‘Brengsek! Apa bajingan itu meletakkan racun di jarumnya?!’ Dan Theo menerka dalam hati.Jika melihat dari efek di kakinya yang bengkak dan terus berdarah, sepertinya itu benar. Di jaman modern ini, memang sudah tidak banyak orang yang memakai jarum beracun untuk melukai lawan. Namun, Dan Theo pernah mendengar kasus serupa ini di Sociolla. Seorang anggota organisasi sekutu tewas, setelah mendapat serangan pisau beracun dari pembunuh bayaran. Dan Theo baru menemukan teknik yang mirip di San Carlo ini.‘Mungkinkah lelaki tadi malam anggota dari kelompok pembunuh bayaran itu? Orang-orang San Carlo tidak banyak yang mengetahui bahwa aku Big Boss Caligo. Jadi tidak mustahil lelaki itu berasal dari luar negeri. Aku harus menyelidikinya!’ batin Dan Theo mengedutkan alis. ‘Untuk luka ini, aku harus kembali ke Ratz dan menemui Dokter di sana.’Benar, Dokter yang dia bawa dari Sociolla pasti lebih tahu tentang racun itu.Saat itulah Annelies kembali menghampirinya sambil memakai pakaiannya lagi
“Sepertinya aku harus menjahit mulutmu agar tidak bicara sembarangan,” tutur Kaelus dengan wajah pucatnya.“Ehei! Memang apa yang aku katakan?” sahut Velos yang lantas menarik kursi untuk duduk.Lelaki itu tersenyum tipis, tapi lesung pipinya langsung terkuar.Dengan tangan terlipat ke depan dada, Velos pun melanjutkan. “Aku kan bicara fakta. Kakak memang cemas padanya. Dan dia orang yang berarti dalam hidup Kakak.”“Apa yang kau tahu, berandal? Uruslah hidupmu sendiri!” sambar Kaelus tak mau mengakui.“Cih! Semua orang tahu Kakak peduli pada wanita itu. Buktinya Kakak rela tertembak demi melindunginya. Kalaupun dia tidak berarti apapun dalam hidup Kakak, atau Kakak tidak punya perasaan padanya, untuk apa Kakak datang ke Giulio dan hampir terbakar di mobil itu?” Velos menohoknya dengan kenyataan.Kaelus pun bungkam. Dia berdehem lemas, lalu membuang pandangan ke samping.“Kau tidak pernah punya hubungan serius dengan wanita. Jadi kau tidak paham masalah ini,” katanya pelan.“Kakak mer
Anda Ingin Kabur Lagi?“Pergilah, aku sedang malas berdebat sekarang!” Kaelus berkata dengan sinisnya.Dia memiringkan tubuh memunggunggi Cloe, lalu menarik selimut menutup seluruh kepalanya.Cloe yang melihat itu, langsung mengernyit heran.‘Kenapa dia tiba-tiba begini? Memang dia anak kecil?’ batinnya menggeleng.Namun, wanita tersebut tak tahu saja, bahwa di bawah selimut itu Kaelus sedang merutuki diri sendiri.‘Sial! Kenapa dia harus ingat? Aku pikir saat itu dia sudah pingsan. Atau paling tidak, dia akan melupakannya karena baru sadar setelah tenggelam. Tapi apa ini? Bagaimana dia bisa tahu kalau aku bilang mencintai … aish, sialan! Kenapa aku harus mengatakannya? Benar-benar bodoh!’ Kaelus membatin penuh umpatan.Ya, tepat setelah pria itu tertembak dua kali dan ambruk menindih Cloe, dia memang mendengar Cloe terisak sambil bilang mencintainya. Kaelus yang saat itu takut kehilangan Cloe, tanpa dasar mengungkapkan isi hati, bahwa perasaanya juga sama.Namun sayang, kesadarannya
Kita Tidak Bisa Menunggu Lama LagiDan Theo kembali terbatuk dan kali ini darahnya keluar lebih banyak. Sensasi terbakar menyiksa dadanya, bahkan jantungnya pun berpacu cepat hingga membuatnya gemetaran.“Dan Theo, kau bisa mendengarku?!” Velos berkata buncah.Dia beralih pada Dokter yang berada di sebelah Dan Theo seraya berkata tegas. “Lakukan sesuatu! Kau tidak lihat dia muntah darah?!”Belum sampai menjawab, Rekan dokter lainnya mendatangi mereka. Dia tersentak melihat kondisi Dan Theo.“Big Boss!” tukasnya dengan manik membelalak tegang. “Apa yang terjadi pada Big Boss? Apa racunnya sudah menyebar?!”Dokter yang sejak tadi mendampingi Dan Theo, melirik dokumen yang dibawa rekannya.“Apa itu hasil lab darah Big Boss?” tanyanya menebak.“Benar, Dokter,” sahut rekannya tadi.Mendengar itu, Velos langsung menyabitnya. Setelah melihat hasil yang tertulis, rongga dada Velos seolah terbuka lebar. Dia tak bisa menyangkal lagi, karena Dan Theo memang positif terpapar racunpimina.“Ini sa
Wanita Ini Sangat Berani!“Dan Theo ….” Annelies hampir ambruk saat tak sengaja memikirkan sang suami diserang seseorang.Tangannya bertumpu pada lengan kursi, tapi saat melihat darah yang ada di lantai cukup banyak, malah semakin melemaskan kakinya.“Ti-tidak mungkin. Tidak mungkin sesuatu yang buruk terjadi padanya. Dan Theo baik-baik saja. Dan Theo tidak mungkin celaka,” tuturnya seiring napas yang semakin tercekat.Annelies pun menyugar belahan rambutnya karena frustasi. Meski sengaja mengatakan hal-hal positif, tapi isi kepalanya sangat berisik.‘Boboh! Harusnya aku tidak meninggalkan Dan Theo. Aku harusnya tetap menemaninya meski dia memaksaku untuk pergi!’ Annelies bergeming dalam batin.Dia tak bisa berhenti menyalahkan diri sendiri. Sebab terakhir kali Dan Theo sakit, pria itu sangat membutuhkannya. Tapi kenapa hari ini dirinya malah menuruti permintaan Dan Theo dan pergi bekerja hanya karena meeting evaluasi bulanan?Saat ituah tatapan Annelies tersita pada benda hitam keci
Tidak Salah Jika Aku Menikmati Tubuhnya‘Bukankah tidak masalah jika aku bermain dengannya dulu? Lagi pula dia juga akan mati, jadi tidak salah jika aku menikmati tubuhnya juga ‘kan?’ batin seorang lelaki bermasker hitam yang bertiarap di bawah kolong ranjang Annelies.Dirinya berniat keluar saat mengamati kaki jenjang Annelies dari sudut tersebut. Memang, dari kakinya saja sangat mulus. Pikiran kotor pria itu jadi penasaran bagian tubuh lainnya juga.Namun, saat dia hendak keluar, Annelies sudah lebih dulu berjalan ke kamar mandi. Si lelaki bisa melihat pantat montoknya sebelum Annelies menutup pintu kamar mandi.‘Sial! Wanita itu benar-benar membuatku gila!’ geming lelaki brengsek itu saat merasakan celananya sesak.Dia pun keluar dari kolong. Tangannya meraih bra dan celana dalam warna merah terang itu. Dari barang-barang pribadi tersebut, lelaki itu bisa mencium aroma tubuh Annelies yang masih menempel.‘Baguslah saat itu aku gagal membunuhnya di Cosmo Hotel. Kini aku bisa menjal
Kau yang Menguji KesabarankuPria misterius itu menuruni anakan tangga sambil mengacungkan pistol. Di tengah kegelapan, dirinya menyeringai puas melihat Annelies yang kalut.“Bagus! Menurutlah padaku, mungkin aku akan mengampuni nyawamu!” tukasnya berkuasa.Namun, Annelies tak akan mundah tunduk. Dia mencengkeram kuat alat sengat listrik dari, seraya berkata, “siapa yang mengirimmu?!”Mendengar pertanyaan itu, sontak meledakkan tawa lelaki bermasker tadi. Dia ingat betul bahwa Dan Theo juga menanyakan hal yang sama saat di Cosmo Hotel. Bisa-bisanya sekarang Annelies menggunakan kalimat yang sama. Entah kebetulan yang lucu, atau memang mereka ditakdirkan untuk sama. Namun, hal ini sungguh membuat pria misterius itu marah!“Dengarkan aku, jalang cantik. Tidurlah bersamaku satu malam saja. Aku janji tidak akan bermain kasar. Jika kau patuh, aku akan melepaskanmu esok harinya,” katanya berlagak membujuk. “Aku janji. Sepanjang pekerjaanku, aku tidak pernah berjanji seperti ini. Tapi karen
*** Markas Blackhole. Para anggota Balckhole tengah menegang. Logan yang melakukan sidak malam ini sungguh membuat jantung berpacu kencang, karena mendapat surat ancaman perang dari anak buah Logan. “Sial! Apa mereka tidak tahu seperti apa geng Blackhole yang sebenarnya, hah?” sentaknya menghujam penuh amarah. Master geng yang gahar itu tak segan membakar manusia hidup-hidup dalam perapian, hanya karena suasana hatinya memburuk. Entah iblis mana yang memacu persaingan dengannya, Logan yang pada dasarnya amat kejam itu menyusun rencana apik untuk kembali menyerang kutu-kutu pengusik. “Kalian semua bersiaplah, kita akan memulai perang besar!” tedasnya pelan nan mengancam. Ultimatum yang tersiar itu langsung membuat para antek Blackhole melongo penuh debar. Namun di saat yang bersamaan, mereka pun tak sabar karena sudah lama tidak berolahraga. Tak terkecuali Casper, lelaki itu lantas menyeret Lewis menuju tempat sepi untuk memberi kiat dalam peperangan. Ya, Logan sudah meminta put
“Jika seseorang tidak mau aku bergabung, maka aku tidak akan ikut, Kak Annelies. Terima kasih sudah menawariku.” Blair berujar penuh sindiran untuk Velos. “Kalau begitu permisi, kalian harus menikmati liburan di sini.”Wanita itu hendak mangkir, tapi Annelies langsung menahan tangannya.“Kenapa buru-buru? Lagi pula tidak ada yang menolakmu bergabung,” katanya.“Ya, kecuali satu orang, Kak!” sahut Blair yang terang-terangan menatap Velos.Pria tersebut malah menaikkan sebelah alisnya. Meski raut wajahnya datar, tapi seperti meremehkan Blair. Dan itu membuat sang wanita amat kesal.Annelies yang mengikuti arah tatapan Blair, lantas bertanya, “maksudmu Velos?”“Apa kau keberatan kalau Nona Blair bergabung?” tanya istri Dan Theo itu terang-terangan.Sebelum Velos menimpali, dia bisa merasakan tekanan dari Annelies. Bahkan saat dirinya melirik Dan Theo, Kaelus dan juga Cloe, semuanya seakan memintanya berkata tidak.“Aish, kalian benar-benar!” desis Velos yang lantas membuang pandangan. “K
“Oh? Bukankah Anda … adik Tuan Frans dari Cosmo Group?” ujar Annelies sambil merapatkan alisnya.Lawan bincangnya bangkit dengan senyum binar. “Ya, aku Blair. Senangnya, ternyata Kak Annelies masih mengingatku!”Annelies balas tersenyum.“Tentu saja saya ingat. Anda dan Tuan Frans sangat membantu saya saat itu. Terima kasih, Nona Blair,” katanya.Ya, pertama kali Annelies bertemu Blair ketika Frans membawanya ke rumah. Itu saat seseorang menyerang Annelies di penthousenya dan sang suami sedang sekarat di markas Ratz.“Ehei, tolong jangan bicara terlalu formal padaku. Aku ingin lebih dekat dengan Kak Annelies,” balas adik Frans tersebut.Maniknya bergulir pada Dan Theo di sebelah Annelies, lalu melanjutkan. “Omong-omong, siapa pria di samping Kak Annelies?”“Dia suamiku, Dan Theo,” sahut Annelies yang lantas menggandeng lengan pria itu.Dia tahu raut wajah Dan Theo berubah masam saat dirinya menyebut nama Frans tadi. Jadi Annelies berusaha meredam rasa cemburu suaminya tersebut.“Ah …
“Dasar mesum! Cepat pergi atau aku akan memanggil petugas keamanan!” Wanita itu mengancam tegas.Velos yang masih berdiri di dekat pintu seketika mengernyit heran.Tanpa mau mengalah, dia justru berkata, “harusnya Anda yang keluar. Ini kamar saya. Kenapa Anda bisa masuk ke sini?”Sang wanita mengerjap dengan manik lebar.“Apa kau gila? Sejak kapan ini jadi kamarmu, hah?!” decaknya yang lantas menyugar rambut basahnya dengan frustasi. “Hei, dengarlah bajingan mesum!”“Apa? Bajingan mesum?!” Velos menyatukan alisnya. “Nona—”“Kau pikir aku tidak bisa menghadapimu? Brengsek sepertimu harus diberi pelajaran agar tahu batasan. Jangan kau kira aku wanita lemah yang akan ketakutan dan tunduk padamu!” sambar wanita tersebut seraya mengangkat dagunya angkuh. “Aku akan hitung sampai tiga. Jika kau tidak keluar, maka kau akan menyesal!”Sorot matanya terpampang tajam, tapi entah mengapa malah serasa menantang Velos.“Menarik. Saya jadi penasaran, apa yang akan Anda lakukan, Nona?” tukas Velos kem
“Bagaimana bisa semuanya ada di sini?” Annelies bertanya dengan manik binar.Ya, di luar gedung L&F Company, Butler bersaudara sudah ada di sana. Bahkan Cloe juga. “Selamat atas pengangkatan Anda, Direktur. Ah, tunggu. Harusnya sekarang saya memanggil Anda, Nyonya Komisaris,” tutur Cloe seiring kedua alisnya yang naik ke atas. Annelies seketika tersenyum, lalu menimpali, “panggil senyamannya Anda, Nona Cloe.”“Tapi, kenapa semuanya berkumpul di sini?” Annelies bergantian melirik Kaelus dan Velos. Dan Theo yang berada di sebelahnya pun merengkuh pinggangnya dan lantas menjawab, “ke depannya kau pasti sibuk mengurus perusahaan. Sebelum itu, mari kita nikmati waktu bersantai dengan liburan bersama, istriku.”“Ah … jadi ini rencanamu?” sahut Annelies yang memicu sebelah alis suaminya terangkat. Dan Theo pun mendekati wajah sang istri sambil berbisik, “bukankah aku hebat dalam menyiapkan kejutan?”“Kau yang terbaik!” balas Annelies yang tak ragu mengecup pipinya.“Kenapa hanya di pipi?
Ekspresi binar di wajah Annelies seketika lenyap setelah menerima telepon. Jelas sekali ada sesuatu yang mengusiknya.Dan Theo yang penasaran pun bertanya, “ada masalah apa, istriku?”“Aku harus pergi. Tolong temani aku, Dan Theo,” sahut Annelies saat berpaling pada suaminya. Usai bersiap-siap, mereka lantas menuju L&F Hotel. Sudah lama Annelies tak mengunjungi hotel keluarganya tersebut. Hotel itu hampir bangkrut, tapi beberapa minggu terakhir managementnya telah diperbarui Lewis sebelum pemuda tersebut masuk penjara.Ya, jika saja Lewis menekuninya, mungkin L&F Hotel akan kembali berjaya. Sayangnya dia harus menjadi korban keserakahan Logan dan berakhir meregang nyawa.Begitu tiba di hotel tersebut, Annelies pun masuk sambil menggandeng lengan Dan Theo.“Selamat datang, Nyonya, Tuan,” tutur seorang Resepsionis menyapa. “Tuan Dave sudah menunggu di ruang VIP.”Benar, orang yang membuat Annelies datang ke hotel ini memang Dave. Padahal sebelumnya Annelies memutuskan tak ingin berhubu
“Katakan, Dan Theo! Apa maksudmu sebenarnya?!” Annelies menuntut penjelasan seiring nadanya yang kian menekan.Telinganya jelas mendengar bahwa Dan Theo ingin mengakhiri hubungan, tapi wanita itu tak mau berasumsi tanpa tau alasan di balik semua ini.Dengan wajah tegang, dia kembali berkata, “kau akan tetap diam?!”Tangannya meraih lembaran dokumen di meja. Sepasang alisnya seketika mendapuk saat membaca isinya.“Hah … ini?”“Robeklah!” Dan Theo menyahut tegas.Annelies kembali menatapnya. Ekspresi muramnya berangsur binar saat mendapati titah itu. Hingga tanpa ragu, Annelies pun merobek lembaran dokumen tersebut tepat di hadapan Dan Theo.“Hubungan kontrak kita resmi berakhir, Dan Theo. Mari kita mulai hubungan baru tanpa batas waktu!” tutur wanita itu memandang lekat.Ya, itu memang dokumen perjanjian satu tahun pernikahan mereka. Jika sesuai kontrak, maka harusnya Dan Theo dan Annelies akan berpisah. Tapi keduanya tak menyangka, dalam waktu sesingkat itu hubungan mereka jadi tak te
Alih-alih menjawab dengan ucapan, Dan Theo malah menawarkan lengannya agar digandeng sang istri.“Kalau kau sangat ingin tahu, ayo kita berangkat sekarang,” tuturnya dengan nada rendah.“Cih!” Annelies membalas dengan desisan. “Kau sangaja membuatku semakin penasaran, ya? Dasar kekanakan!”Meski mengejeknya, tapi tak bisa disangkal Annelies malah kian tertarik. Dia lantas merengkuh lengan sang suami dan berjalan mengikuti langkah panjangnya.Mereka pun menyusuri jalanan Linberg dengan mobil Dan Theo. Setelah cukup lama berkendara, pria itu menghentikan mobilnya di depan PeterSoul. Ya sebelumnya Dan Theo sudah membuat reservasi di restoran bintang michelin tersebut.Annelies yang semula melihat keluar jendela, kini berpaling pada Dan Theo lagi.“Di sini sangat sulit mendapat meja. Kapan kau memesan tempat?” tanyanya. “Tidak sesulit itu, karena ini diriku,” sahut Dan Theo seiring sebelah alisnya yang naik ke atas.Lawan bincangnya menyeringai tipis. Dia mengamati Dan Theo mengitari dep
***Esok harinya, Annelies mendatangi rumah tahanan Linberg untuk menemui Logan. Dia sengaja datang sendiri dan tidak memberitahu Dan Theo. Jelas sekali sang suami akan melarang jika tahu Annelies pergi ke sana. Namun, Annelies harus memastikan sesuatu.Begitu Logan muncul, Annelies hanya menatapnya dengan sorot dingin.‘Dunia sudah mulai menghukumnya, ya?’ batin Annelies mengamati wajah Logan yang babak belur.Ya, agaknya para narapidana telah menghajarnya habis-habisan.“Hah … sial! Apa kau datang untuk menertawakanku?!” Logan berkata dengan sorot tajamnya. “Jangan pikir kau sudah menang. Aku tidak akan lama berada di sini!”Alih-alih menjawab, Annelies malah memamerkan seringai tipis.“Sepertinya kau masih tidak sadar dengan kenyataan. Kau sudah tamat. Kau akan membusuk di penjara ini!” Annelies bicara dengan ekspresi penuh dendam.“Tutup mulutmu, jalang sialan!” Logan mengumpat seiring tangannya yang memukul kaca pembatas.Annelies yang berada di sisi seberang, malah semakin terse
Annelies mengikuti Grace ke taman di area gedung pengadilan. Mereka duduk bersebelahan, sementara Dan Theo menunggu tak jauh dari sana. Ya, pria itu sengaja memberi privasi agar kedua wanita tadi bisa bicara leluasa.“Katakan, aku hanya punya waktu sepuluh menit untukmu!” Annelies berkata dengan ketusnya.“Aku tahu kau pasti marah padaku karena—”“Marah? Siapa yang bilang aku marah?” Annelies menyambar ucapan Grace sebelum tuntas.Wanita itu berpaling pada Grace dengan ekspresi dinginnya. “Aku tidak marah, tapi lebih tepatnya aku membencimu!”Benar, meski Grace punya andil besar dalam penuntutan Logan, tapi Annelies juga membencinya karena dia sengaja menyembunyikan fakta.“Kau tau Ayah dibunuh, bahkan tinggal dengan pembunuhnya. Kau yang hanya diam, tidak ada bedanya dengan Kak Logan!” pungkas Annelies dengan leher tegang. Wajah Grace berangsur pucat, kata-katanya pun seperti tersangkut di tenggorokan saat melihat tatapan Annelies yang penuh dendam.Dia perlahan menundukkan pandang