Ervin Aditya POV Bahagia versiku itu cukup sederhana, asal aku bisa bersama istriku dan melakukan segalanya berdua bersamanya saja itu sudah cukup. Aku akui aku terlalu bersemangat semalam hingga aku menggempurnya tanpa jeda. Walau aku sedikit merasa bersalah, namun melihat Luna berkali kali mendapatkan klimaksnya mampu membuatku terus bersemangat untuk melakukannya lagi dan lagi. Bahkan karena semalaman aku menggempur Luna, pagi ini Luna sampai kesulitan untuk berjalan dan terpaksa aku menggendongnya menuju ke kamar mandi. Walau Luna protes dan memilih dituntun olehku, aku tetap memilih menggendongnya karena lebih cepat. Aku benar-benar bahagia ketika mendapati istriku ada di apartemenku, menemaniku menjalani rutinitasku di sela sela waktu liburku seperti saat ini. Aku mengajaknya ke Austria 3 hari karena jadwal kosong yang aku miliki hanya 4 hari terhitung mulai hari ini. Untuk membuatnya bahagia, kali ini aku menuruti keinginannya untuk melihat Eiffel walau sebenarnya aku tidak
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Ketika kemarin sampai di Vienna Austria, aku kira Ervin akan mengajakku jalan-jalan keliling kotanya, ternyata harapan berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada, karena Ervin hanya mengajakku berjalan jalan dan berkeliling di kasur serta kamar hotel kami. Aku sudah mengatakan kepadanya jika hanya mau enak-enak saja cukup di rumah, sehingga ketika kami berlibur yang menurut Ervin adalah bulan madu ini, lebih baik menikmati segala sesuatu di sini yang tidak ada di tempat aku tinggal, bukannya ngedekem di kamar terlebih lagi di kasur. Sayangnya pemikiran ini hanya untukku, tidak untuk Ervin yang memang tujuannya kemari adalah mencari suasana baru untuk enak-enak denganku. "Vin, aku mau jalan keluar, rugi banget ke negaranya Mozart kok cuma di sini doang." "Memang kamu mau ke mana?" "Rathaus (town hall)," Jawabku singkat. "Ya sudah ayo kita ke sana." "Ya kalo gitu buruan bangun, jangan ngedekem di kasur aja," Kataku mulai gemas kepada Ervin "Ad
Ervin Aditya POV Aku tidak peduli jika terhitung sia-sia kami berada di Austria karena lebih sering berada di kamar. Karena aku harus mengejar target untuk segera memiliki anak, semakin lama Luna hamil, semakin tinggi resiko yang akan kami hadapi dan aku tidak mau ketika Luna hamil, ia akan mengalami masalah pada kehamilannya. Tahun ini ia akan 34 tahun dan aku sudah 28 tahun sebentar lagi. Setelah mengantarnya berjalan jalan sebentar di Rathaus aku mengajaknya pulang ke hotel. Aku sudah rindu ingin menjadikan Luna modelku. Sehingga ketika kami berada di hotel, aku iseng membuat studio dadakan untuknya. "Asli ya, Vin kamu suka banget nyuruh aku pose menantang," Kata Luna sambil geleng geleng menatapku. "Nggak pa-pa lagian yang lihat suami sendiri. Aku itu pengen ngumpulin foto-foto kamu dari sekarang, sampai besok kita punya anak, aku mau bikin kaya scrapbook gitu." Luna hanya mendengus dan cepat-cepat ia berpose di depan studio dadakan yang aku buat. "Udah buruan di foto habis
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Bagaimana cara menghadapi ibu-ibu yang mengira suami kita adalah anaknya yang sudah meninggal hampir 29 tahun yang lalu? Aku benar benar tidak tau cara menghadapinya, apalagi sang ibu terus memeluk suami kita dengan berderai air mata di pinggir jalan. Namun aku lihat Ervin seperti ingin menangis ketika ibu itu memeluknya. Aku yakin ada sesuatu yang tidak aku ketahui dan disembunyikan oleh Ervin dariku. Karena sambil memeluk ibu itu Ervin hanya mengatakan bahwa ia akan menjelaskan sesuatu nanti kepadaku ketika kami telah tiba kembali di hotel. "Don't cry, i'm here...i'm here," Kata Ervin pada ibu itu. Aku mengetahui jika anak ibu itu meninggal dari supirnya yang tadi ikut mengejar aku dan Ervin. Bahkan sang supir bercerita bahwa sang nyonya selalu beranggapan bahwa anaknya masih hidup di dunia ini. Sejak suami sang nyonya meninggal 5 tahun yang lalu, ia terus berharap bahwa anaknya masih hidup, bahkan ia harus di dampingi seorang psikolog dan psiki
Ervin Aditya POV Akhirnya aku mengetahui siapa keluargaku dan ternyata hanya tersisa Grandma-ku saja yang masih hidup di dunia ini dan ayahku adalah seorang anak tunggal yang mewarisi sebuah bisnis di New York. Karena tidak sesuai dengan passion-nya beliau memilih untuk meninggalkan keluarganya dan hidup dengan caranya sendiri. Beliau hidup dengan menjadi pelatih surfing hingga akhirnya menikah dengan ibuku. Ketika Grandma merayuku untuk meneruskan apa yang tidak sempat di lakukan oleh ayahku, aku tegas menolaknya. Karena belum apa-apa saja beliau sudah mulai mengkritik pekerjaan yang aku geluti, bagaimana nanti. Jika beliau berfikir bisa menyetir hidupku. Itu salah besar, karena aku adalah laki-laki yang hidup dengan aturanku sendiri, bukan untuk di atur orang lain. Baiklah aku ralat, satu satunya orang yang bisa mengaturku adalah istriku. Karena dengan Luna, jika aku tidak pandai menekan egoku maka bisa dipastikan rumah tangga kami akan karam. Aku melihat Luna keluar dari ruangan
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Sudah satu bulan aku menemani Ervin di Paris. Bahkan Ervin membantuku memperpanjang visaku dan selama itu pula kami benar-benar melakukan program hamil yang dulu kami lakukan dengan Robert. Aku bersyukur karena Ervin selalu menemaniku bila aku harus memakan makanan sehat, berolahraga, bahkan ketika kami berkunjung ke dokter kandungan di sini. Seperti malam ini ketika kami selesai "membuat adonan" Ervin mengajakku berbicara ketika kami pillow talk. "Lun, kita ke New York Minggu depan, ya?" "Kalo alasan kamu honeymoon dan pengen cari suasana baru aku males." "Nggak, Grandma minta kita datang ke acara perusahaannya di sana." "Buat apa, kan kamu sudah buat keputusan untuk tetap di jalan yang sudah kamu tapaki sejak awal." "Aku ingin dia melihat bahwa kita bahagia hidup tanpa pemberian dari keluarga." "Bahagia itu di rasain bukan buat di pamerin." "Iya tau, tapi sekali ini aja datang ya." "Ya sudah aku temani. Tapi awas kamu kalo keganjenan di sa
Ervin Aditya POV Sejak Luna mengeluhkan eneg, mual dan ingin muntah sejujurnya di balik perasaan khawatir ada perasaan bahagia di sana, karena aku berharap Luna hamil. Untuk membuatnya hamil aku telah melakukan berbagai macam cara, bahkan aku mengkonsumsi vitamin agar spermaku lebih sehat. Aku bahkan menyentuhnya tidak setiap hari namun hanya 3 sampai 4 kali seminggu dan itupun di pagi hari. Ketika Luna keluar dari toilet, wajahnya pucat dan terdapat keringat di keningnya. "Kamu sakit?" "Nggak, cuma nggak enak badan aja, kalo kita balik ke kamar gimana?" "Nggak pa-pa, acara inti sudah selesai juga. Kamu pucat banget, mau aku gendong aja?" "Nggak, aku bisa jalan sendiri." "Aku tuntun, ya?" Luna hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda persetujuannya. Setelahnya kami menuju ke kamar. Sampai di kamar setelah kami melepas semua atribut dan berganti pakaian dengan pakaian biasa Luna langsung melesatkan dirinya diranjang dan tidur tanpa mempedulikan apa yang aku lakukan. Setela
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVErvin benar-benar percaya jika aku hamil, sehingga setelah sekian lama kami hiatus mengapeli Robert, kali ini kami datang lagi ke tempat ini.Setiap ke tempat ini aku selalu merasa bahwa perjuanganku untuk memiliki anak benar benar tidak mudah, bahkan intiku yang di buka segelnya oleh Ervin dulunya harus merasakan selain junior Ervin. Aku merasakan alat USG transvaginal yang masuk rutin ke sana setiap satu bulan sekali, lalu ketika kami HSG. Ah, begitu melelahkan, kenapa tidak bisa seperti wanita lain yang celap celup langsung jadi."Lun, kita taruhan mau?""Taruhan apa?""Kalo kamu positif hamil, kamu cuti dari kerjaan kamu ya sampai masuk trimester ke dua?""Kalo aku nggak hamil, aku bakalan dapat apa ya?""Kamu ikut aku ke Paris lagi, kita lanjutin enak-enak di sama sampai tamu kamu cuti 9 bulan gimana?""Itu mah enak di kamu semua, bentar aku mikir dulu.""Ibu Kaluna Maharani, silahkan masuk," aku mendengar namaku di panggil oleh perawat dan segera