Ervin Aditya POV Setelah penerbanganku selama hampir 18 jam, akhirnya aku sampai di Paris dan untuk pertama kalinya aku merasakan rasa hampa karena Luna tidak ada di sini menemaniku. Walau Max dan Megan memberikan apartemen yang cukup nyaman untuk aku tinggali, namun sebagai pria yang sudah beristri dan tiba tiba harus jauh dari istrinya, ini bukanlah hal yang mudah untuk di lalui. Hari pertama aku di sini aku merasakan jet lag yang membuatku belum sempat menghubungi Luna dan mengabarkan bila aku telah sampai di sini. Baru di hari kedua aku mulai merasakan efek jet lag hilang dan segera aku membuka Handphoneku. Hal pertama yang terlihat ketika membuka Handphponeku adalah foto Luna ketika kami biasa menghabiskan waktu santai berdua di rumah dengan bermain gitar dan bernyanyi bersama. Walau aku yakin suara kami hanya suara penyanyi rekaman kamar mandi, tapi kebiasaan ketika kami berdua itu mampu membuat kami dekat dan saling mengenal satu sama lain. Di samping itu kami juga merupakan
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Setelah satu bulan penuh dengan keribetan persiapan pernikahan Ruben dan Tiara yang akan digelar tidak kalah mewah dengan pernikahan Nada dan Juna, sekarang aku baru bisa bernafas sedikit lega karena kini aku sedang memanjakan diriku di salah satu Spa, sebelum besok acara lamaran dan midodareni akan di gelar. Ketika aku pergi ke spa, mau tidak mau aku selalu mengingat Ervin, karena Ervin lah yang sering mengajakku dan mentraktirku spa selama ini. Awal Ervin mengajakku spa, aku hanya bisa menahan tawaku, karena baru sekali ini di kehidupan nyataku aku menemukan pria yang selain hoby nge-gym juga hoby memanjakan diri ke salon dan spa. Memang aku akui karena kebiasaannya itu juga membuatku sangat menyukai tubuhnya yang bugar dan terawat, tetapi kadang kalo mengingat kebiasaannya yang hoby mengapeli salon, spa dan gym bisa membuatku tertawa geli sendiri. Dengan kelebihan dan kekurangan beserta keantikannya ternyata aku bisa menerima semua itu yang ada p
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Pagi ini acara ijab qobul pernikahan Ruben dan Tiara akan di gelar di hotel yang sama dengan Nada melakukan ijab qobulnya karena Tiara tidak mau pusing pusing memikirkan konsep pernikahannya, dia dan Ruben hanya meminta untuk acara resepsi dengan tema bunga sakura, karena cinta mereka bersemi di negri matahari terbit. Jadi aku harus memutar otak bagaimana menghadirkan taman sakura yang sedang bermekaran di resepsi pernikahan adikku sendiri. Namun untuk acara ijab qobulnya karena mereka hanya pasrah saja, maka aku memilihkan konsep mewah namun elegan. Dengan konsep make up modern maka aku tidak terlalu pusing menyesuaikan semuanya. Hari ini posisi Ervin juga di gantikan oleh Adam yang mendampingiku. Setidaknya aku bersyukur masih memiliki sepupu bujang yang lumayan berkelas ini untuk mendampingiku di acara pernikahan Ruben. "Kasian ya Mbak, Mas Ervin," kata Adam ketika kami telah duduk di deretan kursi keluarga. "Kenapa?" "Ganteng ganteng masa stu
Ervin Aditya POV Setelah dari event malam ini seharusnya aku ikut dengan teman temanku merayakan kesuksesan fashion week kali ini. Namun karena kondisi fisikku yang sedang sedikit flu dan demam sejak tadi pagi, aku memilih pulang ke apartemenku. Andai saat ini ada istriku, aku yakin akan ada orang yang mengurusku walau hanya membuatkan teh. Karena aku tau, Luna kurang cekatan dan ahli dalam hal rawat merawat. Aku berjalan keluar dari lift hingga aku seperti merasa sedang berhalusinasi karena melihat kehadiran wanita yang mirip Luna dengan balutan gaun hitam, rambut panjangnya di gerai dengan kulit eksotisnya. Karena tidak mungkin Luna ada disini, aku yakin ini hanya halusinasiku saja. Aku tetap berjalan melewati halusinasiku. Ketika aku baru saja membuka pintu, halusinasiku masih tidak pergi dari tembok dekat pintu apartemenku. "Vin," Ketika mendengarnya memanggil namaku, aku langsung mengangkat pandanganku dan aku tatap matanya. "Istri jauh-jauh ke sini bisa bisanya kamu cueki
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Semalam Ervin benar-benar membuatku tidak tidur karena dia terus menggempurku dengan mambabi buta hingga aku benar benar pasrah dan ambruk di ranjang. Kini untuk berjalan di kamar mandi saja aku harus di bantu oleh Ervin. "Vin, besok-besok aku nggak mau sampai kaya gini lagi," kataku ketika Ervin baru saja mendudukkanku di sofa setelah aku baru saja pipis di kamar mandi. "Iya besok nggak, tapi nanti lagi ya, aku masih kangen sama kamu." Aku benar-benar menghela nafasku karena menghadapi tingkah laku Ervin sejak tadi. Kali ini aku berharap Tuhan mengirimkan malaikat kepadaku untuk menolong diriku dari siksaan gairah Ervin yang terlalu meluap luap seperti gunung berapi yang baru saja meletus ini. "Vin, aku sudah sakit banget buat jalan ini, kamu masih belum puas?" "Aku nggak akan pernah puas untuk mengeksplorasi tubuh kamu seumur hidupku. Karena aku tau, kamu juga menikmatinya." "Okay, fine, tapi buat hari ini kita stop, ya?" "Okay, lanjut di A
Ervin Aditya POV Bahagia versiku itu cukup sederhana, asal aku bisa bersama istriku dan melakukan segalanya berdua bersamanya saja itu sudah cukup. Aku akui aku terlalu bersemangat semalam hingga aku menggempurnya tanpa jeda. Walau aku sedikit merasa bersalah, namun melihat Luna berkali kali mendapatkan klimaksnya mampu membuatku terus bersemangat untuk melakukannya lagi dan lagi. Bahkan karena semalaman aku menggempur Luna, pagi ini Luna sampai kesulitan untuk berjalan dan terpaksa aku menggendongnya menuju ke kamar mandi. Walau Luna protes dan memilih dituntun olehku, aku tetap memilih menggendongnya karena lebih cepat. Aku benar-benar bahagia ketika mendapati istriku ada di apartemenku, menemaniku menjalani rutinitasku di sela sela waktu liburku seperti saat ini. Aku mengajaknya ke Austria 3 hari karena jadwal kosong yang aku miliki hanya 4 hari terhitung mulai hari ini. Untuk membuatnya bahagia, kali ini aku menuruti keinginannya untuk melihat Eiffel walau sebenarnya aku tidak
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Ketika kemarin sampai di Vienna Austria, aku kira Ervin akan mengajakku jalan-jalan keliling kotanya, ternyata harapan berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada, karena Ervin hanya mengajakku berjalan jalan dan berkeliling di kasur serta kamar hotel kami. Aku sudah mengatakan kepadanya jika hanya mau enak-enak saja cukup di rumah, sehingga ketika kami berlibur yang menurut Ervin adalah bulan madu ini, lebih baik menikmati segala sesuatu di sini yang tidak ada di tempat aku tinggal, bukannya ngedekem di kamar terlebih lagi di kasur. Sayangnya pemikiran ini hanya untukku, tidak untuk Ervin yang memang tujuannya kemari adalah mencari suasana baru untuk enak-enak denganku. "Vin, aku mau jalan keluar, rugi banget ke negaranya Mozart kok cuma di sini doang." "Memang kamu mau ke mana?" "Rathaus (town hall)," Jawabku singkat. "Ya sudah ayo kita ke sana." "Ya kalo gitu buruan bangun, jangan ngedekem di kasur aja," Kataku mulai gemas kepada Ervin "Ad
Ervin Aditya POV Aku tidak peduli jika terhitung sia-sia kami berada di Austria karena lebih sering berada di kamar. Karena aku harus mengejar target untuk segera memiliki anak, semakin lama Luna hamil, semakin tinggi resiko yang akan kami hadapi dan aku tidak mau ketika Luna hamil, ia akan mengalami masalah pada kehamilannya. Tahun ini ia akan 34 tahun dan aku sudah 28 tahun sebentar lagi. Setelah mengantarnya berjalan jalan sebentar di Rathaus aku mengajaknya pulang ke hotel. Aku sudah rindu ingin menjadikan Luna modelku. Sehingga ketika kami berada di hotel, aku iseng membuat studio dadakan untuknya. "Asli ya, Vin kamu suka banget nyuruh aku pose menantang," Kata Luna sambil geleng geleng menatapku. "Nggak pa-pa lagian yang lihat suami sendiri. Aku itu pengen ngumpulin foto-foto kamu dari sekarang, sampai besok kita punya anak, aku mau bikin kaya scrapbook gitu." Luna hanya mendengus dan cepat-cepat ia berpose di depan studio dadakan yang aku buat. "Udah buruan di foto habis
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Pagi ini aku bangun dengan badan yang lebih segar. Aku renggangkan kedua tanganku ke atas sambil pelan-pelan membuka mataku. Saat kedua mataku terbuka, aku menoleh ke sisi samping sebelah kiriku dan tidak aku temukan keberadaan Ervin di sana. Mataku langsung membelalak lebar. Pantas saja aku bisa bangun siang tanpa ada yang membangunkanku.Tanpa banyak bermalas-malasan di atas kasur, aku segera bangun dari atas ranjang. Sambil berjalan menuju ke arah kamar mandi, aku yg memanggil-manggil Ervin. "Vin.... Ervin.... Where are you?"Tidak ada tanggapan dari Ervin yang sama saja artinya dengan dia tidak ada di kamar ini. Rasa penasaran mulai muncul di dalam hatiku. Kini setelah aku selesai mencuci muka dan menggosok gigi, aku keluar dari dalam kamar. Sebelum keluar dari kamar, aku mengganti pakaian yang aku kenakan dengan kaos oblong berwarna putih yang oversize dan hotpants berwarna hitam polos. Selesai berganti pakaian, aku mencoba mencari Ervin di seki
Ervin Aditya POVSepertinya hidup memang tidak akan pernah lengkap tanpa adanya masalah yang hadir di dalamnya. Begitupula dengan kehidupan rumah tanggaku dan Luna. Aku bersyukur karena kehidupan rumah tangga kami berjalan lancar walau sesekali kami sering berbeda pandangan serta pendapat. Selama ini kami masih bisa menyelesaikan semua itu berdua dengan kepala dingin. Cobaan rumah tangga kami justru datang dari keluarga serta orang-orang disekitar kami. Mulai dari Papa Risnawan yang memutuskan menikah lagi, hingga aku harus berusaha membuat Luna tetap tegar menghadapi semua ini dan seperti informasi yang baru saja Jani kirimkan kepadaku.Jani : Mas, aku sudah enggak kuat rasanya. Mau nangis sekarang tapi air mataku sudah habis. Aku mengernyitkan kening ketika membaca pesan dari Jani malam ini. Selama ini aku berusaha untuk tidak pernah mencampuri rumah tangga Jani serta Bayu. Terlebih mereka sudah tinggal bersama sejak ibu meninggal dunia beberapa tahun lalu. Aku berpikir jika mereka
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV"Kita pulang yuk, Vin?" Ajakku kepada Ervin setelah rasanya kami sudah cukup lama berada di warung ini. "Masa langsung pulang sih, Lun. Kita jalan-jalan dulu lah mumpung masih di Bali.""Mau nyari apa lagi? Makan? Udah kenyang. Baju? Di lemari sudah banyak.""Ya pingin aja gitu jalan-jalan kaya orang pacaran."Nasib, oh, nasib....Beginilah jika punya pasangan seperti Ervin yang tidak bisa diajak duduk santai di rumah setiap kali sedang berlibur. Ervin adalah tipikal orang yang tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk duduk di dalam villa atau hotel saja. Hanya sekali ia begitu sulit diajak jalan-jalan ketika kami berlibur berdua. Itu adalah ketika kami honeymoon ke Austria. "Ingat, buntut sudah ada satu, Vin. Aku aja rasanya kangen banget sama Eric.""Sama, Lun. Tapi kita memang butuh waktu untuk berdua dan menikmati kehadiran satu sama lain tanpa ada pengganggu. Jangan sampai kita kalah sama Papa dan Lolanya Eric."Aku tertawa di hadapan Ervin. Ya, te
Ervin Aditya POVMisi untuk mengajak Luna menikmati waktu kami berdua di Bali cukup sukses aku lakukan. Apalagi sejak sampai di Bali kami langsung aktif bersilaturahmi di atas ranjang. Tidak hanya di atas ranjang seluruhnya juga sih, lebih tepatnya kami melakukannya di seluruh penjuru kamar sejak siang sampai sore hari. Bahkan matahari yang mulai pulang ke peraduannya pun bisa aku lihat dari jendela kamar ini. Saat aku menoleh ke arah Luna, aku bisa melihatnya yang sudah tidur dengan mulut sedikit terbuka. Mulutnya bahkan telah membaut aliran air terjun hingga membentuk gugusan pulau baru di atas bantal yang ia tiduri. Aku tersenyum saat melihatnya. Sepertinya istriku cukup lelah dengan aktivitas bercinta kami berdua sejak sampai di villa ini. Kini aku memilih untuk bangun dari ranjang dan membiarkan Luna untuk menikmati waktu istirahatnya. Aku berjalan menuju ke kamar mandi dan melakukan mandi junub. Sudah saatnya melakukan kewajibanku di dunia ini sebagai seorang umat dari Tuhan.
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVAku kembali menginjakkan kakiku siang ini di Bandara Ngurah Rai, Denpasar bersama Ervin. Ya, hari ini kami langsung terbang ke pulau Dewata ini sekedar untuk merasakan liburan kami berdua lagi tanpa kehadiran Eric. Tentu saja Eric kami titipkan kepada Mamaku. Walau sebenarnya aku paling tidak tega menitipkan Eric kepada Mama, namun Mama terlebih Eric terlihat senang-senang saja. Tentu saja Eric senang, apalagi Mama terlalu memanjakan dirinya sebagai seorang cucu tunggal."Hari ini rencananya kita mau ke mana, Lun?""Terserah kamu saja, Vin.""Jangan gitu dong, Lun. Soalnya aku paling enggak bisa kalo kamu bilang terserah. Nanti seenak udel aku bikin jadwal, kamu cemberut."Aku tersenyum ke arahnya dan aku gelengkan kepalaku."Enggak, tenang aja. Tapi aku rasa kita lebih baik pulang dulu ke villa-ku yang ada di Canggu."Aku tahu wajah Ervin tampak tidak bersemangat karena sebenarnya dirinya yang sudah membuatkan aku sebuah villa di Bali dengan hasil ker
Ervin Aditya POVAku sengaja mengajak Luna menuju ke kamar kami yang ada di lantai empat. Bukan tanpa alasan aku mengajaknya ke kamar. Tentu saja itu harus aku lakukan karena aku memiliki hal-hal yang sangat privasi untuk dibicarakan sedangkan tadi kami tidak memiliki tempat yang layak untuk melakukan itu. Saat kami sudah berada di dalam kamar hotel, Luna memilih untuk duduk di pinggiran ranjang berukuran king yang ada di dalam kamar kami. Aku memilih duduk di sampingnya. Saat aku duduk di sampingnya, Luna sudah menatapku dengan tatapan lembutnya. "Ada apa, Vin?""Enggak, cuma pingin ngobrol sama kamu aja."Luna mengernyitkan keningnya. Aku tahu jika aku terdengar sangat absurd dan konyol saat ini namun aku berusaha untuk mengabaikannya. "Ngobrolin apa?""Ngobrolin tentang ketakutan kamu ketika aku melihat gown yang dipakai sama Kimaya tadi."Aku melihat Luna terdiam, kemungkinan ia tidak menyangka jika aku bisa tahu tentang isi hatinya. Tentu saja aku bisa tahu, lebih dari lima t
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVHari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Hari ini adalah hari resepsi pernikahan Kimaya dengan Papa akan digelar. Tidak ada keluarga besar dari Mama yang mendapatkan undangan satu pun. Namun lucunya Kimaya justru meminta Mama untuk hadir di acara ini. Aku kira Mama akan menolaknya, ternyata aku salah, yang ada Mama justru menyanggupi untuk datang ke acara ini. Entahlah, aku sedikit tidak paham dengan jalan pikiran Mama ini. Kini aku memilih duduk di sofa yang ada di dalam kamar hotel tempat Mama menginap. Aku perhatikan wajah Mama yang tampak sudah bisa tersenyum kembali. Tidak seperti awal-awal ketika menerima kabar jika Papa akan menikah dengan Kimaya. "Lun, kenapa kamu diam aja? Kamu lagi ada masalah sama Ervin?""Enggak, Ma. Aku baik-baik aja sama Ervin.""Terus kenapa kamu diam saja seperti itu? Muka kamu kelihatan mirip orang yang lagi banyak masalah hidup."Aku tersenyum kecil dan menggelengkan kepalaku pelan. Mama masih diam dan menunggu
Ervin Aditya POV"Papa...," Suara teriakan Eric memanggil namaku membuatku tersenyum lebar. Cepat-cepat aku turun dari mobil Mama Kartika diikuti Luna setelahnya. Saat Eric sampai di dekatku dan langsung mendekap tubuhku, itu membuatku merasa terharu. Dari semua panggilan yang pernah aku terima, bagiku panggilan paling membuatku bahagia adalah panggilan dari Eric. Ia yang memanggil diriku dengan sebutan Papa merupakan panggilan yang paling indah di telingaku. Saat Eric mengurai pelukannya kepadaku, aku membungkuk untuk mengangkatnya. Saat ia sudah ada dalam gendonganku lalu menghujaniku dengan kecupan-kecupan kecilnya, aku memilih memejamkan mataku sambil tertawa kecil karena aku sedikit merasa geli. "Ric, biarin Papa masuk dulu." Suara Mama Kartika membuat Eric berhenti menghujaniku dengan kecupan-kecupan kecilnya. Saat aku membuka mataku, di hadapanku sudah ada Luna yang sedang memberi salam kepada Mamanya. Setelah ia selesai memberi salam kepada Mama Kartika, Luna membalikkan tu
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVHari ini aku belum bisa pulang ke Jogja walau aku sudah ingin memeluk Eric kembali. Walau Ervin mengatakan jika ia juga merasakan hal yang sama denganku, namun aku tidak percaya dengan kata-katanya begitu saja. Kenyataanya semalam dia mengajakku bercinta kembali hanya karena tidak bisa tidur dan rindu untuk memeluk anaknya. Sungguh tidak nyambung, tapi aku tidak mau berdebat dengan dirinya. Mau tidak mau jika suami sudah meminta jatah nafkah batinnya, aku pun harus siap untuk melayaninya. Selain itu juga aku selalu berharap jika aku tak pernah menolaknya, maka itu akan memperkecil kemungkinan Ervin melakukan perelingkuhan dengan wanita lain di luar rumah. Walau pada kenyataannya pilihan untuk berselingkuh atau tetap setia kepada pasangan adalah pilihan yang bisa diambil orang itu sendiri. Bagiku tidak ada perselingkuhan itu karena khilaf. Tentu saja orang yang melakukan perselingkuhan sudah sadar serta tahu jika apa yang dirinya lakukan adalah salah d