Home / Romansa / Suami Bersama / Calon Maduku

Share

Calon Maduku

last update Last Updated: 2021-07-16 17:52:23

"Hai, Nadhira!" sapa perempuan yang berdiri di depanku.

"Naura?" ucapku lirih dengan mata membeliak. 

Pagi-pagi begini Naura datang ke rumahku, untuk apa? Dan ini adalah pertemuan pertamaku dengannya setelah sekian lama.

"Lama gak ketemu, sejak kita lulus kuliah dulu. Kamu apa kabar?" tanya Naura dengan senyum terkembang.

"Ba-baik," jawabku terbata.

Aku mendadak gugup. Tidak seharusnya aku bertingkah seperti ini di depan Naura. Dia adalah teman kuliahku dulu dan aku berteman baik dengannya ketika itu. Kami sangat akrab. Kami belajar bersama, makan di kantin kampus bersama, bahkan kami sering hangout bareng bila jam kuliah kosong. Seharusnya kami saling berpelukan dan melepas rindu, karena kami baru bertemu lagi setelah hampir lima tahun. 

Naura makin cantik dengan tatanan rambut panjang ikal kecoklatan yang dibiarkan tergerai.  Rambut pendek yang saat kuliah dulu menjadi potongan rambut favoritnya, sekarang telah berganti. Manik mata yang bulat seperti boneka dan kelopaknya ditumbuhi bulu yang lentik, serta hidung mancung menambah kecantikan parasnya.  Ia memang wanita sempurna, karena memiliki lekuk tubuh yang langsing dan tinggi pula.

Setelah aku tahu Naura adalah calon maduku, mengapa aku jadi salah tingkah begini? Batinku.

"Kamu gak ijinin aku untuk masuk ke rumahmu, Nad? Apa aku harus terus berdiri di luar?" Pertanyaan Naura menginterupsi lamunanku.

Hampir saja aku lupa menyuruhnya masuk, karena aku asyik memindai penampilan dan semua yang ada pada Naura.

"Ah, ya, silahkan masuk, Ra!" ajakku masih dengan kegugupanku.

Naura masuk dan berjalan bersebelahan denganku. Perempuan cantik dengan setelan kantornya itu mengedarkan pandangan ke sekeliling ruang tamu. 

"Wah, enak banget rumahmu, Nad, rapi dan wangi lagi. Kamu memang pintar dalam menata rumah, ya," puji Naura.

Aku hanya tersenyum sebagai ekspresi terhadap pujiannya. 

Sebagai seorang istri, walau aku sibuk mengajar, aku berkewajiban menjaga kenyamanan rumah dengan selalu membersihkan dan menata serapi mungkin keadaan rumah, agar suamiku juga betah. Lagi pula, waktu mengajarku hanya setengah hari. Jadi, siang harinya setelah aku pulang dari sekolah, aku bisa merapikan rumah.

"Sayang, siapa yang datang?" tanya suamiku yang sudah bersiap untuk berangkat.

Mas Yusuf tertegun melihat ke arah kami yang berdiri bersebelahan. Dua wanita yang ada di hidupnya. 

Naura tampak tersenyum menatap Mas Yusuf, calon suaminya, sedangkan aku hanya melipat bibir dengan berusaha menahan bendungan jernih di kelopak mataku yang siap meluncur.

"Nadhira, kamu siap-siap dulu, ya! Kalau sudah rapi, aku antar kamu ke sekolah. Kita berangkat bareng!" ucap Mas Yusuf seraya membimbingku ke kamar.

Aku menurutinya. Aku tahu, mungkin ada hal yang ingin mereka bicarakan. Namun, apa? Mengapa tidak di depanku saja mereka bicara? Mengapa aku harus disingkirkan? Aku meremat tanganku kesal saat sudah berada di dalam kamar.

Aku penasaran dengan apa yang mereka bicarakan di luar. Kuputuskan menguping dengan membuka sedikit pintu kamar dan mengintip dari balik pintu. Namun, apa isi pembicaraan mereka, aku pun tidak tahu. Karena kamar kami yang jauh dari ruang tamu, jadi aku tidak mendengarnya.

Dari dalam kamar, aku hanya melihat gerak-gerik mereka.  Mas Yusuf tampak marah dan sepertinya membentak Naura. Raut wajah Naura juga tampak tidak terima. 

Seminggu lagi pernikahan mereka, apakah Naura ke sini untuk meminta Mas Yusuf agar membantunya menyiapkan pernikahan mereka? Itu yang ada di benakku.

Mas Yusuf melangkah ke kamar setelah selesai berbicara dengan Naura. Ternyata pembicaraan mereka tidak lama. Aku buru-buru duduk di meja riasku dan berpura-pura memoleskan krim ke wajahku.

"Sayang, kamu sudah siap?" tanya suamiku setelah membuka pintu kamar.

Aku menoleh sembari tersenyum.

"Sebentar, Mas, aku ganti seragam dulu," ucapku sambil melangkah ke arah lemari dan mengambil seragam dinasku.

Mas Yusuf menghampiriku dan memelukku lagi dari belakang. 

"Yang mau nikah lagi, hobinya peluk-peluk mulu, nih," selorohku padanya sambil membalikkan tubuh menghadapnya.

Mas Yusuf berdecak dan langsung mengurai pelukannya. Ia tampak tidak suka dengan candaanku barusan.

"Ck, gak lucu!" Aku terkekeh.

"Kamu udah gak marah?" tanya Mas Yusuf.

Aku terdiam. Aku memang marah, saat ini pun. Hanya saja aku berusaha menutupinya. Entahlah, rasa cinta ini mengalahkan logikaku. Aku tidak rela suamiku menikah lagi, tapi aku tetap memberinya ijin. Ternyata memang benar, cinta itu tidak ada logika seperti lagu yang pernah aku dengar.

"Sana! Kamu keluar dulu, Mas, aku mau ganti baju!" usirku mengalihkan pembicaraan dan mendorong tubuhnya. Mas Yusuf menahan beban tubuhnya.

"Ganti baju di depanku saja, gak usah malu-malu! Aku sudah melihat semuanya," ucap Mas Yusuf yang berdiri sambil berkacak pinggang dan menatap tajam ke arahku.

"Tapi, Mas, Naura ada di luar. Kok kamu tinggal, sih?" rengekku.

"Dia sudah pergi. Aku menyuruhnya untuk berangkat duluan ke kantor. Cepatlah! Nanti kamu terlambat ke sekolah!"

Aku pun langsung mengganti baju rumahanku dengan seragam dinas. Mas Yusuf masih melihatku dengan tatapan siap menerkam dan tanpa berkedip. Aku mempercepat dandanan pakaianku kemudian beralih ke meja rias untuk mengaplikasikan sedikit bedak ke wajahku dan memoles lipstik agar tidak terlihat pucat. Setelah selesai, aku mengajak suamiku untuk berangkat.

Inilah rutinitas pagiku bersama Mas Yusuf. Kami berangkat ke tempat kerja bersama-sama karena arah sekolah tempatku mengajar searah dengan kantornya.

"Apa yang kamu bicarakan dengan Naura tadi, Mas?" tanyaku saat sudah sampai gerbang sekolahku. Aku belum turun dari mobilnya karena aku penasaran dengan yang mereka bicarakan tadi.

"Naura meminta aku untuk pitting baju pengantin dan foto prewed  siang ini. Tapi aku gak bisa, karena kita harus ke dokter untuk melakukan pemeriksaan kesuburan kita. Aku mau kamu cepat hamil," jawab suamiku sambil mengelus perutku yang rata. 

"Eh, ke dokternya biar aku duluan aja, Mas. Kamu bisa menyusul setelah kamu selesai," saranku sambil menegakkan tubuhku.

"Gak, ah, aku males. Lagi pula aku dan dia, kan, cuma nikah di atas kertas," cetus suamiku enteng.

"Kamu gak boleh gitu, dong, Mas. Kasihan Naura, kalau kamu sampai gak dateng. Aku gak apa-apa, kok. Aku bisa ke dokternya pake ojol," paksaku. 

Sebagai wanita, aku mengerti. Aku tidak ingin Naura kecewa. Makanya, aku memaksa suamiku untuk menuruti kemauannya.

"Ya, udah, Mas, aku ngajar dulu!" Aku mengambil tangan kanannya untuk kucium.

Aku keluar dari mobil dan masih berdiri di samping mobilnya. Aku menunggu ia melajukan mobilnya kembali. 

Jendela mobil masih terbuka. Kulihat ia tampak risau. Aku membungkuk dan berbicara melalui jendela mobil.

"Mas, cepat berangkat, nanti kamu telat. Ini hari Senin, pasti jalanan macet," tegurku menginterupsinya.

"Iya, aku berangkat, ya, sayang!" ucap suamiku sambil menyalakan mobilnya. 

"Hati-hati di jalan, Mas!"ucapku mengulas senyum dan menegakkan tubuh.

Mas Yusuf mulai melajukan mobilnya perlahan, sedangkan aku masih berdiri di depan gerbang, hingga mobil Mas Yusuf hilang dari pandanganku.

.

.

.

Bersambung ....

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Nurmila Karyadi
halaaahh muna jg s nadira,sok sok an nyuruh suaminya ,pdhal htinya sakit.
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
cocoknya si nadhira ini sebagai istri pertama merangkap babu utk istri kedua.
goodnovel comment avatar
Ris Nadeak Laoly
tipe wanita naif dan munafik sok kuat dan tegar padahal dlm hati menangis dan tak rela buat apa nyiksa diri sendiri klo nggak mau y lepaskan daripada jerumuskan diri sendiri wkwkk bodoh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suami Bersama   Pernikahan Kedua Suamiku

    Hari itu pun tiba. Hari di mana suamiku akan mengucap ijab kabul untuk kedua kali dengan atasannya sekaligus teman lamaku. Naura Amanda. Mas Yusuf sudah rapi dengan setelan kemeja putih yang dipadukan dengan jas hitam. Sama seperti tiga bulan yang lalu saat ia mengucapkan janji sucinya kepadaku. Sosok itu selalu terlihat tampan dan gagah. "Kamu gak usah hadir ke pernikahanku, ya! Setelah acara ijab kabul, aku akan langsung pulang," ucap suamiku tiba-tiba. Peci hitam yang sedari tadi dimainkannya, ia pakai di kepala. "Gak, Mas, aku mau ikut ke pernikahanmu. Aku juga ingin menyaksikan kamu menikah," rengekku sambil mencoba bersikap baik-baik saja. Ah, tidak. Sebenarnya hatiku sangat pedih. "Aku khawatir, kamu tidak akan kuat melihatku menikahi Naura. Jadi, kau di rumah saja, tunggu aku pulang! Oke?!" pinta suamiku lagi sembari menangkup kedua pipiku. Satu kecupan kilat mendarat di bibirku. Aku merasakan sentuhan lembut dari tangan lelaki i

    Last Updated : 2021-07-16
  • Suami Bersama   Keributan di Hari Pernikahan

    Dadaku terasa sesak menyaksikan suamiku mengucapkan ijab kabulnya. Aku berlari keluar dari keramaian dengan deraian air mata. Aku tidak peduli orang-orang di sana menatapku. Hingga di sebuah ruang sepi, di mana tidak ada orang, aku berjongkok dan menangis tersedu. Wanita mana yang sanggup menyaksikan suaminya menikah lagi dan berbagi suami dengan wanita lain. Sekuat apapun aku menahan rasa sesak di dadaku, nyatanya aku lemah dan tidak mampu melihat semua itu. "Ambil ini, hapus air matamu!" ucap seorang laki-laki. Aku mendongak dan melihat siapa laki-laki yang berdiri di depanku. Adrian Mahesa. Lelaki yang selalu ada saat aku sedang sedih. Dia adalah temanku dan juga teman suamiku. Aku mengernyitkan dahi. Mengapa dia ada di sini? Bukankah tadi dia mengantar ayahku pulang? tanyaku dalam hati. "Ayo berdiri dan hapus air matamu!" suruhnya sambil mengulurkan tangan untuk membantuku berdiri. Rian, begitu

    Last Updated : 2021-08-10
  • Suami Bersama   Cerai?

    "Saat ini juga kamu harus ceraikan Nadhira!" tegas ayahku sambil telunjuknya mengarah pada Mas Yusuf.Aku terperanjat mendengarnya. Begitu juga Mas Yusuf. Ia berdiri kemudian berhadapan dengan ayahku dan menentangnya. Dua lelaki itu saling menatap tajam."Aku tidak mau menceraikan Nadhira, dan tidak akan pernah. Nadhira istriku dan selamanya akan menjadi istriku!" ucap suamiku lantang seolah mengajak ayahku berperang."Terserah!!! Tapi setelah ini Bapak yang akan mengurus perceraian kalian," ucap ayahku tidak mau kalah lalu beralih padaku."Ayo, Nadhira, kita pulang!" ajak ayah."Tapi, ayah..." ucapku."Ayo, pulang!" suruhnya lagi dengan wajah memerah dan menarik tanganku agar ikut dengannya.Baru beberapa langkah kami maju, Mas Yusuf berteriak. "Tidak, Pak, aku tidak akan menceraikan Nadihira! Aku mencintai dia, dan kami sudah berjanji akan hidup bersama selamanya. Tidak ada yang bisa memisahkan kami. Aku tidak akan pernah menc

    Last Updated : 2021-08-12
  • Suami Bersama   Bulan Madu

    Tiga hari setelah pernikahan mereka, Mas Yusuf belum juga menghubungiku. Setiap hari bahkan setiap detik aku menunggu telepon darinya. Namun, tak kunjung ponselku berdering dan menampilkan namanya di layar. Aku selalu berprasangka baik padanya, mungkin ia masih harus menjalani serangkaian acara pernikahan yang digelar di berbagai tempat, mengingat Naura adalah orang penting di perusahaannya. Atau, memang Mas Yusuf sedang sibuk dengan tumpukan pekerjaan di kantornya setelah beberapa hari cuti menikah.Sudah tiga hari pula, aku berangkat dan pulang dari tempatku mengajar seorang diri dengan mengendarai skutermatic-ku. Beruntung aku bisa mengendarai kendaraan roda dua itu, sehingga aku tidak perlu merepotkan orang lain untuk mengantar jemputku ke sekolah.Adrian selalu menawariku tumpangan agar ikut bersamanya. Saat kebetulan ia lewat sekolahku atau pagi-pagi sekali ia sengaja datang ke rumah untuk menjemputku. Namun, aku menolak ajakannya karena merasa tidak enak terhada

    Last Updated : 2021-08-15
  • Suami Bersama   Belajar Tanpa Hadirmu

    Hari berganti hari. Waktu seakan berjalan lambat. Satu Minggu itu rasanya seperti satu abad bagiku, saat aku menunggu kepulangan Mas Yusuf ke rumah kami. Setiap malam, aku tidak bisa tidur nyenyak karena tidak ada dia di sisiku. Biasanya setiap malam, ia yang membelai rambutku sambil kami bercerita tentang keseharian kami di tempat kerja masing-masing. Cerita itu seperti pengantar tidur kami hingga kami terlelap ke alam mimpi."Ah... apa kabarmu, Mas? Aku kangen kamu," desahku.Kuambil ponsel di atas nakas. Aku mengecek apakah ada pesan dari Mas Yusuf untukku. Nihil. Tidak ada pesan dari nomor Mas Yusuf, hanya beberapa pesan dari temanku dan grup di aplikasi W****Appku."Hah!" desahku lagi penuh kecewa. Mas Yusuf belum juga menghubungiku.Aku merebahkan tubuh sambil menatap layar ponsel yang kubiarkan menyala. Aku masih menunggu telepon dari suamiku. Siapa tahu ia meneleponku malam ini. Namun, hingga hampir tengah malam, ponsel yang tergolek di samp

    Last Updated : 2021-08-17
  • Suami Bersama   Kejutan Suamiku

    "Untuk pelajaran hari ini kita cukupkan sampai di sini. Kita lanjutkan pada pertemuan berikutnya dengan presentasi setiap kelompok. Silakan kalian persiapan kelompoknya masing-masing dan materi yang akan diskusikan Minggu depan! Kalian paham?" kataku kepada murid-murid. Aku baru saja selesai mengajar dan waktu belajar untuk hari ini sudah habis. "Paham, Bu," sahut mereka berbarengan. Setelah berdoa, mereka berbondong-bondong bergegas keluar kelas untuk pulang. Aku masih sibuk merapikan buku-buku pelajaran di mejaku. Pelajaran Ekonomi adalah mata pelajaran yang aku ampu dan kuajarkan pada murid-murid kelas X, sesuai dengan latar belakang pendidikanku yang bergelar Sarjana Ekonomi. Gelar yang dengan susah payah aku dapatkan. karena sempat terkendala pada biaya di semester akhir. Hampir saja aku tidak bisa mengikuti ujian akhir kalau saja Adrian tidak melunasi tagihan semesterku. Aku banyak berhutang budi padanya. Rasanya, aku tidak bisa membalas kebaikan Adrian, sahaba

    Last Updated : 2021-08-20
  • Suami Bersama   Baru Sehari

    Aku tengah memasak sarapan untuk suamiku di dapur. Tak henti bibir ini menyunggingkan senyuman, mengingat apa yang aku dan Mas Yusuf lakukan semalam. Kami saling melepas kerinduan, sampai-sampai, dini hari kami baru tertidur. Hatiku sedang berbunga pagi ini. Wajahku pun sudah tidak muram lagi. Aku lebih ceria dibanding pagi kemarin. Sambil tanganku membolak-balik masakan di wajan, aku mendendangkan sebuah lagu cinta yang mengalun merdu dari aplikasi musik yang aku nyalakan di ponselku. Lagu yang aku nyanyikan adalah lagu yang sangat kusuka, karena selalu mengingatkanku pada laki-laki yang berstatus suamiku. Saat lagu itu berhenti, aku merasakan tangan kekar seseorang melingkar di pinggangku dan memelukku dari belakang. Sontak aku menoleh dan melihat wajah suamiku yang sudah tampak segar. Wangi parfum dari tubuhnya mengguar di hidungku. "Selamat pagi, sayang!" sapanya sambil mencium pipiku. "Pagi, Mas," balasku kemudian tersenyum la

    Last Updated : 2021-08-21
  • Suami Bersama   Sehari Bersamamu

    Aku sudah rapi dengan setelan kantor yang sudah disiapkan Nadhira untukku. Aku keluar kamar dan menuruni tangga menuju meja makan. Namun, saat aku sudah berada di anak tangga terakhir, kudengar suara merdu seorang wanita yang sedang bernyanyi. Suara nyanyian itu terdengar dari arah dapur. Ternyata Nadhira memasak sambil bernyanyi, mengikuti nyanyian dari ponselnya. Aku melangkah ke dapur agar lebih dekat mendengarnya. Aku bersender di tembok dekat dapur sambil menyilangkan tangan di dada. Pandanganku terarah lurus pada wanita yang selalu mengenakan daster rumahan, tapi tampak seksi menurutku. Aku suka dengan penampilannya seperti itu bila sedang berada di rumah. Cantik, menawan, dan seksi. Bila di luar rumah, semua orang menghormatinya. Selain cantik, ia juga berwibawa dengan pakaian dinas gurunya. Sepulang makan malam romantis dengannya, aku tidak membiarkannya tidur walau hanya semenit, karena aku sangat merindukannya. Sepanjang malam aku bersamanya.

    Last Updated : 2021-08-24

Latest chapter

  • Suami Bersama   Salam Author

    Alhamdulillah... akhirnya rampung juga novel Suami Bersama. Terima kasih atas dukungan kakak-kakak yang sudah menyempatkan waktu dan membeli koin untuk membaca ceritaku sampai akhir. Semoga Allah menggantinya dengan rezeki yang lebih banyak lagi. Aamiin... Dukungan, vote, dan komen positif yang kalian berikan seperti penyemangat buatku. Sehingga aku semakin bersemangat untuk melanjutkan cerita. Mohon maaf bila dalam penulisan cerita ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Aku juga selalu menggantung cerita dan lama tidak menulis, karena pekerjaan di dunia nyata yang sangat banyak. Moga kalian suka dengan cerita yang aku suguhkan. Ambil yang baiknya dan buang yang jelek. Biar authornya gak dosa. Karena apa yang kita perbuat, akan dimintain pertanggungjawaban kelak. Semoga ada pelajaran berharga yang bisa diambil dari kisah ini. Sekali lagi terima kasih readers tercinta. Sampai jumpa di novelku berikutnya. Salam dan peluk jauh d

  • Suami Bersama   S2 Berdua Saja (Ending)

    Adrian sudah menyiapkan tiket pesawat untuk pergi berbulan madu bersama Nadhira. Turki adalah tujuan wisata yang dipilihnya karena Nadhira pernah berkata padanya bahwa ia ingin sekali pergi ke sana. Tidak hanya keindahan alamnya yang menjadi daya tarik para wisatawan untuk pergi ke sana, di negara itu juga banyak tempat bersejarah yang wajib untuk dikunjungi. Nadhira sangat suka mengunjungi tempat-tempat bersejarah. Dan sekarang waktunya Adrian mewujudkan impian sang istri tercinta untuk pergi ke sana.Pagi ini mereka sudah bersiap pergi ke bandara. Nadhira tampak bersedih saat akan pamit pada ayah dan ibu mertuanya."Bu, titip Andra ya," ucap Nadhira sambil memeluk ibu mertuanya."Kamu tenang saja, Nak. Ibu dan Bapak akan menjaga anakmu dengan baik," balas Bu Widya, ibu mertuanya.Tak lama, Nadhira melerai pelukan lalu mengusap air matanya. Nadhira menangis karena inilah kali pertama ia akan meninggalkan Andra jauh. Namun, ia tidak khawatir l

  • Suami Bersama   S2 Pindahan

    Beberapa hari berlalu ....Setelah resmi menjadi istri Adrian dan berganti status sebagai nyonya Mahesa, Nadhira ikut bersama suaminya pindah ke Jakarta. Pagi-pagi sekali, ia menyiapkan barang-barangnya dan kebutuhan Andra ke koper. Setelah itu, ia pun pamit pada ayahnya."Ayah, aku pamit ya. Jaga diri Ayah baik-baik. Jaga kesehatan Ayah," ucap Nadhira dengan derai air mata. Dipeluknya sang ayah dengan erat. Rasanya berat sekali meninggalkan lelaki itu. Apalagi di usia Abah Abdur yang semakin senja. "Aku janji akan sering-sering ke sini menjenguk ayah," ucapnya lagi sambil terisak."Iya, Nak. Kamu tidak usah mengkhawatirkan ayah. Sekarang Ayah tenang, kamu udah ada yang jagain. Berbahagialah bersama suamimu di rumahmu yang baru. Ingat, jadilah istri yang baik untuk suamimu," sahut Abah Abdur. Lelaki itu tak kuasa menahan tangisnya.Anak perempuan satu-satunya yang ia miliki, harus ia relakan untuk laki-laki lain. Ia tidak bisa mencegah kepergian san

  • Suami Bersama   S2 Gagal

    Acara resepsi yang diadakan sejak siang hari hingga menjelang Maghrib telah selesai digelar. Keluarga Adrian pun sudah pulang dari rumah Nadhira. Hanya Adrian yang masih berada di rumah itu karena sekarang ia sudah resmi menjadi suami Nadhira. Pernikahan di kampung tidak seperti pernikahan di kota. Suasana hajatan di sini masih terlihat ramai, walau deretan acara telah selesai dilaksanakan dan hari mulai malam. Tamu masih saja berdatangan. Mereka baru menyempatkan diri datang untuk memenuhi undangan setelah pulang dari bekerja. Kerabat Nadhira yang datang dari jauh memilih menginap dan mereka akan pulang esok hari. Adrian maklum, karena memang saudara dari istrinya itu jarang sekali menyambangi rumah kediaman mertuanya. Mereka baru berkumpul di saat ada acara-acara khusus saja, seperti hari ini. *** Adrian tengah bersama saudara-saudara istrinya. Lelaki itu dikerumuni oleh adik-adik sepupu dan keponakan dari sang istri. Ia diajak bermain adu panco kar

  • Suami Bersama   S2 Sah

    "Saya terima nikah dan kawinnya Nadhira Putri binti Abdurrahman dengan Mas kawin ... " "Adrian...!" Kalimat Adrian terputus saat suara ibu memanggilnya. Suara sang ibu terdengar menggelegar hingga ke kamar mandi Adrian. Saat ini Adrian sedang berada di dalam kamar mandi. Ia berdiri di depan wastafel dengan menghadap cermin tengah menghapal bacaan ijab kabul yang akan ia ucapkan saat pernikahannya nanti. Lelaki itu belum bersiap juga. Ia masih bertelanjang dada dan hanya mengenakan handuk yang melingkar di pinggangnya. "Aaah ... ibu mengganggu saja. Aku harus menghapal kalimat itu, supaya lancar nanti saat ijab kabul," keluhnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Adrian, cepat sedikit! Kamu lagi ngapain sih, di dalam, lama banget? Ini udah jam berapa? Nanti kita terlambat sampai di sana!" seru Bu Widya lagi dari depan pintu kamar Adrian. "Iya, Bu, sebentar lagi aku keluar!" sahut Adrian dengan sedikit berteriak agar sang i

  • Suami Bersama   S2 Ujian Berbuah Bahagia

    Adrian dan Nadhira sedang melakukan fitting baju pengantin di salah satu butik ternama di Jakarta. Sebuah gaun pengantin model kebaya berwarna putih dengan taburan payet, yang panjangnya menjuntai dan menutupi seluruh tubuhnya hingga kaki dan dipadukan dengan kain kebaya dengan motif yang mewah dan elegan, sangat pas di tubuh Nadhira yang sedikit berisi. Nadhira tampak cantik dalam balutan kebaya pengantin yang diserasikan dengan kerudung berwarna senada.Semua persiapan pernikahan lainnya sudah diurus oleh keluarga Adrian. Mulai dari dekorasi, catering, sampai undangan pernikahan. Pernikahan mereka akan digelar secara meriah dan dilaksanakan di rumah mempelai wanita.Sebenarnya, Nadhira ingin pernikahan yang sederhana saja yang hanya dihadiri oleh keluarga dan kerabat dekat. Namun, Adrian menolak. Dan itu sempat membuat keduanya bertengkar.Mana mungkin Adrian memberikan yang sederhana saja untuk seorang wanita yang begitu spesial di hatinya. Bahkan sebuah cinc

  • Suami Bersama   S2 Lamaran

    Tiba di hari lamaran. Adrian bersama keluarganya sedang dalam perjalanan menuju rumah Nadhira untuk melakukan lamaran malam itu. Sejumlah barang seserahan seperti pakaian, alas kaki berupa sepatu dan sandal, tas branded, sampai perlengkapan make up sudah memenuhi kabin belakang mobil yang dikendarai Hadi. Padahal Nadhira tidak meminta semua itu. Namun, ini sudah menjadi kebiasaan bagi sebagian masyarakat dalam acara lamaran. Selain itu, orang tua Adrian juga sudah menyiapkan barang berharga berupa seperangkat perhiasan emas untuk calon menantunya sebagai hadiah. Belum lagi sejumlah uang yang dipersiapkan Adrian untuk calon istrinya. Adrian yang duduk di kursi penumpang samping Hadi tampak gugup sambil memainkan ponselnya. Baru saja ia mengirim pesan pada Nadhira. Lelaki itu kemudian melihat ke arah kaca spion di depannya untuk mengecek penampilannya. "Gimana, Di, penampilan Masmu? Udah keren, kan?" tanyanya pada Hadi sambil merapikan tatanan rambutnya.

  • Suami Bersama   S2 Wanita Cerewet

    Hari itu juga Adrian pulang dari klinik. Nadhira tidak ikut mengantar Adrian ke rumahnya karena hari sudah hampir malam. Selain itu juga, ia harus segera pulang untuk memberi tahu Andra bahwa ayahnya baik-baik saja. Agar anak itu tidak khawatir. Sekarang mereka sedang berada di depan klinik. "Nadhira, kamu ikut kami saja pulangnya. Ini sudah malam," ajak Bu Widya saat mereka akan pulang. "Gak usah, Bu, terima kasih. Aku bawa motor," tolak Nadhira halus. Sebenarnya, ia merasa canggung dengan Bu Widya bila harus pulang bersama. Lagipula jarak klinik ke rumahnya tidak begitu jauh. "Beneran gak apa-apa?" tanya Bu Widya memastikan. "Gak apa-apa, Bu," jawab Nadhira sambil mengulas senyum. "Ya udah, ibu duluan ya," ucap Bu Widya kemudian masuk ke mobil. "Iya, Bu, hati-hati," sahut Nadhira. Ia masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya. Sikap wanita paruh baya itu berubah drastis terhadapnya. Lebih ramah dibanding saat

  • Suami Bersama   S2 Menikahlah Denganku

    Nadhira tersentak saat seseorang menghubunginya dan memberi tahu bahwa Adrian kecelakaan. Baru saja siang tadi, lelaki itu mengantarkan ia dan anaknya pulang dari rumah sakit lalu pergi lagi dengan tergesa-gesa. Dan tiba-tiba, ia mendapat kabar buruk bahwa lelaki itu kecelakaan. Dengan perasaan cemas, ia bergegas pergi ke klinik untuk mengecek keadaan Adrian. Karena orang yang meneleponnya memberi tahu bahwa Adrian ada di klinik dekat pertigaan kampung, tidak jauh tempat tinggalnya. Sebelumnya, ia pamit pada ayah juga anaknya. Mereka tidak kalah terkejut saat mendengar kabar buruk itu. Terutama Andra, anak kecil itu menangis saat mendengar ayahnya kecelakaan. Nadhira menenangkan Andra sebentar, sebelum akhirnya pergi ke klinik. Ia meminta agar Andra berdoa untuk ayah angkatnya. "Bunda mau lihat Ayah di klinik, kamu doakan Ayah Rian agar dia baik-baik saja ya, Nak," ucap Nadhira. "Iya, Bunda," sahut Andra terisak. Nadhira pe

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status