yang mengalun merdu dari aplikasi musik yang aku nyalakan di ponselku. Lagu yang aku nyanyikan adalah lagu yang sangat kusuka, karena selalu mengingatkanku pada laki-laki yang berstatus suamiku. Saat lagu itu berhenti, aku merasakan tangan kekar seseorang melingkar di pinggangku dan memelukku dari belakang. Sontak aku menoleh dan melihat wajah suamiku yang sudah tampak segar. Wangi parfum dari tubuhnya mengguar di hidungku. "Selamat pagi, sayang!" sapanya sambil mencium pipiku. "Pagi, Mas," balasku kemudian tersenyum la

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-21
  • Suami Bersama   Sehari Bersamamu

    Aku sudah rapi dengan setelan kantor yang sudah disiapkan Nadhira untukku. Aku keluar kamar dan menuruni tangga menuju meja makan. Namun, saat aku sudah berada di anak tangga terakhir, kudengar suara merdu seorang wanita yang sedang bernyanyi. Suara nyanyian itu terdengar dari arah dapur. Ternyata Nadhira memasak sambil bernyanyi, mengikuti nyanyian dari ponselnya. Aku melangkah ke dapur agar lebih dekat mendengarnya. Aku bersender di tembok dekat dapur sambil menyilangkan tangan di dada. Pandanganku terarah lurus pada wanita yang selalu mengenakan daster rumahan, tapi tampak seksi menurutku. Aku suka dengan penampilannya seperti itu bila sedang berada di rumah. Cantik, menawan, dan seksi. Bila di luar rumah, semua orang menghormatinya. Selain cantik, ia juga berwibawa dengan pakaian dinas gurunya. Sepulang makan malam romantis dengannya, aku tidak membiarkannya tidur walau hanya semenit, karena aku sangat merindukannya. Sepanjang malam aku bersamanya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-24
  • Suami Bersama   Istri atau Atasan

    Sesampainya di kantor, aku langsung menuju ruangan Naura dengan penuh amarah. Aku tidak peduli pada beberapa staf yang menyapaku. Aku terus melangkah dengan cepat untuk menanyai istri keduaku itu. Saat sudah di depan ruangan Naura, aku membuka pintu dengan kencang.Brakk.Naura terperanjat. Ia yang tengah duduk di kursi kebesarannya, segera bangkit."Mas, apa yang kamu lakukan? Seharusnya kamu ketuk pintu dulu sebelum masuk. Jaga sopan santunmu, ya, ingat ini kantor!" Ucapan Naura seketika membuatku tertawa."Hahaha... jaga sopan santun katamu? Aku ini suamimu. Apa aku harus bersikap sopan pada wanita yang sudah membohongi istriku?" timpalku sambil mendekat padanya."Jaga sikapmu, ya, Yusuf! Aku ingatkan, ini kantor. Aku atasanmu dan kamu bawahanku. Lagi pula, kenapa kamu baru datang sudah siang begini, heh?" sergah Naura."Oh, gitu, ya, begini cara kamu memperlakukan aku sebagai suami?" tanyaku sambil tersenyum sinis."Sudah ku

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-25
  • Suami Bersama   Belum Bisa Adil

    Mobilku sudah memasuki gerbang rumah mewah Naura. Aku segera turun dan membawa Naura ke dalam rumah. Sengaja aku memarkirkan mobil di pelataran depan rumah, agar aku bisa langsung pulang setelah mengantarkan Naura ke kamarnya. Aku mendudukkan Naura di tepi ranjang. Kuangkat kedua kakinya dan meluruskannya di atas kasur, kemudian membuka sepatunya dan kuletakkan di bawah dekat ranjang. Kulihat kakinya yang terkilir tampak lebam dan bengkak. Tanpa banyak bicara, aku keluar kamar untuk mengambil krim pereda nyeri di kotak obat yang ada di lantai bawah, kemudian berlari kembali ke kamar setelah mendapatkannya. Aku duduk di tepi ranjang dan membalurkan krim hangat pada kaki Naura dengan hati-hati untuk mengurangi rasa sakitnya. "A-akh!" Naura meringis. Aku memijatnya secara perlahan. Ia pun mulai rileks merasakan pijatan di kakinya. Melihatnya sudah lebih baik, aku pamit padanya. "Aku pulang sekarang," ucapku sambil bangkit dari duduk. Naura menari

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • Suami Bersama   Maduku Hamil

    "Dek, malam ini aku pulang ke rumah Naura. Tadi dia menelponku," ucap suamiku. "Bukannya baru kemarin kamu di rumah Naura, Mas?" tanyaku curiga. Sepertinya ada yang disembunyikannya. "Hem... itu. Sebenarnya... Naura sedang hamil, Dek," ungkap Mas Yusuf akhirnya. "Apa?! Naura hamil, Mas?" Aku tercengang dengan pernyataan Mas Yusuf yang mengatakan bahwa Naura hamil. "Kenapa, Mas? Kamu bilang gak akan melakukan kewajiban kamu sebagai suami kepadanya, tapi kenapa Naura hamil?" tanyaku lagi sambil memukul-mukul dadanya. Aku sangat kecewa padanya karena ia telah mengingkari janjinya padaku. Ia bilang hanya menemani Naura saja dan tidak melakukan lebih. Tapi kenyataannya, maduku hamil. "Maafkan aku, Nadhira! Aku tidak bisa menahan perasaanku. Aku laki-laki normal." "Hehh, bilang saja kamu gak cukup cuma satu istri, Mas. Amanat ayahmu, itu hanya akal-akalan kamu supaya bisa menikah lagi," desisku sinis. "Nadhira!" panggil

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-28
  • Suami Bersama   Istri yang Baik

    Kandungan Naura mulai membesar. Seperti dugaanku, Mas Yusuf lebih sering berada di rumah istri keduanya. Ia jarang sekali pulang ke rumahku. Dalam seminggu, hanya dua hari ia menghabiskan waktu denganku. Itupun, ia tidak sempat sarapan di rumah, karena harus cepat-cepat menjemput Naura kerja, sementara aku harus berangkat sendiri menggunakan skutermaticku. Aku pulang ke rumah dengan malas. Setelah tadi aku menerima pesan dari Mas Yusuf. Malam ini ia tidak pulang lagi karena harus menemani Naura memeriksakan kandungannya. ~Assalamu'alaikum, Dek, malam ini Mas pulang ke rumah Naura, ya. Kamu gak apa-apa, kan? Mas udah telpon Bi Ira untuk nemenin kamu. Oh, ya, nanti Bi Ira bawa cucunya nginep di rumah kita. Biar kamu gak kesepian. Jaga kesehatanmu, ya.~ Aku menghela napas dengan bahu melorot. "Gak pulang lagi," ucapku lesu sambil berjalan gontai ke sofa kemudian menghempaskan tubuhku di atasnya. Karena hari masih siang, aku menelpon R

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-01
  • Suami Bersama   Bagi Hari

    Aku memikirkan perkataan Rania saat di cafe kemarin. Kebetulan malam ini Mas Yusuf pulang ke rumahku, dan aku harus berbicara dengannya. Aku sedang berdandan di depan meja rias di kamarku. Mematut penampilanku di depan kaca. Ku lirik jam di ponselku, waktu sudah menunjukkan pukul 16.45. Sebentar lagi Mas Yusuf pulang. Jadi, aku harus terlihat cantik saat menyambutnya nanti. Aku tidak boleh kalah cantik dari maduku. Sambil menunggu suamiku pulang, aku merebahkan tubuhku di kasur. Aku menyalakan layar datar yang menempel di tembok. Jemariku asyik memencet remot mencari acara kesukaanku. Apalagi kalau bukan drama rumah tangga yang berbau bawang. Kadang drama yang aku tonton sama seperti kehidupanku. Aku terbawa suasana hingga meneteskan air mata karena merasakan penderitaan seorang istri yang dimadu oleh suaminya. Tapi, ah... aku tidak boleh lemah seperti tokoh utama itu. Tiba-tiba, mataku terasa ngantuk. Aku mengerjapkan mata agar tidak tertidur karena me

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02

Bab terbaru

  • Suami Bersama   Salam Author

    Alhamdulillah... akhirnya rampung juga novel Suami Bersama. Terima kasih atas dukungan kakak-kakak yang sudah menyempatkan waktu dan membeli koin untuk membaca ceritaku sampai akhir. Semoga Allah menggantinya dengan rezeki yang lebih banyak lagi. Aamiin... Dukungan, vote, dan komen positif yang kalian berikan seperti penyemangat buatku. Sehingga aku semakin bersemangat untuk melanjutkan cerita. Mohon maaf bila dalam penulisan cerita ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Aku juga selalu menggantung cerita dan lama tidak menulis, karena pekerjaan di dunia nyata yang sangat banyak. Moga kalian suka dengan cerita yang aku suguhkan. Ambil yang baiknya dan buang yang jelek. Biar authornya gak dosa. Karena apa yang kita perbuat, akan dimintain pertanggungjawaban kelak. Semoga ada pelajaran berharga yang bisa diambil dari kisah ini. Sekali lagi terima kasih readers tercinta. Sampai jumpa di novelku berikutnya. Salam dan peluk jauh d

  • Suami Bersama   S2 Berdua Saja (Ending)

    Adrian sudah menyiapkan tiket pesawat untuk pergi berbulan madu bersama Nadhira. Turki adalah tujuan wisata yang dipilihnya karena Nadhira pernah berkata padanya bahwa ia ingin sekali pergi ke sana. Tidak hanya keindahan alamnya yang menjadi daya tarik para wisatawan untuk pergi ke sana, di negara itu juga banyak tempat bersejarah yang wajib untuk dikunjungi. Nadhira sangat suka mengunjungi tempat-tempat bersejarah. Dan sekarang waktunya Adrian mewujudkan impian sang istri tercinta untuk pergi ke sana.Pagi ini mereka sudah bersiap pergi ke bandara. Nadhira tampak bersedih saat akan pamit pada ayah dan ibu mertuanya."Bu, titip Andra ya," ucap Nadhira sambil memeluk ibu mertuanya."Kamu tenang saja, Nak. Ibu dan Bapak akan menjaga anakmu dengan baik," balas Bu Widya, ibu mertuanya.Tak lama, Nadhira melerai pelukan lalu mengusap air matanya. Nadhira menangis karena inilah kali pertama ia akan meninggalkan Andra jauh. Namun, ia tidak khawatir l

  • Suami Bersama   S2 Pindahan

    Beberapa hari berlalu ....Setelah resmi menjadi istri Adrian dan berganti status sebagai nyonya Mahesa, Nadhira ikut bersama suaminya pindah ke Jakarta. Pagi-pagi sekali, ia menyiapkan barang-barangnya dan kebutuhan Andra ke koper. Setelah itu, ia pun pamit pada ayahnya."Ayah, aku pamit ya. Jaga diri Ayah baik-baik. Jaga kesehatan Ayah," ucap Nadhira dengan derai air mata. Dipeluknya sang ayah dengan erat. Rasanya berat sekali meninggalkan lelaki itu. Apalagi di usia Abah Abdur yang semakin senja. "Aku janji akan sering-sering ke sini menjenguk ayah," ucapnya lagi sambil terisak."Iya, Nak. Kamu tidak usah mengkhawatirkan ayah. Sekarang Ayah tenang, kamu udah ada yang jagain. Berbahagialah bersama suamimu di rumahmu yang baru. Ingat, jadilah istri yang baik untuk suamimu," sahut Abah Abdur. Lelaki itu tak kuasa menahan tangisnya.Anak perempuan satu-satunya yang ia miliki, harus ia relakan untuk laki-laki lain. Ia tidak bisa mencegah kepergian san

  • Suami Bersama   S2 Gagal

    Acara resepsi yang diadakan sejak siang hari hingga menjelang Maghrib telah selesai digelar. Keluarga Adrian pun sudah pulang dari rumah Nadhira. Hanya Adrian yang masih berada di rumah itu karena sekarang ia sudah resmi menjadi suami Nadhira. Pernikahan di kampung tidak seperti pernikahan di kota. Suasana hajatan di sini masih terlihat ramai, walau deretan acara telah selesai dilaksanakan dan hari mulai malam. Tamu masih saja berdatangan. Mereka baru menyempatkan diri datang untuk memenuhi undangan setelah pulang dari bekerja. Kerabat Nadhira yang datang dari jauh memilih menginap dan mereka akan pulang esok hari. Adrian maklum, karena memang saudara dari istrinya itu jarang sekali menyambangi rumah kediaman mertuanya. Mereka baru berkumpul di saat ada acara-acara khusus saja, seperti hari ini. *** Adrian tengah bersama saudara-saudara istrinya. Lelaki itu dikerumuni oleh adik-adik sepupu dan keponakan dari sang istri. Ia diajak bermain adu panco kar

  • Suami Bersama   S2 Sah

    "Saya terima nikah dan kawinnya Nadhira Putri binti Abdurrahman dengan Mas kawin ... " "Adrian...!" Kalimat Adrian terputus saat suara ibu memanggilnya. Suara sang ibu terdengar menggelegar hingga ke kamar mandi Adrian. Saat ini Adrian sedang berada di dalam kamar mandi. Ia berdiri di depan wastafel dengan menghadap cermin tengah menghapal bacaan ijab kabul yang akan ia ucapkan saat pernikahannya nanti. Lelaki itu belum bersiap juga. Ia masih bertelanjang dada dan hanya mengenakan handuk yang melingkar di pinggangnya. "Aaah ... ibu mengganggu saja. Aku harus menghapal kalimat itu, supaya lancar nanti saat ijab kabul," keluhnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Adrian, cepat sedikit! Kamu lagi ngapain sih, di dalam, lama banget? Ini udah jam berapa? Nanti kita terlambat sampai di sana!" seru Bu Widya lagi dari depan pintu kamar Adrian. "Iya, Bu, sebentar lagi aku keluar!" sahut Adrian dengan sedikit berteriak agar sang i

  • Suami Bersama   S2 Ujian Berbuah Bahagia

    Adrian dan Nadhira sedang melakukan fitting baju pengantin di salah satu butik ternama di Jakarta. Sebuah gaun pengantin model kebaya berwarna putih dengan taburan payet, yang panjangnya menjuntai dan menutupi seluruh tubuhnya hingga kaki dan dipadukan dengan kain kebaya dengan motif yang mewah dan elegan, sangat pas di tubuh Nadhira yang sedikit berisi. Nadhira tampak cantik dalam balutan kebaya pengantin yang diserasikan dengan kerudung berwarna senada.Semua persiapan pernikahan lainnya sudah diurus oleh keluarga Adrian. Mulai dari dekorasi, catering, sampai undangan pernikahan. Pernikahan mereka akan digelar secara meriah dan dilaksanakan di rumah mempelai wanita.Sebenarnya, Nadhira ingin pernikahan yang sederhana saja yang hanya dihadiri oleh keluarga dan kerabat dekat. Namun, Adrian menolak. Dan itu sempat membuat keduanya bertengkar.Mana mungkin Adrian memberikan yang sederhana saja untuk seorang wanita yang begitu spesial di hatinya. Bahkan sebuah cinc

  • Suami Bersama   S2 Lamaran

    Tiba di hari lamaran. Adrian bersama keluarganya sedang dalam perjalanan menuju rumah Nadhira untuk melakukan lamaran malam itu. Sejumlah barang seserahan seperti pakaian, alas kaki berupa sepatu dan sandal, tas branded, sampai perlengkapan make up sudah memenuhi kabin belakang mobil yang dikendarai Hadi. Padahal Nadhira tidak meminta semua itu. Namun, ini sudah menjadi kebiasaan bagi sebagian masyarakat dalam acara lamaran. Selain itu, orang tua Adrian juga sudah menyiapkan barang berharga berupa seperangkat perhiasan emas untuk calon menantunya sebagai hadiah. Belum lagi sejumlah uang yang dipersiapkan Adrian untuk calon istrinya. Adrian yang duduk di kursi penumpang samping Hadi tampak gugup sambil memainkan ponselnya. Baru saja ia mengirim pesan pada Nadhira. Lelaki itu kemudian melihat ke arah kaca spion di depannya untuk mengecek penampilannya. "Gimana, Di, penampilan Masmu? Udah keren, kan?" tanyanya pada Hadi sambil merapikan tatanan rambutnya.

  • Suami Bersama   S2 Wanita Cerewet

    Hari itu juga Adrian pulang dari klinik. Nadhira tidak ikut mengantar Adrian ke rumahnya karena hari sudah hampir malam. Selain itu juga, ia harus segera pulang untuk memberi tahu Andra bahwa ayahnya baik-baik saja. Agar anak itu tidak khawatir. Sekarang mereka sedang berada di depan klinik. "Nadhira, kamu ikut kami saja pulangnya. Ini sudah malam," ajak Bu Widya saat mereka akan pulang. "Gak usah, Bu, terima kasih. Aku bawa motor," tolak Nadhira halus. Sebenarnya, ia merasa canggung dengan Bu Widya bila harus pulang bersama. Lagipula jarak klinik ke rumahnya tidak begitu jauh. "Beneran gak apa-apa?" tanya Bu Widya memastikan. "Gak apa-apa, Bu," jawab Nadhira sambil mengulas senyum. "Ya udah, ibu duluan ya," ucap Bu Widya kemudian masuk ke mobil. "Iya, Bu, hati-hati," sahut Nadhira. Ia masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya. Sikap wanita paruh baya itu berubah drastis terhadapnya. Lebih ramah dibanding saat

  • Suami Bersama   S2 Menikahlah Denganku

    Nadhira tersentak saat seseorang menghubunginya dan memberi tahu bahwa Adrian kecelakaan. Baru saja siang tadi, lelaki itu mengantarkan ia dan anaknya pulang dari rumah sakit lalu pergi lagi dengan tergesa-gesa. Dan tiba-tiba, ia mendapat kabar buruk bahwa lelaki itu kecelakaan. Dengan perasaan cemas, ia bergegas pergi ke klinik untuk mengecek keadaan Adrian. Karena orang yang meneleponnya memberi tahu bahwa Adrian ada di klinik dekat pertigaan kampung, tidak jauh tempat tinggalnya. Sebelumnya, ia pamit pada ayah juga anaknya. Mereka tidak kalah terkejut saat mendengar kabar buruk itu. Terutama Andra, anak kecil itu menangis saat mendengar ayahnya kecelakaan. Nadhira menenangkan Andra sebentar, sebelum akhirnya pergi ke klinik. Ia meminta agar Andra berdoa untuk ayah angkatnya. "Bunda mau lihat Ayah di klinik, kamu doakan Ayah Rian agar dia baik-baik saja ya, Nak," ucap Nadhira. "Iya, Bunda," sahut Andra terisak. Nadhira pe

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status