Ervin Adita POV Hari ini Luna mengajakku untuk pergi ke rumah orang tuanya. Namun ada yang berbeda ketika Luna mengatakannya, seperti ada raut wajah ketakutan yang aku lihat di dirinya. "Lun, apa kamu sudah tau gosip yang beredar sekarang tentang masa lalu aku?" Aku melihat Luna membelalakkan matanya di depanku dan dia tidak sanggup berkata kata. Itu sudah cukup menjadi jawaban bagiku. Aku hanya menganggukkan kepalaku kepada Luna. "Ya sudah, kita hadapi saja kenyataan yang ada. Ayo kita berangkat." Walau sebenarnya ada perasaan takut bertemu orang tua Luna namun aku tidak akan mengatakannya kepada Luna. Aku laki-laki dan aku adalah suami, bagaimanapun aku harus bisa lebih kuat dan mampu melindungi Luna apapun yang terjadi di rumah tangga kami. Aku menggandeng Luna menuju garasi mobil yang ada di rumah. Aku Bukakan pintu mobil untuk Luna. Setelah Luna masuk, aku tutup pintu itu dan aku berjalan menuju sisi pengemudi. Dalam setiap langkah menuju sisi pengemudi aku mengambil nafas
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Aku tidak menyangka jika aku akan memiliki keberanian untuk mengungkapkan apa yang aku rasakan selama ini kepada Papa. Awalnya aku tidak berniat untuk membongkar kebobrokan rumah tangga orangtuaku di depan Ervin. Karena semua itu adalah aib yang harus di tutupi walau itu dari Ervin, suamiku sendiri. Namun rasanya aku tidak kuat menahan semuanya hingga aku akhirnya mengatakannya. Aku yakin Ruben kaget mendengar kata-kata yang meluncur dari bibirku. Karena selama ini Mama selalu menyembunyikan itu semua dari anak anaknya. Aku pun mengetahui perselingkuhan Papa karena Hilda yang memergoki Papa keluar dari salah satu kamar hotel di Bali 6 tahun lalu dan atas permintaan dariku, Hilda akhirnya menyelidiki itu semua untukku. Pada akhirnya setelah 6 tahun aku simpan semuanya, kini aku lega karena aku bisa mengungkapkan kebenaran di depan mata papa. Aku tidak akan menuruti keinginan papa untuk meninggalkan Ervin. Bagaimanapun sudah seharusnya aku mengabdikan
Ervin Aditya POV Aku harus banyak bersabar kali ini, karena sepertinya Luna sedang tidak dalam kondisi yang baik. Emosinya masih meluap luap laksana gunung berapi yang sedang meletus dan orang orang yang hidup di sekitarnya sedang merasakan efeknya dan itulah yang sedang aku alami saat ini. Aku tidak pernah memprediksi bahwa Luna akan semurka ini ketika aku memaparkan keputusanku menerima tawaran Max dan Megan untuk ke Paris. Padahal dulu Luna menyetujuinya dan dengan entengnya ia mengatakan bahwa kami bisa melakukannya dengan long distance marriage, bahkan Luna akan menghandle operasional kedai kopi milikku. Namun kini justru ia yang sepertinya keberatan. Jika saja aku tidak diminta keluarganya untuk membuktikan bahwa aku memang pantas menjadi suaminya, aku akan memilih untuk berada di dekatnya, menemaninya menjalani seluruh sisa hidupnya. Tapi sebagai laki-laki yang di nilai sebelah mata oleh keluarganya, bahkan di tuduh hidup enak hanya karena menikahinya, aku harus membuktikan
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Apakah aku memang di takdirkan menjadi pihak yang selalu harus mengerti tanpa pernah mencoba di mengerti. Karena pada kenyataannya kini Ervin lah yang memintaku untuk mengerti dan memahami keputusannya untuk pergi ke Paris selama 2 sampai 3 tahun ke depan. Walau itu belum sampai ratusan purnama namun tetap saja, long distance marriage bukan perkara yang mudah untuk di jalani. Tidak banyak pasangan yang bisa bertahan tanpa tergoda sama sekali. Apalagi mengingat track record Ervin dalam berhubungan dengan wanita. Tapi aku memang tidak bisa memaksanya harus tetap bersamaku jika memang itu keinginannya. Setelah Ervin sering bolak balik Jakarta Jogja untuk mengurus birokrasi perijinannya sebelum berangkat ke Paris, akhirnya besok aku harus mengantarnya ke Bandara Soekarno Hatta. Malam ini kami menginap di rumah ibu di Jakarta. Aku tidak tau Ervin pergi kemana tadi siang, tapi ia baru pulang menjelang Maghrib. Aku tidak pernah mau menanyakan hal-hal detail
Ervin Aditya POV Siang ini aku pergi ke rumah Briona di daerah Kelapa Gading setelah aku mendapatkan alamat rumah tersebut dari Hilda. Walau aku harus mendapatkan ceramah panjang lebar dahulu sebelum aku bisa mendapatkan alamat rumah ini, namun akhirnya aku bisa sampai di sini dan aku bertemu dengan Papa Luna. Andai....Andai, menghajar orang yang kita sebut mertua itu tidak termasuk melanggar hukum, ingin rasanya aku menghajar laki-laki paruh baya di hadapanku ini sampai dirinya harus masuk ICU. Bagaimana bisa dia mengatakan bahwa ia melakukan ini semua karena istrinya sibuk dengan pekerjaannya dan lupa mengurus keluarga. Bedebah memang Papa Luna ini. Pantas saja Ruben begitu murka padanya bahkan tidak berniat mengundangnya di acara pernikahannya sebentar lagi yang kemungkinan besar tidak bisa aku hadiri. "Pa, saya titip Luna ke Papa. Tolong jaga Luna selama saya pergi 2 tahun ke depan. Saya akan jemput dia setelah saya memenuhi keinginan Papa." "Kamu yakin sanggup dengan syarat
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Pagi ini aku merasakan sakit yang lebih sakit daripada ketika aku pertama kali kehilangan keperawananku dulu. Aku tidak menyangka jika Ervin akan membombardir diriku di luar kebiasaannya. Bahkan sejak semalam aku belum tidur hingga pagi ini. Bodohnya kenapa aku menuruti keinginannya hanya untuk memberikan dosis sentuhan akhir yang menurut Ervin akan menjadi stoknya dua tahun ke depan ketika kami menjalani long distance marriage. Sungguh-sungguh gila, karena aku bisa menuruti kegilaan Ervin semalaman. Cupp.... Aku merasakan bibir Ervin mendarat di bibirku yang menjadi kebiasaannya untuk membangunkanku di pagi hari. "Morning sweet heart, wake up please." "No," kataku sambil menarik bedcover kembali sampai menutup wajahku. "Kalo kamu nggak bangun, aku serang lagi ini." Bugg.... Aku melemparkan bantal ke Ervin yang sayangnya tidak tepat sasaran karena bantal itu telah melayang ke lantai kamar kami. "Kamu makin ganas kayanya, Lun. Bikin pengen maka
Ervin Aditya POV Setelah penerbanganku selama hampir 18 jam, akhirnya aku sampai di Paris dan untuk pertama kalinya aku merasakan rasa hampa karena Luna tidak ada di sini menemaniku. Walau Max dan Megan memberikan apartemen yang cukup nyaman untuk aku tinggali, namun sebagai pria yang sudah beristri dan tiba tiba harus jauh dari istrinya, ini bukanlah hal yang mudah untuk di lalui. Hari pertama aku di sini aku merasakan jet lag yang membuatku belum sempat menghubungi Luna dan mengabarkan bila aku telah sampai di sini. Baru di hari kedua aku mulai merasakan efek jet lag hilang dan segera aku membuka Handphoneku. Hal pertama yang terlihat ketika membuka Handphponeku adalah foto Luna ketika kami biasa menghabiskan waktu santai berdua di rumah dengan bermain gitar dan bernyanyi bersama. Walau aku yakin suara kami hanya suara penyanyi rekaman kamar mandi, tapi kebiasaan ketika kami berdua itu mampu membuat kami dekat dan saling mengenal satu sama lain. Di samping itu kami juga merupakan
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Setelah satu bulan penuh dengan keribetan persiapan pernikahan Ruben dan Tiara yang akan digelar tidak kalah mewah dengan pernikahan Nada dan Juna, sekarang aku baru bisa bernafas sedikit lega karena kini aku sedang memanjakan diriku di salah satu Spa, sebelum besok acara lamaran dan midodareni akan di gelar. Ketika aku pergi ke spa, mau tidak mau aku selalu mengingat Ervin, karena Ervin lah yang sering mengajakku dan mentraktirku spa selama ini. Awal Ervin mengajakku spa, aku hanya bisa menahan tawaku, karena baru sekali ini di kehidupan nyataku aku menemukan pria yang selain hoby nge-gym juga hoby memanjakan diri ke salon dan spa. Memang aku akui karena kebiasaannya itu juga membuatku sangat menyukai tubuhnya yang bugar dan terawat, tetapi kadang kalo mengingat kebiasaannya yang hoby mengapeli salon, spa dan gym bisa membuatku tertawa geli sendiri. Dengan kelebihan dan kekurangan beserta keantikannya ternyata aku bisa menerima semua itu yang ada p
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Pagi ini aku bangun dengan badan yang lebih segar. Aku renggangkan kedua tanganku ke atas sambil pelan-pelan membuka mataku. Saat kedua mataku terbuka, aku menoleh ke sisi samping sebelah kiriku dan tidak aku temukan keberadaan Ervin di sana. Mataku langsung membelalak lebar. Pantas saja aku bisa bangun siang tanpa ada yang membangunkanku.Tanpa banyak bermalas-malasan di atas kasur, aku segera bangun dari atas ranjang. Sambil berjalan menuju ke arah kamar mandi, aku yg memanggil-manggil Ervin. "Vin.... Ervin.... Where are you?"Tidak ada tanggapan dari Ervin yang sama saja artinya dengan dia tidak ada di kamar ini. Rasa penasaran mulai muncul di dalam hatiku. Kini setelah aku selesai mencuci muka dan menggosok gigi, aku keluar dari dalam kamar. Sebelum keluar dari kamar, aku mengganti pakaian yang aku kenakan dengan kaos oblong berwarna putih yang oversize dan hotpants berwarna hitam polos. Selesai berganti pakaian, aku mencoba mencari Ervin di seki
Ervin Aditya POVSepertinya hidup memang tidak akan pernah lengkap tanpa adanya masalah yang hadir di dalamnya. Begitupula dengan kehidupan rumah tanggaku dan Luna. Aku bersyukur karena kehidupan rumah tangga kami berjalan lancar walau sesekali kami sering berbeda pandangan serta pendapat. Selama ini kami masih bisa menyelesaikan semua itu berdua dengan kepala dingin. Cobaan rumah tangga kami justru datang dari keluarga serta orang-orang disekitar kami. Mulai dari Papa Risnawan yang memutuskan menikah lagi, hingga aku harus berusaha membuat Luna tetap tegar menghadapi semua ini dan seperti informasi yang baru saja Jani kirimkan kepadaku.Jani : Mas, aku sudah enggak kuat rasanya. Mau nangis sekarang tapi air mataku sudah habis. Aku mengernyitkan kening ketika membaca pesan dari Jani malam ini. Selama ini aku berusaha untuk tidak pernah mencampuri rumah tangga Jani serta Bayu. Terlebih mereka sudah tinggal bersama sejak ibu meninggal dunia beberapa tahun lalu. Aku berpikir jika mereka
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV"Kita pulang yuk, Vin?" Ajakku kepada Ervin setelah rasanya kami sudah cukup lama berada di warung ini. "Masa langsung pulang sih, Lun. Kita jalan-jalan dulu lah mumpung masih di Bali.""Mau nyari apa lagi? Makan? Udah kenyang. Baju? Di lemari sudah banyak.""Ya pingin aja gitu jalan-jalan kaya orang pacaran."Nasib, oh, nasib....Beginilah jika punya pasangan seperti Ervin yang tidak bisa diajak duduk santai di rumah setiap kali sedang berlibur. Ervin adalah tipikal orang yang tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk duduk di dalam villa atau hotel saja. Hanya sekali ia begitu sulit diajak jalan-jalan ketika kami berlibur berdua. Itu adalah ketika kami honeymoon ke Austria. "Ingat, buntut sudah ada satu, Vin. Aku aja rasanya kangen banget sama Eric.""Sama, Lun. Tapi kita memang butuh waktu untuk berdua dan menikmati kehadiran satu sama lain tanpa ada pengganggu. Jangan sampai kita kalah sama Papa dan Lolanya Eric."Aku tertawa di hadapan Ervin. Ya, te
Ervin Aditya POVMisi untuk mengajak Luna menikmati waktu kami berdua di Bali cukup sukses aku lakukan. Apalagi sejak sampai di Bali kami langsung aktif bersilaturahmi di atas ranjang. Tidak hanya di atas ranjang seluruhnya juga sih, lebih tepatnya kami melakukannya di seluruh penjuru kamar sejak siang sampai sore hari. Bahkan matahari yang mulai pulang ke peraduannya pun bisa aku lihat dari jendela kamar ini. Saat aku menoleh ke arah Luna, aku bisa melihatnya yang sudah tidur dengan mulut sedikit terbuka. Mulutnya bahkan telah membaut aliran air terjun hingga membentuk gugusan pulau baru di atas bantal yang ia tiduri. Aku tersenyum saat melihatnya. Sepertinya istriku cukup lelah dengan aktivitas bercinta kami berdua sejak sampai di villa ini. Kini aku memilih untuk bangun dari ranjang dan membiarkan Luna untuk menikmati waktu istirahatnya. Aku berjalan menuju ke kamar mandi dan melakukan mandi junub. Sudah saatnya melakukan kewajibanku di dunia ini sebagai seorang umat dari Tuhan.
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVAku kembali menginjakkan kakiku siang ini di Bandara Ngurah Rai, Denpasar bersama Ervin. Ya, hari ini kami langsung terbang ke pulau Dewata ini sekedar untuk merasakan liburan kami berdua lagi tanpa kehadiran Eric. Tentu saja Eric kami titipkan kepada Mamaku. Walau sebenarnya aku paling tidak tega menitipkan Eric kepada Mama, namun Mama terlebih Eric terlihat senang-senang saja. Tentu saja Eric senang, apalagi Mama terlalu memanjakan dirinya sebagai seorang cucu tunggal."Hari ini rencananya kita mau ke mana, Lun?""Terserah kamu saja, Vin.""Jangan gitu dong, Lun. Soalnya aku paling enggak bisa kalo kamu bilang terserah. Nanti seenak udel aku bikin jadwal, kamu cemberut."Aku tersenyum ke arahnya dan aku gelengkan kepalaku."Enggak, tenang aja. Tapi aku rasa kita lebih baik pulang dulu ke villa-ku yang ada di Canggu."Aku tahu wajah Ervin tampak tidak bersemangat karena sebenarnya dirinya yang sudah membuatkan aku sebuah villa di Bali dengan hasil ker
Ervin Aditya POVAku sengaja mengajak Luna menuju ke kamar kami yang ada di lantai empat. Bukan tanpa alasan aku mengajaknya ke kamar. Tentu saja itu harus aku lakukan karena aku memiliki hal-hal yang sangat privasi untuk dibicarakan sedangkan tadi kami tidak memiliki tempat yang layak untuk melakukan itu. Saat kami sudah berada di dalam kamar hotel, Luna memilih untuk duduk di pinggiran ranjang berukuran king yang ada di dalam kamar kami. Aku memilih duduk di sampingnya. Saat aku duduk di sampingnya, Luna sudah menatapku dengan tatapan lembutnya. "Ada apa, Vin?""Enggak, cuma pingin ngobrol sama kamu aja."Luna mengernyitkan keningnya. Aku tahu jika aku terdengar sangat absurd dan konyol saat ini namun aku berusaha untuk mengabaikannya. "Ngobrolin apa?""Ngobrolin tentang ketakutan kamu ketika aku melihat gown yang dipakai sama Kimaya tadi."Aku melihat Luna terdiam, kemungkinan ia tidak menyangka jika aku bisa tahu tentang isi hatinya. Tentu saja aku bisa tahu, lebih dari lima t
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVHari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Hari ini adalah hari resepsi pernikahan Kimaya dengan Papa akan digelar. Tidak ada keluarga besar dari Mama yang mendapatkan undangan satu pun. Namun lucunya Kimaya justru meminta Mama untuk hadir di acara ini. Aku kira Mama akan menolaknya, ternyata aku salah, yang ada Mama justru menyanggupi untuk datang ke acara ini. Entahlah, aku sedikit tidak paham dengan jalan pikiran Mama ini. Kini aku memilih duduk di sofa yang ada di dalam kamar hotel tempat Mama menginap. Aku perhatikan wajah Mama yang tampak sudah bisa tersenyum kembali. Tidak seperti awal-awal ketika menerima kabar jika Papa akan menikah dengan Kimaya. "Lun, kenapa kamu diam aja? Kamu lagi ada masalah sama Ervin?""Enggak, Ma. Aku baik-baik aja sama Ervin.""Terus kenapa kamu diam saja seperti itu? Muka kamu kelihatan mirip orang yang lagi banyak masalah hidup."Aku tersenyum kecil dan menggelengkan kepalaku pelan. Mama masih diam dan menunggu
Ervin Aditya POV"Papa...," Suara teriakan Eric memanggil namaku membuatku tersenyum lebar. Cepat-cepat aku turun dari mobil Mama Kartika diikuti Luna setelahnya. Saat Eric sampai di dekatku dan langsung mendekap tubuhku, itu membuatku merasa terharu. Dari semua panggilan yang pernah aku terima, bagiku panggilan paling membuatku bahagia adalah panggilan dari Eric. Ia yang memanggil diriku dengan sebutan Papa merupakan panggilan yang paling indah di telingaku. Saat Eric mengurai pelukannya kepadaku, aku membungkuk untuk mengangkatnya. Saat ia sudah ada dalam gendonganku lalu menghujaniku dengan kecupan-kecupan kecilnya, aku memilih memejamkan mataku sambil tertawa kecil karena aku sedikit merasa geli. "Ric, biarin Papa masuk dulu." Suara Mama Kartika membuat Eric berhenti menghujaniku dengan kecupan-kecupan kecilnya. Saat aku membuka mataku, di hadapanku sudah ada Luna yang sedang memberi salam kepada Mamanya. Setelah ia selesai memberi salam kepada Mama Kartika, Luna membalikkan tu
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVHari ini aku belum bisa pulang ke Jogja walau aku sudah ingin memeluk Eric kembali. Walau Ervin mengatakan jika ia juga merasakan hal yang sama denganku, namun aku tidak percaya dengan kata-katanya begitu saja. Kenyataanya semalam dia mengajakku bercinta kembali hanya karena tidak bisa tidur dan rindu untuk memeluk anaknya. Sungguh tidak nyambung, tapi aku tidak mau berdebat dengan dirinya. Mau tidak mau jika suami sudah meminta jatah nafkah batinnya, aku pun harus siap untuk melayaninya. Selain itu juga aku selalu berharap jika aku tak pernah menolaknya, maka itu akan memperkecil kemungkinan Ervin melakukan perelingkuhan dengan wanita lain di luar rumah. Walau pada kenyataannya pilihan untuk berselingkuh atau tetap setia kepada pasangan adalah pilihan yang bisa diambil orang itu sendiri. Bagiku tidak ada perselingkuhan itu karena khilaf. Tentu saja orang yang melakukan perselingkuhan sudah sadar serta tahu jika apa yang dirinya lakukan adalah salah d