Ervin Aditya POV Aku harus banyak bersabar kali ini, karena sepertinya Luna sedang tidak dalam kondisi yang baik. Emosinya masih meluap luap laksana gunung berapi yang sedang meletus dan orang orang yang hidup di sekitarnya sedang merasakan efeknya dan itulah yang sedang aku alami saat ini. Aku tidak pernah memprediksi bahwa Luna akan semurka ini ketika aku memaparkan keputusanku menerima tawaran Max dan Megan untuk ke Paris. Padahal dulu Luna menyetujuinya dan dengan entengnya ia mengatakan bahwa kami bisa melakukannya dengan long distance marriage, bahkan Luna akan menghandle operasional kedai kopi milikku. Namun kini justru ia yang sepertinya keberatan. Jika saja aku tidak diminta keluarganya untuk membuktikan bahwa aku memang pantas menjadi suaminya, aku akan memilih untuk berada di dekatnya, menemaninya menjalani seluruh sisa hidupnya. Tapi sebagai laki-laki yang di nilai sebelah mata oleh keluarganya, bahkan di tuduh hidup enak hanya karena menikahinya, aku harus membuktikan
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Apakah aku memang di takdirkan menjadi pihak yang selalu harus mengerti tanpa pernah mencoba di mengerti. Karena pada kenyataannya kini Ervin lah yang memintaku untuk mengerti dan memahami keputusannya untuk pergi ke Paris selama 2 sampai 3 tahun ke depan. Walau itu belum sampai ratusan purnama namun tetap saja, long distance marriage bukan perkara yang mudah untuk di jalani. Tidak banyak pasangan yang bisa bertahan tanpa tergoda sama sekali. Apalagi mengingat track record Ervin dalam berhubungan dengan wanita. Tapi aku memang tidak bisa memaksanya harus tetap bersamaku jika memang itu keinginannya. Setelah Ervin sering bolak balik Jakarta Jogja untuk mengurus birokrasi perijinannya sebelum berangkat ke Paris, akhirnya besok aku harus mengantarnya ke Bandara Soekarno Hatta. Malam ini kami menginap di rumah ibu di Jakarta. Aku tidak tau Ervin pergi kemana tadi siang, tapi ia baru pulang menjelang Maghrib. Aku tidak pernah mau menanyakan hal-hal detail
Ervin Aditya POV Siang ini aku pergi ke rumah Briona di daerah Kelapa Gading setelah aku mendapatkan alamat rumah tersebut dari Hilda. Walau aku harus mendapatkan ceramah panjang lebar dahulu sebelum aku bisa mendapatkan alamat rumah ini, namun akhirnya aku bisa sampai di sini dan aku bertemu dengan Papa Luna. Andai....Andai, menghajar orang yang kita sebut mertua itu tidak termasuk melanggar hukum, ingin rasanya aku menghajar laki-laki paruh baya di hadapanku ini sampai dirinya harus masuk ICU. Bagaimana bisa dia mengatakan bahwa ia melakukan ini semua karena istrinya sibuk dengan pekerjaannya dan lupa mengurus keluarga. Bedebah memang Papa Luna ini. Pantas saja Ruben begitu murka padanya bahkan tidak berniat mengundangnya di acara pernikahannya sebentar lagi yang kemungkinan besar tidak bisa aku hadiri. "Pa, saya titip Luna ke Papa. Tolong jaga Luna selama saya pergi 2 tahun ke depan. Saya akan jemput dia setelah saya memenuhi keinginan Papa." "Kamu yakin sanggup dengan syarat
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Pagi ini aku merasakan sakit yang lebih sakit daripada ketika aku pertama kali kehilangan keperawananku dulu. Aku tidak menyangka jika Ervin akan membombardir diriku di luar kebiasaannya. Bahkan sejak semalam aku belum tidur hingga pagi ini. Bodohnya kenapa aku menuruti keinginannya hanya untuk memberikan dosis sentuhan akhir yang menurut Ervin akan menjadi stoknya dua tahun ke depan ketika kami menjalani long distance marriage. Sungguh-sungguh gila, karena aku bisa menuruti kegilaan Ervin semalaman. Cupp.... Aku merasakan bibir Ervin mendarat di bibirku yang menjadi kebiasaannya untuk membangunkanku di pagi hari. "Morning sweet heart, wake up please." "No," kataku sambil menarik bedcover kembali sampai menutup wajahku. "Kalo kamu nggak bangun, aku serang lagi ini." Bugg.... Aku melemparkan bantal ke Ervin yang sayangnya tidak tepat sasaran karena bantal itu telah melayang ke lantai kamar kami. "Kamu makin ganas kayanya, Lun. Bikin pengen maka
Ervin Aditya POV Setelah penerbanganku selama hampir 18 jam, akhirnya aku sampai di Paris dan untuk pertama kalinya aku merasakan rasa hampa karena Luna tidak ada di sini menemaniku. Walau Max dan Megan memberikan apartemen yang cukup nyaman untuk aku tinggali, namun sebagai pria yang sudah beristri dan tiba tiba harus jauh dari istrinya, ini bukanlah hal yang mudah untuk di lalui. Hari pertama aku di sini aku merasakan jet lag yang membuatku belum sempat menghubungi Luna dan mengabarkan bila aku telah sampai di sini. Baru di hari kedua aku mulai merasakan efek jet lag hilang dan segera aku membuka Handphoneku. Hal pertama yang terlihat ketika membuka Handphponeku adalah foto Luna ketika kami biasa menghabiskan waktu santai berdua di rumah dengan bermain gitar dan bernyanyi bersama. Walau aku yakin suara kami hanya suara penyanyi rekaman kamar mandi, tapi kebiasaan ketika kami berdua itu mampu membuat kami dekat dan saling mengenal satu sama lain. Di samping itu kami juga merupakan
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Setelah satu bulan penuh dengan keribetan persiapan pernikahan Ruben dan Tiara yang akan digelar tidak kalah mewah dengan pernikahan Nada dan Juna, sekarang aku baru bisa bernafas sedikit lega karena kini aku sedang memanjakan diriku di salah satu Spa, sebelum besok acara lamaran dan midodareni akan di gelar. Ketika aku pergi ke spa, mau tidak mau aku selalu mengingat Ervin, karena Ervin lah yang sering mengajakku dan mentraktirku spa selama ini. Awal Ervin mengajakku spa, aku hanya bisa menahan tawaku, karena baru sekali ini di kehidupan nyataku aku menemukan pria yang selain hoby nge-gym juga hoby memanjakan diri ke salon dan spa. Memang aku akui karena kebiasaannya itu juga membuatku sangat menyukai tubuhnya yang bugar dan terawat, tetapi kadang kalo mengingat kebiasaannya yang hoby mengapeli salon, spa dan gym bisa membuatku tertawa geli sendiri. Dengan kelebihan dan kekurangan beserta keantikannya ternyata aku bisa menerima semua itu yang ada p
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Pagi ini acara ijab qobul pernikahan Ruben dan Tiara akan di gelar di hotel yang sama dengan Nada melakukan ijab qobulnya karena Tiara tidak mau pusing pusing memikirkan konsep pernikahannya, dia dan Ruben hanya meminta untuk acara resepsi dengan tema bunga sakura, karena cinta mereka bersemi di negri matahari terbit. Jadi aku harus memutar otak bagaimana menghadirkan taman sakura yang sedang bermekaran di resepsi pernikahan adikku sendiri. Namun untuk acara ijab qobulnya karena mereka hanya pasrah saja, maka aku memilihkan konsep mewah namun elegan. Dengan konsep make up modern maka aku tidak terlalu pusing menyesuaikan semuanya. Hari ini posisi Ervin juga di gantikan oleh Adam yang mendampingiku. Setidaknya aku bersyukur masih memiliki sepupu bujang yang lumayan berkelas ini untuk mendampingiku di acara pernikahan Ruben. "Kasian ya Mbak, Mas Ervin," kata Adam ketika kami telah duduk di deretan kursi keluarga. "Kenapa?" "Ganteng ganteng masa stu
Ervin Aditya POV Setelah dari event malam ini seharusnya aku ikut dengan teman temanku merayakan kesuksesan fashion week kali ini. Namun karena kondisi fisikku yang sedang sedikit flu dan demam sejak tadi pagi, aku memilih pulang ke apartemenku. Andai saat ini ada istriku, aku yakin akan ada orang yang mengurusku walau hanya membuatkan teh. Karena aku tau, Luna kurang cekatan dan ahli dalam hal rawat merawat. Aku berjalan keluar dari lift hingga aku seperti merasa sedang berhalusinasi karena melihat kehadiran wanita yang mirip Luna dengan balutan gaun hitam, rambut panjangnya di gerai dengan kulit eksotisnya. Karena tidak mungkin Luna ada disini, aku yakin ini hanya halusinasiku saja. Aku tetap berjalan melewati halusinasiku. Ketika aku baru saja membuka pintu, halusinasiku masih tidak pergi dari tembok dekat pintu apartemenku. "Vin," Ketika mendengarnya memanggil namaku, aku langsung mengangkat pandanganku dan aku tatap matanya. "Istri jauh-jauh ke sini bisa bisanya kamu cueki